Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts Today

Dari Tikus Got sampai Melipat Parasut

Written By Unknown on Kamis, 31 Januari 2013 | 12.40

Judul: Go West and Gowes
Penulis: Budiman Hakim
Penerbit: B-first Bentang Pustaka
Cetakan: 1/November 2012
Tebal: xv + 264 halaman
ISBN: 899-221-308-2
Harga: Rp48.000

Jika Anda berniat belajar bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai kaidah EYD, jangan membaca buku ini. Kenapa? Sebab walau penulisnya sarjana S1 jebolan Fakultas Sastra Universitas Indonesia (UI) Jakarta, Budiman Hakim lebih memilih penggunaan bahasa yang luwes.

Argumentasi adik kandung Chappy Hakim ini cukup masuk akal. Menurut observasinya, orang Indonesia enggan membaca karena lebih suka berbicara secara lisan. Oleh sebab itu, lewat buku ini ayah 2 anak tersebut sekadar ngobrol dengan pembaca. "Go West and Gowes, Catatan Seorang Copywriter 3" merupakan buah pena ke-5-nya. Ia relatif konsisten dengan kekhasan gaya bahasa santainya.

Pada bab "Pengecut-pengecut Dunia Maya" pekerja periklanan ini mengkritisi para pemilik akun palsu di jagat cyber. Kaum anonim tersebut tak berani menggunakan nama asli. Foto profilnya pun disamarkan. Mereka "hobi" sekali mengomentari pendapat orang lain dengan bahasa kasar dan kata-kata kotor.

Isinya melulu berhasrat menyerang dan menghakimi pemikiran seseorang. Mulai dari memaki-maki, mengadu domba, memfitnah, menyebarkan sentimen kebencian bernuansa SARA, sampai menjelek-jelekkan karakter member lainnya (halaman 135).

Penulis menganalogikan mereka itu ibarat tikus got. Binatang yang mendekam di dalam got di pojok tempat gelap. Kadang memang tikus itu nongol keluar dari sarangnya, tapi kalau ada gerakan dan suara sedikit saja, syahdan terbirit-birit kembali ke liang persembunyian.

Ada sebuah kisah nyata, tatkala gempa dahsyat menggoyang daerah Padang pada 30 September 2009 silam, penulis membaca berita di Facebook, "Nasi goreng dan air minum cuma-cuma untuk siapa saja….Tolong sebarkan ke orang yang membutuhkan." Lalu, teman sekantornya, Melissa mengecek kebenaran pengumuman tersebut. Ternyata berita itu hoax (bohong) yang membuat orang gigit jari.

Ketika salah satu kerabat Melissa datang ke restoran tersebut, mereka tetap disuruh membayar, "Bayangin orang udah kehilangan orang tercinta, tiada tempat berteduh, laper, jalan kaki ke sana eh malah dibohongin oleh para tikus got…"(halaman 137).

Sistematika buku ini terdiri atas 27 refleksi pendek. Sehingga bisa dibaca sembari menikmati secangkir teh hangat. Antara lain, "Yuyun Akupunkturis Hebat," "Putal…Putaal…Putaall!," "Filosofi Uban," dan "Anak Kecil Adalah Peniru Yang Hebat." Menurut penulis, pada hakikatnya dunia ini ibarat sebuah bioskop raksasa. Kadang seseorang menjadi penonton, kadang ia terlibat dalam lakon cerita, tapi yang jelas ada Sutradaranya.

Lewat buku ini, penulis juga berbagi pengalaman menyentuh hati. Ia mengutip renungan kakak ke-2-nya, Chappy Hakim. Beliau sempat menjadi KASAU (Kepala Staf Angkatan Udara) Republik Indonesia (RI).

Alkisah, Charles Plumb sukses menjalankan misi terbang tempur dalam 75 sorti (penerbangan) selama perang Vietnam berlangsung. Namun, akhirnya pesawat Fighter Pilot USA kebanggaannya tertembak jatuh oleh rudal SAM (Surface to Air Missile), senjata penangkis serangan udara tentara Vietcong.

Untung Plumb berhasil menyelamatkan diri dengan kursi pelontar dan mendarat mulus berkat parasutnya yang berfungsi optimal. Tapi karena mendarat di daerah musuh, ia ditangkap, disiksa, dan dipenjara selama 6 tahun.

Sekembalinya ke Amerika Serikat, ia mengajar dan berceramah ihwal bagaimana seorang prajurit menjalankan tugas negara dengan setia. Dari mulai berperang sebagai pilot jet tempur, tertembak musuh, ditangkap, ditawan, disiksa, hingga selamat pulang ke tanah air. Pengalaman berharga itu ia bagikan secara cuma-cuma kepada generasi masa depan penerus bangsa USA (halaman 176).

Pada suatu sore, saat Plum dan istrinya sedang bersantai di sebuah restoran, seseorang di seberang meja datang menghampiri. Orang tersebut menyapa dengan ramah, "Halo, Anda Charles Plum, pilot jet tempur yang berpangkalan di Kapal Induk Kitty Hawk dan pernah tertembak jatuh di Vietnam, bukan?" Setengah tertegun, Plumb balik bertanya, "Bagaimana Anda bisa tahu?"

Ternyata orang tersebut ialah awak kapal yang bertugas melipat parasut. Terbayang kembali di layar benak Plumb. Sang kelasi laut yang penuh dedikasi itu menghabiskan waktu berjam-jam di salah satu sudut kapal perang yang panas, ia melipat dengan super hati-hati setiap parasut yang kelak akan digunakan oleh para pilot menyelamatkan diri bila tertembak musuh.

Ironisnya, dalam kehidupan sehari-hari manusia cenderung terjebak dalam rutinitas. Sehingga lupa atau bahkan terlalu angkuh untuk sekadar menyapa orang lain dengan "halo," "monggo silakan," atau "maaf," dan juga untuk menyampaikan rasa "terimakasih". Kita alpa bahwa bisa jadi salah satu dari mereka ialah orang yang "melipat parasut" kita (halaman 179).

Buku setebal 264 ini sejatinya kumpulan renungan filosofis. Bacaan yang pas untuk merenungkan makna ziarah hidup. Walau gaya bahasa Om Bud (panggilan akrab penulis) terkesan slengean (santai), aneka nilai keutamaan tersaji di dalamnya. Go West and Gowes sebuah penghiburan bagi masyarakat Indonesia yang galau. Selamat membaca! (T. Nugroho Angkasa S.Pd, Guru bahasa Inggris di PKBM Angon (Sekolah Alam), Ekskul bahasa Inggris di SMP Kanisius Sleman, TK Mata Air, dan TK Pangudi Luhur, Yogyakarta)


12.40 | 0 komentar | Read More

Puisi-puisi Muhammad Asqalani eNeSTe

ke tukang jam

pada tukang jam aku bertanya,
"mampukah kau menyelamatkanku dari siasia?"
dia menggeleng.
"aku menghancurkan banyak jam, berselisih paham dengan tuhan,

perihal hakikat jam"
katanya, "demi masa"
"aku tak percaya dengan segala sumpahNya, aku memperkosa jam sepuasnya. tapi malah aku yang ternoda. malah aku yang siasia"
" hahaha, berhentilah mencari mati"katanya lantang.
matanya terpejam, aku menyaksikan maut telanjang.

jalan (n)akal
seorang anak kecil main kelereng dalam sarung ayahnya. si ayah tak marah, sadar akan anaknya dilahirkan tak sempurna. dalam perih ia berkata: "semoga kelak kau dapat bermain di halaman dada!"

Magrib 2013

bayi perempuan
bayi perempuan
matanya bulan bundar terang,
waktu kecil menari riang
sudah besar jadi bulanbulanan

Magrib 2013

Lumut
: Muhammad Rasyid Ridho

lugu yang akut
tumbuh hijau di batuMu
seberapa keraskah waktu?

Jelang Tahajjud 2013

surat kecil untuk Bli
: I Gede Pradipta
 
Bli, kau di mana kini
lama tak mengajakku ke kebun puisi
memetik setangkai diksi

Bli, kau sibuk dengan menwa
aku sibuk dengan sejarah kita
kenangkenganan tentang riwayat rima
                     : bulan hijau di atas kepala

Bli, kapan rocker-rockeran lagi?
suaramu begitu sepi dan tak kukenali
aku seperti kehilangan diri, mencarimu...
Magrib 2013

----
Muhammad Asqalani eNeSTe atau Ibnu Thamrin Al-Asqalani A.G . Kelahiran Paringgonan 25 Mei '88. Menulis Puisi sejak 2006. Mahasiswa Pend. B. Inggris Universitas islam Riau. Meraih Gelar "Penulis dan Pembaca Puisi Muda Terpuji Riau 2011" Oleh MMG. Masuk dalam Daftar Peyair versi SiksaMata. Membacakan puisinya pada Pertemuan Penyair di Sragen, Desember 2012. Juara I Lomba Penulisan Puisi Remaja se-Riau Xpresi Riau Pos 2010. Meramaikan Media seperti: Suara Merdeka, Riau Pos, Batam Pos, Majalah Sabili, Majalah Sagang, Majalah NoorMuslima (Hongkong), Majalah Frasa, Medan Bisnis, Waspada, KOMPAS.com, Kuflet.com, MetroNewsIndonesia.com, Metro Riau, Koran Riau, Koran Cyber, DETaK UNSYIAH, Bahana Mahasiswa, AKLaMASI, dll. Kumpulan Puisi bersamanya, "Kutukan Negeri Rantau", "Festival Bulan Purnama Majapahit", "DARI SRAGEN MEMANDANG INDONESI" "Diverse" Amazone.com, "Flows Into the Sink-Into the Gutter" Amazon.com, "Indonesian Poems among the Continent" Amazone.com dll. Kumpulan Puisi Tunggalnya ke-3nya yang akan terbit "ABUSIA". Aktif di Community Pena Terbang (COMPETER) .


12.40 | 0 komentar | Read More

Pelajar Gelar Indonesia Culture di Belanda

Written By Unknown on Rabu, 30 Januari 2013 | 12.40

LONDON, KOMPAS.com--Pelajar Indonesia yang tergabung dalam PPI Nijmegen mengelar acara Indonesian Culture Day 2013 (ICD) dengan menampilkan berbagai kebudayaan seperti tari-tarian, drama, lagu daerah, dan sajian aneka makanan tradisional di Ark van Oost, Nijmegen, Belanda.

Ketua panitia ICD, Bobby Sulistyo, kepada ANTARA London, Selasa, mengatakan bahwa acara yang digelar setiap dua  tahun sekali dihadiri Dubes Indonesia untuk Kerajaan Belanda Retno L.P. Marsudi yang menyampaikan ICD merupakan momen yang tepat untuk memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia, termasuk makanan tradisionalnya, kepada masyarakat Nijmegen khususnya.

Dubes Retno Marsudi mengatakan bahwa makanan Indonesia memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat Belanda. Tidak jarang orang Belanda datang ke berbagai acara yang diadakan masyarakat Indonesia untuk mencari makanan karena lidahnya sudah menyatu dengan cita rasa Indonesia dan seperti makanan kedua.

ICD 2013 dibuka dengan menampilkan The Cloves et al., grup musik yang berasal dari pelajar di Eindhoven dan dilanjutkan dengan Tari Saraswati  dari Bali.

Penampilan kesenian Bali semakin semarak dengan kehadiran Made Agus yang berkolaborasi dengan "Smashing Mojo" memainkan alat musik suling dengan lagu-lagu Bali.

ICD 2013 juga dimeriahkan dengan digelarnya Angklung Workshop yang mengajak para peserta belajar bermain angklung bersama.

Pertunjukan alat musik angklung dibawakan grup Angklung Perwarindo yang anggotanya terdiri atas bapak-bapak dan ibu-ibu yang sudah lama tinggal di Belanda serta meneer dan mevrow Belanda.

Di tengah-tengah acara, penonton surprise dengan penampilan penyanyi Belanda yang senang mengcover lagu Indonesia serta mengupload video di Youtube, Peter Fennema yang membawakan lagu band terkenal di Indonesia.

Selain pertunjukan alat musik, juga ditampilkan tarian dari Sumatera, seperti tari saman dari Aceh dan tari tor-tor dari Sumatera Utara.

Ketua PPI Nijmegen, Rizky Lasabuda, mengatakan bahwa panitia menyediakan beberapa stan yang diisi dengan makanan tradisional Indonesia dari Deni's kitchen, aneka produk Indonesia dari DJ's kitchen, dan stan-stan kerajinan.

Stan makanan Indonesia menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi. Itu stan Deni's kitchen menyediakan aneka makanan dari lontong sayur, pempek, bakwan malang, siomay, es cendol, dan aneka makanan tradisional Indonesia lainnya.

Dalam acara ICD 2013 ditampilkan kisah legenda yang mengisahkan pangeran dan putri dari kerajaan Jenggala dan Kediri bernama Ande-ande Lumut oleh anggota PPI Nijmegen.

Drama cerita rakyat menarik perhatian penonton meskipun dibawakan dengan property yang cukup minimalis berhasil memberikan kesan yang mendalam dan diakhiri penampilan The Cloves et.al yang persembahan lagu-lagu Indonesia.

Tercatat sekitar 300 pengunjung yang harus membeli tiket seharga tiga euro untuk pelajar dan umum lima euro itu 90 persen pemasukan disumbangkan ke Hibiscus Stichting, yayasan social bergerak di bidang pembangunan infrastruktur dan fasilitas pendidikan bagi siswa sekolah dasar.

Stichting Hibiscus bekerja sama dengan Yayasan Puri Anak Harapan di Yogyakarta melakukan usaha bersama untuk meningkatkan sanitasi di sekolah dasar yang terletak di daerah pelosok dan mengalami kekeringan pada musim kemarau.


12.40 | 0 komentar | Read More

Indonesia Menang di Asia Model Star Award

Indonesia Menang di Asia Model Star Award

Penulis: Maria Susy Berindra A | Rabu, 30 Januari 2013 | 11:29 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -


12.40 | 0 komentar | Read More

Harapan Bermusik bagi Anak Jalanan

Written By Unknown on Selasa, 29 Januari 2013 | 12.40

Rumah Musik Harry Roesli

Harapan Bermusik bagi Anak Jalanan

Penulis: Didit Putra Erlangga Rahardjo | Minggu, 27 Januari 2013 | 14:58 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com — Rumah Musik Harry Roesli yang beralamat di Jalan Supratman, Bandung, hari ini menggelar open house untuk memperkenalkan kembali lembaga pendidikan musik sekaligus lembaga sosial dalam pemberdayaan anak jalanan yang digagas oleh musisi Harry Roesli (alm).

Kegiatan tersebut diharapkan mampu menegaskan identitas RMHR yang bergerak sebagai badan usaha pendidikan musik, sementara Yayasan For Better Life Movement (FBLM) menaungi anak jalanan.

"Masih banyak orang yang memahami RMHR hanya bergerak di pendampingan anak jalanan, padahal kami juga tempat kursus musik," ujar pengelola RMHR, Lahami Khrisna Parana.

Sementara itu, Yayasan FBLM dikelola oleh saudaranya, Layala Khrisna Patria. Keduanya adalah anak Harry Roesli yang kini mengelola kegiatan yang sudah dilakukan mendiang sejak meninggal dunia pada 2004.

Menurut Lahami, maksud mereka menggelar open house adalah memperkenalkan bahwa masyarakat umum bisa belajar musik di RMHR, sementara kegiatan sosial berupa pemberdayaan anak jalanan tetap berlangsung berdampingan oleh FBLM yang dibentuk empat tahun sebelumnya. Selain tempat kursus musik, RMHR juga memiliki toko alat musik dan saat ini tengah disiapkan membangun studio musik untuk dipakai rekaman.

Sementara itu, Layala menjelaskan bahwa misi mendiang ayah mereka untuk mengentaskan anak-anak yang tinggal di jalanan terus dilakukan. Salah satunya dengan memberikan pendidikan musik kepada mereka melalui beasiswa di RMHR. Bila bermain musik bukan bakat mereka, masih ada penyaluran, yakni terlibat produksi alat musik sehingga diharapkan mampu berdikari nanti.

Salah satu hasil didikan Yayasan FBLM adalah kelompok 57kustik yang sempat bermain bersama Dave Koz dalam Java Jazz Festival. Diharapkan muncul bakat-bakat baru lagi yang bisa tumbuh melalui musik asal diberi jalan.


12.40 | 0 komentar | Read More

"Dalang Rame" dari Notog Itu Telah Tiada

"Dalang Rame" dari Notog Itu Telah Tiada

Senin, 28 Januari 2013 | 10:48 WIB

maspatikrajadewaku.wordpress.com

Ki dalang Gino Siswocarito dengan ikon kesayangannya, sosok wayang "Bawor".

JAKARTA, KOMPAS.com--Dalang wayang kulit kenamaan gagrak Banyumasan, Ki Gino Siswocarito meninggal dunia pada Minggu lalu (20/1) dalam usia 75 tahun akibat sakit komplikasi yang dideritanya, yakni gagal ginjal dan tumor kandung kemih.

Almarhum yang lahir pada 17 Agustus 1937 di Banyumas ini, dikenal sebagai sosok dalang terdepan di Banyumas dengan ikon  tokoh "Bawor" yang melekat pada dirinya.

Sebagai seorang dalang, Gino yang menetap di Desa Notog, Kecamatan Patikraja, Banyumas ini, sedemikian populer di kalangan masyarakat Banyumas. Sehingga pada setiap pementasannya, penonton selalu membludak. Penggemarnya tersebar di beberapa wilayah seperti Purwokerto, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, Brebes, Tegal, hingga Pekalongan, dan tak jarang dia juga pentas hingga di Yogyakarta, Bandung dan Jakarta.

Di kota-kota besar tersebut, penonton biasanya dipatok harga tiket mulai dari Rp 5 ribu hingga Rp 200 ribu. Para penggemar Gino terdiri dari beragam profesi, mulai dari pekerja kasar, peddagang, pengusaha, anggota TNI/Polri, karyawan hingga pejabat tinggi.

Selain terkenal dengan ikon "Bawor" (sosok wayang, salah satu Punakawan yang juga punya nama lain "Bagong"), Gino juga dikenbal sebagai "Dalang Rame". Sebab Gino memang gemar mementaskan wayang dengan lakon-lakon seru yang disukai anak-anak muda seperti lakon "Antasena Gugat", "Petruk Dadi Ratu", "Petruk Nagih Janji", dan lain-lain. Lakon-lakon tersebut oleh Gino dikembangkan sedemikian rupa, sehingga dia kerap dituding telah merusak pakem.

Atas tuduhan tersbeut, Gino menjawab, "Pakem itu buatan manusia. Zaman sudah berubah. Ini memaksa saya untuk menyuguhkan apa yang dikehendaki penonton."

Yayasan Senawangi memilihnya sebagai "Dalang Favorit" ranking tiga. Hingga akhir hayatnya, tak kurang dari 40 cerita telah direkam. Setiap cerita rata-rata terdiri dari delapann kaset.


12.40 | 0 komentar | Read More

Harapan Bermusik bagi Anak Jalanan

Written By Unknown on Senin, 28 Januari 2013 | 12.40

Rumah Musik Harry Roesli

Harapan Bermusik bagi Anak Jalanan

Penulis: Didit Putra Erlangga Rahardjo | Minggu, 27 Januari 2013 | 14:58 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com — Rumah Musik Harry Roesli yang beralamat di Jalan Supratman, Bandung, hari ini menggelar open house untuk memperkenalkan kembali lembaga pendidikan musik sekaligus lembaga sosial dalam pemberdayaan anak jalanan yang digagas oleh musisi Harry Roesli (alm).

Kegiatan tersebut diharapkan mampu menegaskan identitas RMHR yang bergerak sebagai badan usaha pendidikan musik, sementara Yayasan For Better Life Movement (FBLM) menaungi anak jalanan.

"Masih banyak orang yang memahami RMHR hanya bergerak di pendampingan anak jalanan, padahal kami juga tempat kursus musik," ujar pengelola RMHR, Lahami Khrisna Parana.

Sementara itu, Yayasan FBLM dikelola oleh saudaranya, Layala Khrisna Patria. Keduanya adalah anak Harry Roesli yang kini mengelola kegiatan yang sudah dilakukan mendiang sejak meninggal dunia pada 2004.

Menurut Lahami, maksud mereka menggelar open house adalah memperkenalkan bahwa masyarakat umum bisa belajar musik di RMHR, sementara kegiatan sosial berupa pemberdayaan anak jalanan tetap berlangsung berdampingan oleh FBLM yang dibentuk empat tahun sebelumnya. Selain tempat kursus musik, RMHR juga memiliki toko alat musik dan saat ini tengah disiapkan membangun studio musik untuk dipakai rekaman.

Sementara itu, Layala menjelaskan bahwa misi mendiang ayah mereka untuk mengentaskan anak-anak yang tinggal di jalanan terus dilakukan. Salah satunya dengan memberikan pendidikan musik kepada mereka melalui beasiswa di RMHR. Bila bermain musik bukan bakat mereka, masih ada penyaluran, yakni terlibat produksi alat musik sehingga diharapkan mampu berdikari nanti.

Salah satu hasil didikan Yayasan FBLM adalah kelompok 57kustik yang sempat bermain bersama Dave Koz dalam Java Jazz Festival. Diharapkan muncul bakat-bakat baru lagi yang bisa tumbuh melalui musik asal diberi jalan.


12.40 | 0 komentar | Read More

"Dalang Rame" dari Notog Itu Telah Tiada

"Dalang Rame" dari Notog Itu Telah Tiada

Senin, 28 Januari 2013 | 10:48 WIB

maspatikrajadewaku.wordpress.com

Ki dalang Gino Siswocarito dengan ikon kesayangannya, sosok wayang "Bawor".

JAKARTA, KOMPAS.com--Dalang wayang kulit kenamaan gagrak Banyumasan, Ki Gino Siswocarito meninggal dunia pada Minggu lalu (20/1) dalam usia 75 tahun akibat sakit komplikasi yang dideritanya, yakni gagal ginjal dan tumor kandung kemih.

Almarhum yang lahir pada 17 Agustus 1937 di Banyumas ini, dikenal sebagai sosok dalang terdepan di Banyumas dengan ikon  tokoh "Bawor" yang melekat pada dirinya.

Sebagai seorang dalang, Gino yang menetap di Desa Notog, Kecamatan Patikraja, Banyumas ini, sedemikian populer di kalangan masyarakat Banyumas. Sehingga pada setiap pementasannya, penonton selalu membludak. Penggemarnya tersebar di beberapa wilayah seperti Purwokerto, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, Brebes, Tegal, hingga Pekalongan, dan tak jarang dia juga pentas hingga di Yogyakarta, Bandung dan Jakarta.

Di kota-kota besar tersebut, penonton biasanya dipatok harga tiket mulai dari Rp 5 ribu hingga Rp 200 ribu. Para penggemar Gino terdiri dari beragam profesi, mulai dari pekerja kasar, peddagang, pengusaha, anggota TNI/Polri, karyawan hingga pejabat tinggi.

Selain terkenal dengan ikon "Bawor" (sosok wayang, salah satu Punakawan yang juga punya nama lain "Bagong"), Gino juga dikenbal sebagai "Dalang Rame". Sebab Gino memang gemar mementaskan wayang dengan lakon-lakon seru yang disukai anak-anak muda seperti lakon "Antasena Gugat", "Petruk Dadi Ratu", "Petruk Nagih Janji", dan lain-lain. Lakon-lakon tersebut oleh Gino dikembangkan sedemikian rupa, sehingga dia kerap dituding telah merusak pakem.

Atas tuduhan tersbeut, Gino menjawab, "Pakem itu buatan manusia. Zaman sudah berubah. Ini memaksa saya untuk menyuguhkan apa yang dikehendaki penonton."

Yayasan Senawangi memilihnya sebagai "Dalang Favorit" ranking tiga. Hingga akhir hayatnya, tak kurang dari 40 cerita telah direkam. Setiap cerita rata-rata terdiri dari delapann kaset.


12.40 | 0 komentar | Read More

Kecepatan Internet Indonesia Peringkat 115 Dunia

Written By Unknown on Minggu, 27 Januari 2013 | 12.40

SYDNEY, KOMPAS.com — Kecepatan internet di Indonesia pada tahun 2012 hanya 1,2 Mbps (megabytes per second, megabite per detik) sehingga membuat Indonesia menduduki peringkat 115 dunia. Demikian laporan Akamai Technologies kuartal III-2012.

Dibandingkan tiga bulan sebelumnya, kecepatan sambungan internet di Indonesia ini naik 54 persen. Kecepatan ini masih lebih baik dari India yang berada di peringkat 120, dengan kecepatan rata-rata 1.000 kbps, tetapi lebih buruk dari Vietnam (peringkat 113) dan China (peringkat 96).

Menurut laporan Sydney Morning Herald hari Sabtu (26/1/2013), untuk Australia, kecepatan koneksi internetnya turun 2,5 persen di kuartal III-2012 sehingga, secara peringkat, Australia turun satu peringkat ke posisi 40 dunia dari kuartal sebelumnya. Australia masih lebih baik dari Selandia Baru yang berada di peringkat 46 dunia. Secara keseluruhan, tiga peringkat terbaik dunia untuk kecepatan sambungan internet adalah Korea Selatan, Jepang, dan Hongkong.

Korea Selatan berada di peringkat pertama dengan kecepatan 14,7 Mbps, disusul Jepang di tempat kedua dengan 10,5 Mbps, dan Hongkong dengan 9,0 Mbps. Menurut Akamai, secara umum, kecepatan internet di seluruh dunia menurun di kuartal III-2012 yang menunjukkan melambatnya kecepatan broadband di banyak negara.

Secara global, kecepatan sambungan internet turun 7 persen dari kuartal kedua sehingga rata-rata adalah 2,8 Mbps. Menurut laporan koresponden Kompas di Australia, L Sastra Wijaya, dibandingkan tahun 2011, kecepatan internet di Australia naik 11 persen.

Dalam soal serangan terhadap komputer, China masih menjadi sumber serangan terbesar, dan Brasil serta China menjadi dua negara yang paling meningkat dalam penggunaan internet di mana dalam tiga bulan terjadi peningkatan 39 persen. 

Serangan terhadap internet di China 33 persen di antaranya berasal dari dalam negeri sendiri. Di Amerika Serikat, angka tersebut adalah 13 persen, sementara di Rusia 4,7 persen.


12.40 | 0 komentar | Read More

Lestarikan Tari Warok dan Jathil

Lestarikan Tari Warok dan Jathil

Penulis: Megandika Wilbordus | Sabtu, 26 Januari 2013 | 20:11 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Paguyuban Reog Ponorogo se-Jabodetabek bersama Kantor Perwakilan Provinsi Jawa Timur di Jakarta, dan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) melestarikan tari Warok dan Jathil. Pelestarian itu diwujudkan dengan pelatihan tari selama dua hari di Anjungan Jawa Timur, TMII, Sabtu-Minggu (26-27/1/2013).

Pelatihan dua hari itu dilatih oleh Sunardi dan Riani serta diikuti oleh 96 penari. Para penari berasal dari Koordinator Wilayah Paguyuban Reog Ponorogo di Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Tangerang, dan Bogor. Selain itu, ada beberapa penari dari sanggar lain.

"Pelatihan ini untuk meningkatkan kualitas tarian dan menyosialisasikannya kepada generasi muda," kata C Yudianto, Wakil Ketua Reog Ponorogo se-Jabodetabek.

Yudianto berharap generasi muda mencintai kebudayaan daerah sehingga tidak melulu ikut tradisi barat. Sunardi yang juga pemilik Sanggar Sardulo Aji Manggolo mengatakan, kendala yang menghambat pelestarian adalah rasa cepat puas diri serta kesibukan penari.


12.40 | 0 komentar | Read More

Kayu Kelapa pada Arsitektur Tradisional Lombok

Written By Unknown on Sabtu, 26 Januari 2013 | 12.40

Oleh Masnun Masud

Arsitektur bangunan khas Lombok dengan dominasi kayu kelapa nampaknya menjadi pilihan bagi sebagian masyarakat di Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penggunaan jenis kayu bernama latin "Cocos Nucifera", selain kuat juga memberikan kesan alami.

Bahan kayu kepala tidak hanya hanya digunakan pada rumah tempat tinggal, tetapi juga menjadi bahan bangunan utama pada sejumlah hotel, sebut saja Hotel Novotel Lombok di objek wisata pantai Mandalika, Lombok Tengah.

Bangunan dan interior hotel ini di desain sebagai refleksi dari arsitektur rumah adat suku sasak yang didukung oleh landscape yang unik dan kental dengan nuansa pedesaan. Bahan bangunan dari kayu kelapa menjadi ciri khas hotel bintang empat ini.

Atap yang terbuat dari alang-alang memperkaya konsep alam pedesaan dari bangunan hotel ini dan keseluruhan material bangunannya dari alam seperti kayu kelapa, rotan, gerabah dan teraso, sehingga memberikan kesan alami.

Eksterior hotel mulai dari kusen, daun pintu, lemari dan perlengkapan meublair dan lantai bangunan hotel yang berlokasi di pesisir pantai Mandalika itu semuanya dari bahan kayu kelapa, sehingga benar-benar kental dengan nuansa pedesaan.

Namun demikian tidak mengurangi kesan bahwa hotel Novotel Lombok ini sebagai hotel dengan grade bintang empat yang beberapa waktu lalu dijadikan tempat pertemuan dua Kepala Negara, yakni Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Najib Tun Razak dan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.

Secara keseluruhan arsitektur tradisional Lombok yang menjadi ciri khas hotel bintang empat itu serasi dengan keindahan pantai berpasir putih nan eksotis yang namanya diangkat dari legenda Putri Mandalika yang konon berparas cantik.

Terlepas dari cerita itu, bahan bangunan dari kayu kelapa memang menjadi alternatif pilihan bagi masyarakat ketika harga kayu hutan semakin atau kayu rimba kian meningkat akhir ini.

Kayu kelapa semakin diminati masyarakat di Pulau Lombok termasuk di Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, karena harganya lebih murah dan relatif kuat serta tahan lama untuk dijadikan bahan bangunan.

Misaid (60), salah seorang pedagang bahan bangunan kayu kelapa di Desa Medana, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara menuturkan  dalam beberapa bulan terakhir kayu kelapa diminati warga yang ingin membangun rumah, menyusul harga kayu produksi hutan meningkat.

Harga kayu olahan hasil hutan, seperti kayu Kalimantan cukup tinggi. Kayu ulin Kalimantan harganya mencapai Rp10,50 juta per meter kubik, sementara kayu ulin sulawesi Rp7,5 juta per meter kubik, kayu merbau Rp8,9 juta per meter kubik.

Selain itu, kayu bengkirai Rp8,7 juta per meter kubik dan kayu kamper Rp6,7 juta per meter kubik, sedangkan kayu kelapa kualitas super hanya Rp2,7 juta per meter kubik.

Sehubungan dengan berbagai kelebihan yang dimiliki kayu kelapa para pedagang "ramoan" (bahan bangunan dari olahan kayu kelapa), jenis kayu ini laku keras di pasaran. Kayu kelapa tidak saja untuk bahan bangunan rumah tinggal, tetapi juga banyak dipakai di hotel bintang maupun non bintang atau hotel melati.

"Saya kewalahan melayani permintaan bahan bangunan dari kayu kelapa, karena permintaan cukup banyak. Tingginya permintaan bahan bangunan itu terjadi karena semakin mahalnya kayu rimba dan ketatnya pengawasan kayu ilegal oleh aparat kehutanan," katanya.

Ia mengatakan, kayu dari hutan kualitas tiga atau kayu masih muda tidak bisa bertahan lama untuk bahan bangunan, terutama kalau sering kena hujan akan cepat lapuk dan rusak dimakan rayap.

Tentang kelebihan kayu kelapa itu juga disampaikan masyarakat sejumlah kontraktor terutama perusahaan pengembang. Mereka lebih baik memilih kayu kelapa sebagai bahan bangunan dibandingkan kayu rimba yang tidak tahan lama dan harganya mahal.

Ilyas (45), pedagang bahan bangunan kayu kelapa lainnya juga mengakui permintaan bahan bangunan dari kayu "kopong" (kayu kelapa) tersebut mengalami peningkatan sejak beberapa tahun terakhir.

"Saya kewalahan melayani permintaan bahan bangunan dari kayu kelapa yang kian meningkat akhir-akhir ini. Permintaan bahan bangunan itu tidak hanya dari Lombok Utara tetapi juga dari daerah lain di Pulau Lombok," katanya.

Ketika permintaan akan banahn bangunan itu semakin ramai, menurut dia, relatif sulit mencari pohon kelapa, karena petani yang bersedia menjual pohon kelapa sekarang ini relatif kurang.

Dia mengatakan, sejak beberapa tahun ini relatif sulit mendapatkan pohon kelapa, karena petani tidak mau menjual. Para petani  hanya mau menjual pohon kelapa kalau sudah berhenti berbuah.

Pohon kelapa mahal

"Kalau ada yang mau menjual kita berebutan dengan pedagang lain. Para pembeli pohon kelapa datang ke rumah petani. Yang dapat adalah yang berani membeli dengan harga yang lebih mahal. Ini yang menyebabkan harga pohon kelapa terus meningkat.

Menurut dia, harga pohon kelapa sekarang ini mencapai Rp800.000 per pohon dan biasanya yang dijual petani adalah pohon yang sudah tidak berbuah.

"Dari satu pohon kelapa tersebut kita bisa mendapatkan 80 meter kayu ukuran panjang 4 sampai 5 meter. Ongkos membuat yang dibutuhkan sampai menjadi bahan bangunan Rp2.000 dan ongkos angkut Rp300 per meter kubik," katanya.

Dia mengatakan, kayu kelapa yang sudah diolah menjadi bahan bangunan dijual dengan harga Rp18.000 per meter untuk kualitas I dan II dan kualitas III Rp16.000 hingga Rp17.000 per meter.

Jadi, kata Misaid, keuntungan yang bisa diperoleh dari usaha kayu kelapa bahan bangunan tersebut relatif kecil, karena harga pohon kelapa saat ini cukup mahal.

"Kalau pembeli kayu kelapa minta diantarkan misalnya ke Lombok Tengah, maka kita harus mengeluarkan biaya 6Rp600.000 per truk dan kalau kie Lombok Timur ongkosnya mencapai Rp700.000 per truk," katanya.

Sementara itu H Mahmud Husein, warga desa Medana mengaku lebih baik memilih kayu kelapa untuk membangun rumah karena sudah terbukti mampu bertahan lama.

"Rumah yang sedang saya bangun sekarang semuanya menggunakan kayu kelapa dari pohon yang sudah tua. Saya sengaja memilih pohon kelapa yang sudah tidak berbuah dan warna kayunya hitam," katanya.

Menurut dia, bahan bangunan dari kayu kelapa yang sudah tua bisa bertahan puluhan tahun. Kayu kelapa bisa dijadikan kusen pintu, jendela dan usuk, bahkan banyak yang memanfaatkan kayu kelapa untuk daun pintu.

Pintu dari bahan kayu kelapa tua, menurut Mahmud, selain kuat juga seratnya yang berwarna hitam terlihat  menarik, apalagi kalau menggunakan pernis serat kayu akan semakin terang.

Sejatinya kayu kelapa merupakan sumber kayu alternatif baru yang berasal dari perkebunan kelapa yang sudah tidak menghasilkan lagi buah kelapa.

Pohon-pohon kelapa yang digunakan sebagai bahan bangunan itu rata-rata berumur 60 tahun ke atas dan sudah tidak berbuah lagi sehingga biasanya akan ditebang dan diganti dengan bibit pohon yang baru.

Pohon kelapa sebenarnya tergolong tanaman palem. Pada kayu kelapa takkan ditemukan alur serat lurus dan serat mahkota karena semua bagiannya adalah fiber.      Dulahit (60), tukang rumah di Desa Medana, Kecamatan Tanjung mengutarakan kelebihan kayu kelapa. Tidak akan ditemukan mata kayu karena pohon kelapa tidak memiliki ranting.

Penggolongan grade kayu kelapa ditentukan dari pemotongan pohon, semakin menuju ke inti, kerapatan serat kayu kelapa cenderung semakin rendah/sedikit.

"Secara kasat mata kualitas kayu kelapa dapat juga dibedakan dari gelap-terangnya kayu. Semakin gelap warna kayu kelapa umumnya menandakan kerapatan serat kayu yang semakin padat sehingga kayu semakin kuat," ujar tukang pembuat "berugak" (joglo) dengan bahan kayu kelapa ini.

Saat ini banyak dikembangkan penggunaan kayu kelapa sebagai alternatif pengganti kayu hutan untuk lantai rumah dari kayu. Sebagai lantai, kayu kelapa awet dan tahan lama seperti kayu biasa. Warna dan corak serat kayunya sangat khas.

Kayu kelapa sebagai sumber bahan baku lanti rumah sangat banyak dijumpai diseluruh wilayah Indonesia, karena memiliki berbagai kelebihan dibandingkan dengan kayu rimba.

Beberapa fakta tentang Lantai Kayu Kelapa, antara lain secara alami, kayu kelapa memiliki kerapatan yang lebih padat dibandingkan kayu hutan pada umumnya. Hal ini terlihat dari kepadatan  serat yang secara kasat mata bisa dibedakan dari gelap/terangnya kayu kelapa.

Kelebihan lainnya adalah anti rayap, ini dapat dihindari dengan "treatment"  yang benar pada proses pengeringan awal kayu dan pada dasarnya rayap tidak menyukai kayu kelapa karena seratnya yang padat.

Kayu kelapa yang sebelumnya dianggap kayu kualitas rendah. Kini "diburu", bukan saja untuk membuat rumah, tetapi juga hotel bintang dengan arsitektur tradisional Lombok. Tidak berlebihan bahan baku lokal berpenampilan internasional.


12.40 | 0 komentar | Read More

Cak Nun, Gus Dur, dan Ateis

SURABAYA, KOMPAS.com — Seorang peserta dalam acara bertajuk A Tribute to Martin Luther King dan Gus Dur: Warisan Pluralisme, Keanekaragaman dan Demokrasi yang digelar Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Surabaya, Selasa (22/1/2013), mengaku ingin keluar dari agama.

"Rasanya, saya ingin keluar dari agama karena agama sudah tidak lagi membuat orang menjadi sejuk. Banyak orang beragama yang suka konflik. Banyak orang dengan pakaian agama justru melakukan kekerasan, bahkan membunuh saudara sendiri. Jadi, buat apa beragama," ucap peserta itu.

Menjawab hal itu, budayawan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) menjelaskan agama itu bukan institusi. Karena itu, orang masuk ke dalam agama atau keluar dari agama itu bukan persoalan. "Agama itu bukan institusi. Kalau Anda mengaku beragama tapi suka kekerasan, itu bukan beragama," tuturnya.

Sahabat dari mantan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur (alm) itu menyebut Gus Dur sebagai orang beragama dan orang beragama yang suka kekerasan itu ateis (bukan orang beragama).

"Islam itu bukan sekadar salat, puasa, zakat, haji, atau syariah, tapi Islam adalah jujur kepada manusia. Islam adalah cinta kepada manusia, Islam adalah keindahan. Jadi, kalau Anda mengaku Islam tapi tidak indah atau suka kekerasan, Anda belum tentu Islam," paparnya.

Bahkan, suami artis Novia Kolopaking itu menilai rukun Islam (syahadat, salat, puasa, zakat, haji, dan syariah lain) itu hanya 3,5 persen dari ajaran, sedangkan 96,5 persen dari ajaran Islam yang sesungguhnya adalah keindahan, penghormatan kepada sesama, jujur, adil, bersih, bersatu, dan seterusnya.

"Jadi, kalau Gus Dur itu garang kepada ICMI dan sesama Islam, tapi Gus Dur sangat hormat kepada non-Islam, maka hal itu bukan berarti Gus Dur tidak beragama. Target Gus Dur bukan sekadar menghormati non-Islam itu, tapi Gus Dur ingin menegakkan keadilan, kesetaraan, persaudaraan, kejujuran, keindahan, dan sejenisnya. Itulah ajaran Islam yang sesungguhnya," tuturnya.

Pemimpin kelompok musik religi Kiai Kanjeng itu menilai Gus Dur justru melakukan "diskriminasi hasanah" (diskriminasi yang baik). "Baginya, Islam tidak perlu dibela karena jalurnya sudah tepat, tapi non-Islam justru harus tahu Islam itu bagaimana," ujarnya tersenyum.

Pandangan Cak Nun itu tidak jauh berbeda dengan pandangan Dubes AS untuk Indonesia Scot Marciel yang juga hadir dalam acara mengenang Gus Dur dan Martin Luther King Jr itu. "Gus Dur dan Martin Luther King Jr itu berbeda, tapi keduanya memiliki kesamaan sebagai tokoh agama dan pejuang HAM di negaranya," ujarnya.

Bahkan, ia menilai tokoh HAM Gus Dur telah mendorong Indonesia menjadi lebih baik, seperti halnya tokoh HAM Martin Luther King Jr mendorong AS menjadi lebih baik.

"Beliau ikut memperjuangkan kesetaraan hak itu, tapi caranya dengan damai," paparnya dalam acara yang juga dihadiri putri pertama Gus Dur, Alissa Wahid, itu.


12.40 | 0 komentar | Read More

KOMPAS.com - Oase

Written By Unknown on Jumat, 25 Januari 2013 | 12.40

KOMPAS.com - OaseKOMPAS.comCak Nun, Gus Dur, dan AteisKayu Kelapa pada Arsitektur Tradisional LombokKolam Renang Zaman Belanda DitemukanPuisi-puisi Dewi LinggasariSambut Maulud dengan "Weh-wehan"Seseorang yang Bisa Melihat Masa DepanLelaki Berlongyi Biru - 25Cak Nun Usulkan "Buku Babon" Gus Dur16 Seniman Melukis di PemakamanIKJ Gelar Pameran Lukisan duARTisLari dari KiraPuisi-Puisi Ranang Aji SPLelaki Berlongyi Biru - 24Gus Dur Dorong Indonesia Lebih baikPenulis Malaysia Ingin Bikin Film Heroisme Aceh


Notice: Undefined index: HTTP_USER_AGENT in /www/cyb2-wskcwp-02/public_html/kompascom2011/index.php on line 13
http://www.kompas.com/ News and Service Fri , 25 Jan 2013 12:30:06 +0000 id 2013 Kompas Cyber Media hourly 1 http://www.kompas.com http://www.kompas.com/data/images/logo_kompas_putih.gif 144 20 KOMPAS.com, Lebih Lengkap, Lebih Luas http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/24/08234084/Cak.Nun..Gus.Dur..dan.Ateis. Thu , 24 Jan 2013 08:23:40 UTC+0700<img src="http://assets.kompas.com/data/photo/2011/12/30/1711406t.jpg" align="left" hspace="7" width="120" height="90">Emha Ainun Nadjib menjelaskan agama itu bukan institusi. Karena itu, orang masuk ke dalam agama atau keluar dari agama itu bukan persoalan. <a href="http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/24/08234084/Cak.Nun..Gus.Dur..dan.Ateis.">[...]</a> http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/24/08234084/Cak.Nun..Gus.Dur..dan.Ateis. http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/24/08193888/Kayu.Kelapa.pada.Arsitektur.Tradisional.Lombok Thu , 24 Jan 2013 08:19:38 UTC+0700Arsitektur bangunan khas Lombok dengan dominasi kayu kelapa nampaknya menjadi pilihan bagi sebagian masyarakat di Pulau Lombok. <a href="http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/24/08193888/Kayu.Kelapa.pada.Arsitektur.Tradisional.Lombok">[...]</a> http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/24/08193888/Kayu.Kelapa.pada.Arsitektur.Tradisional.Lombok http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/24/08033015/Kolam.Renang.Zaman.Belanda.Ditemukan Thu , 24 Jan 2013 08:03:30 UTC+0700Tim Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur menemukan situs cagar budaya berupa kolam renang peninggalan zaman Belanda di Surabaya. <a href="http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/24/08033015/Kolam.Renang.Zaman.Belanda.Ditemukan">[...]</a> http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/24/08033015/Kolam.Renang.Zaman.Belanda.Ditemukan http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/24/01361879/Puisi.puisi.Dewi.Linggasari Thu , 24 Jan 2013 01:36:18 UTC+0700<img src="http://assets.kompas.com/data/photo/2013/01/24/0134578-rain-t.jpg" align="left" hspace="7" width="120" height="90">Dewi Linggasari, seorang pengembara yang menapaki jejak di sepanjang tepian waktu. <a href="http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/24/01361879/Puisi.puisi.Dewi.Linggasari">[...]</a> http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/24/01361879/Puisipuisi.Dewi.Linggasari http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/24/0112062/Sambut.Maulud.dengan.Weh.wehan Thu , 24 Jan 2013 01:12:06 UTC+0700<img src="http://assets.kompas.com/data/photo/2013/01/23/2014263-weh-wehan-t.jpg" align="left" hspace="7" width="120" height="90">Weh wehan yang berarti saling bertukar jajan yang digelar di depan rumah masing-masing. <a href="http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/24/0112062/Sambut.Maulud.dengan.Weh.wehan">[...]</a> http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/24/0112062/Sambut.Maulud.dengan.Wehwehan http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/24/00374916/Seseorang.yang.Bisa.Melihat.Masa.Depan Thu , 24 Jan 2013 00:37:49 UTC+0700<img src="http://assets.kompas.com/data/photo/2013/01/24/0036204-vision-t.jpg" align="left" hspace="7" width="120" height="90">Peluk hangat meresap ke sekujur badanku. Kemudian kami berbaring bersama di bawah purnama, di atas Tugu Monas Jakarta. <a href="http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/24/00374916/Seseorang.yang.Bisa.Melihat.Masa.Depan">[...]</a> http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/24/00374916/Seseorang.yang.Bisa.Melihat.Masa.Depan http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/24/00052772/Lelaki.Berlongyi.Biru...25 Thu , 24 Jan 2013 00:05:27 UTC+0700<img src="http://assets.kompas.com/data/photo/2012/12/13/0104251-langit-t.JPG" align="left" hspace="7" width="120" height="90">Protes para pemilik lahan semakin gencar karena tidak ada tanggapan serius dari pihak pengembang dan pemerintah. Nanda dan Soe Phyu sangat sibuk. <a href="http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/24/00052772/Lelaki.Berlongyi.Biru...25">[...]</a> http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/24/00052772/Lelaki.Berlongyi.Biru..25 http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/23/23491992/Cak.Nun.Usulkan.Buku.Babon.Gus.Dur Wed , 23 Jan 2013 23:49:19 UTC+0700<img src="http://assets.kompas.com/data/photo/2012/08/14/1246359t.jpg" align="left" hspace="7" width="120" height="90">Cak Nun mengusulkan kepada PBNU untuk menyusun &quot;buku babon&quot; atau buku induk tentang tokoh NU dan mantan Presiden Abdurrahman Wahid secara lengkap. <a href="http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/23/23491992/Cak.Nun.Usulkan.Buku.Babon.Gus.Dur">[...]</a> http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/23/23491992/Cak.Nun.Usulkan.Buku.Babon.Gus.Dur http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/23/18525294/16.Seniman.Melukis.di.Pemakaman Wed , 23 Jan 2013 18:52:52 UTC+0700<img src="http://assets.kompas.com/data/photo/2013/01/23/1848138-melukis-kematian-yang-indah-t.jpg" align="left" hspace="7" width="120" height="90">Sebanyak 16 pelukis dari Jakarta dan Bandung berkumpul untuk melukis di pemakaman San Diego Hills, Karawang, Jawa Barat, Rabu 23/1/2013. <a href="http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/23/18525294/16.Seniman.Melukis.di.Pemakaman">[...]</a> http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/23/18525294/16.Seniman.Melukis.di.Pemakaman http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/22/19110397/IKJ.Gelar.Pameran.Lukisan.duARTis Tue , 22 Jan 2013 19:11:03 UTC+0700<img src="http://assets.kompas.com/data/photo/2013/01/22/2006271-pameran-lukisan-t.jpg" align="left" hspace="7" width="120" height="90">Fakultas Seni Rupa IKJ dan BP PKJ TIM menyelenggarakan lukisan bertema duaArtis, pada 22-30 Januari. <a href="http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/22/19110397/IKJ.Gelar.Pameran.Lukisan.duARTis">[...]</a> http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/22/19110397/IKJ.Gelar.Pameran.Lukisan.duARTis http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/22/17241037/Lari.dari.Kira Tue , 22 Jan 2013 17:24:10 UTC+0700Penulis tak hanya mengajak pembaca untuk merunut kisah kasih antara Kira dengan Rangga, melainkan juga menghidangkan pelajaran. <a href="http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/22/17241037/Lari.dari.Kira">[...]</a> http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/22/17241037/Lari.dari.Kira http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/22/17015929/Puisi.Puisi.Ranang.Aji.SP Tue , 22 Jan 2013 17:01:59 UTC+0700<img src="http://assets.kompas.com/data/photo/2012/12/01/1203355-set-waspadai-cuaca-ekstrem--t.jpg" align="left" hspace="7" width="120" height="90">Ranang Aji SP, Lahir 1 Desember 1978. Puisinya terangkum dalam Kumpulan Puisi Fang 2011, Antologi Bersama Tidak Ada Titik 2012. <a href="http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/22/17015929/Puisi.Puisi.Ranang.Aji.SP">[...]</a> http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/22/17015929/PuisiPuisi.Ranang.Aji.SP http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/22/16582268/Lelaki.Berlongyi.Biru...24 Tue , 22 Jan 2013 16:58:22 UTC+0700<img src="http://assets.kompas.com/data/photo/2013/01/22/1647012-office-t.jpg" align="left" hspace="7" width="120" height="90">Dengungan suara orang menyerbu telingaku. Sehabis melepas sepatuku dan memakai kasut, aku mematung tak jauh dari pintu. <a href="http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/22/16582268/Lelaki.Berlongyi.Biru...24">[...]</a> http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/22/16582268/Lelaki.Berlongyi.Biru..24 http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/22/16363339/Gus.Dur.Dorong.Indonesia.Lebih.baik Tue , 22 Jan 2013 16:36:33 UTC+0700<img src="http://assets.kompas.com/data/photo/2011/12/30/1711406t.jpg" align="left" hspace="7" width="120" height="90">Gus Dur telah mendorong Indonesia menjadi lebih baik, seperti halnya tokoh HAM Martin Luther King Jr mendorong AS menjadi lebih baik. <a href="http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/22/16363339/Gus.Dur.Dorong.Indonesia.Lebih.baik">[...]</a> http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/22/16363339/Gus.Dur.Dorong.Indonesia.Lebih.baik http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/22/16295986/Penulis.Malaysia.Ingin.Bikin.Film.Heroisme.Aceh Tue , 22 Jan 2013 16:29:59 UTC+0700Penulis asal Malaysia Mansor bin Puteh berkeinginan menceritakan kisah heroik rakyat Aceh tempo dulu untuk difilmkan. <a href="http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/22/16295986/Penulis.Malaysia.Ingin.Bikin.Film.Heroisme.Aceh">[...]</a> http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/22/16295986/Penulis.Malaysia.Ingin.Bikin.Film.Heroisme.Aceh

KOMPAS.com - OaseKOMPAS.comCak Nun, Gus Dur, dan AteisKayu Kelapa pada Arsitektur Tradisional LombokKolam Renang Zaman Belanda DitemukanPuisi-puisi Dewi LinggasariSambut Maulud dengan "Weh-wehan"Seseorang yang Bisa Melihat Masa DepanLelaki Berlongyi Biru - 25Cak Nun Usulkan "Buku Babon" Gus Dur16 Seniman Melukis di PemakamanIKJ Gelar Pameran Lukisan duARTisLari dari KiraPuisi-Puisi Ranang Aji SPLelaki Berlongyi Biru - 24Gus Dur Dorong Indonesia Lebih baikPenulis Malaysia Ingin Bikin Film Heroisme Aceh


Notice: Undefined index: HTTP_USER_AGENT in /www/cyb2-wskcwp-02/public_html/kompascom2011/index.php on line 13
http://www.kompas.com/ News and Service Fri , 25 Jan 2013 12:30:06 +0000 id 2013 Kompas Cyber Media hourly 1 http://www.kompas.com http://www.kompas.com/data/images/logo_kompas_putih.gif 144 20 KOMPAS.com, Lebih Lengkap, Lebih Luas http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/24/08234084/Cak.Nun..Gus.Dur..dan.Ateis. Thu , 24 Jan 2013 08:23:40 UTC+0700<img src="http://assets.kompas.com/data/photo/2011/12/30/1711406t.jpg" align="left" hspace="7" width="120" height="90">Emha Ainun Nadjib menjelaskan agama itu bukan institusi. Karena itu, orang masuk ke dalam agama atau keluar dari agama itu bukan persoalan. <a href="http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/24/08234084/Cak.Nun..Gus.Dur..dan.Ateis.">[...]</a> http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/24/08234084/Cak.Nun..Gus.Dur..dan.Ateis. http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/24/08193888/Kayu.Kelapa.pada.Arsitektur.Tradisional.Lombok Thu , 24 Jan 2013 08:19:38 UTC+0700Arsitektur bangunan khas Lombok dengan dominasi kayu kelapa nampaknya menjadi pilihan bagi sebagian masyarakat di Pulau Lombok. <a href="http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/24/08193888/Kayu.Kelapa.pada.Arsitektur.Tradisional.Lombok">[...]</a> http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/24/08193888/Kayu.Kelapa.pada.Arsitektur.Tradisional.Lombok http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/24/08033015/Kolam.Renang.Zaman.Belanda.Ditemukan Thu , 24 Jan 2013 08:03:30 UTC+0700Tim Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur menemukan situs cagar budaya berupa kolam renang peninggalan zaman Belanda di Surabaya. <a href="http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/24/08033015/Kolam.Renang.Zaman.Belanda.Ditemukan">[...]</a> http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/24/08033015/Kolam.Renang.Zaman.Belanda.Ditemukan http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/24/01361879/Puisi.puisi.Dewi.Linggasari Thu , 24 Jan 2013 01:36:18 UTC+0700<img src="http://assets.kompas.com/data/photo/2013/01/24/0134578-rain-t.jpg" align="left" hspace="7" width="120" height="90">Dewi Linggasari, seorang pengembara yang menapaki jejak di sepanjang tepian waktu. <a href="http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/24/01361879/Puisi.puisi.Dewi.Linggasari">[...]</a> http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/24/01361879/Puisipuisi.Dewi.Linggasari http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/24/0112062/Sambut.Maulud.dengan.Weh.wehan Thu , 24 Jan 2013 01:12:06 UTC+0700<img src="http://assets.kompas.com/data/photo/2013/01/23/2014263-weh-wehan-t.jpg" align="left" hspace="7" width="120" height="90">Weh wehan yang berarti saling bertukar jajan yang digelar di depan rumah masing-masing. <a href="http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/24/0112062/Sambut.Maulud.dengan.Weh.wehan">[...]</a> http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/24/0112062/Sambut.Maulud.dengan.Wehwehan http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/24/00374916/Seseorang.yang.Bisa.Melihat.Masa.Depan Thu , 24 Jan 2013 00:37:49 UTC+0700<img src="http://assets.kompas.com/data/photo/2013/01/24/0036204-vision-t.jpg" align="left" hspace="7" width="120" height="90">Peluk hangat meresap ke sekujur badanku. Kemudian kami berbaring bersama di bawah purnama, di atas Tugu Monas Jakarta. <a href="http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/24/00374916/Seseorang.yang.Bisa.Melihat.Masa.Depan">[...]</a> http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/24/00374916/Seseorang.yang.Bisa.Melihat.Masa.Depan http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/24/00052772/Lelaki.Berlongyi.Biru...25 Thu , 24 Jan 2013 00:05:27 UTC+0700<img src="http://assets.kompas.com/data/photo/2012/12/13/0104251-langit-t.JPG" align="left" hspace="7" width="120" height="90">Protes para pemilik lahan semakin gencar karena tidak ada tanggapan serius dari pihak pengembang dan pemerintah. Nanda dan Soe Phyu sangat sibuk. <a href="http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/24/00052772/Lelaki.Berlongyi.Biru...25">[...]</a> http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/24/00052772/Lelaki.Berlongyi.Biru..25 http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/23/23491992/Cak.Nun.Usulkan.Buku.Babon.Gus.Dur Wed , 23 Jan 2013 23:49:19 UTC+0700<img src="http://assets.kompas.com/data/photo/2012/08/14/1246359t.jpg" align="left" hspace="7" width="120" height="90">Cak Nun mengusulkan kepada PBNU untuk menyusun &quot;buku babon&quot; atau buku induk tentang tokoh NU dan mantan Presiden Abdurrahman Wahid secara lengkap. <a href="http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/23/23491992/Cak.Nun.Usulkan.Buku.Babon.Gus.Dur">[...]</a> http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/23/23491992/Cak.Nun.Usulkan.Buku.Babon.Gus.Dur http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/23/18525294/16.Seniman.Melukis.di.Pemakaman Wed , 23 Jan 2013 18:52:52 UTC+0700<img src="http://assets.kompas.com/data/photo/2013/01/23/1848138-melukis-kematian-yang-indah-t.jpg" align="left" hspace="7" width="120" height="90">Sebanyak 16 pelukis dari Jakarta dan Bandung berkumpul untuk melukis di pemakaman San Diego Hills, Karawang, Jawa Barat, Rabu 23/1/2013. <a href="http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/23/18525294/16.Seniman.Melukis.di.Pemakaman">[...]</a> http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/23/18525294/16.Seniman.Melukis.di.Pemakaman http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/22/19110397/IKJ.Gelar.Pameran.Lukisan.duARTis Tue , 22 Jan 2013 19:11:03 UTC+0700<img src="http://assets.kompas.com/data/photo/2013/01/22/2006271-pameran-lukisan-t.jpg" align="left" hspace="7" width="120" height="90">Fakultas Seni Rupa IKJ dan BP PKJ TIM menyelenggarakan lukisan bertema duaArtis, pada 22-30 Januari. <a href="http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/22/19110397/IKJ.Gelar.Pameran.Lukisan.duARTis">[...]</a> http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/22/19110397/IKJ.Gelar.Pameran.Lukisan.duARTis http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/22/17241037/Lari.dari.Kira Tue , 22 Jan 2013 17:24:10 UTC+0700Penulis tak hanya mengajak pembaca untuk merunut kisah kasih antara Kira dengan Rangga, melainkan juga menghidangkan pelajaran. <a href="http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/22/17241037/Lari.dari.Kira">[...]</a> http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/22/17241037/Lari.dari.Kira http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/22/17015929/Puisi.Puisi.Ranang.Aji.SP Tue , 22 Jan 2013 17:01:59 UTC+0700<img src="http://assets.kompas.com/data/photo/2012/12/01/1203355-set-waspadai-cuaca-ekstrem--t.jpg" align="left" hspace="7" width="120" height="90">Ranang Aji SP, Lahir 1 Desember 1978. Puisinya terangkum dalam Kumpulan Puisi Fang 2011, Antologi Bersama Tidak Ada Titik 2012. <a href="http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/22/17015929/Puisi.Puisi.Ranang.Aji.SP">[...]</a> http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/22/17015929/PuisiPuisi.Ranang.Aji.SP http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/22/16582268/Lelaki.Berlongyi.Biru...24 Tue , 22 Jan 2013 16:58:22 UTC+0700<img src="http://assets.kompas.com/data/photo/2013/01/22/1647012-office-t.jpg" align="left" hspace="7" width="120" height="90">Dengungan suara orang menyerbu telingaku. Sehabis melepas sepatuku dan memakai kasut, aku mematung tak jauh dari pintu. <a href="http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/22/16582268/Lelaki.Berlongyi.Biru...24">[...]</a> http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/22/16582268/Lelaki.Berlongyi.Biru..24 http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/22/16363339/Gus.Dur.Dorong.Indonesia.Lebih.baik Tue , 22 Jan 2013 16:36:33 UTC+0700<img src="http://assets.kompas.com/data/photo/2011/12/30/1711406t.jpg" align="left" hspace="7" width="120" height="90">Gus Dur telah mendorong Indonesia menjadi lebih baik, seperti halnya tokoh HAM Martin Luther King Jr mendorong AS menjadi lebih baik. <a href="http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/22/16363339/Gus.Dur.Dorong.Indonesia.Lebih.baik">[...]</a> http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/22/16363339/Gus.Dur.Dorong.Indonesia.Lebih.baik http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/22/16295986/Penulis.Malaysia.Ingin.Bikin.Film.Heroisme.Aceh Tue , 22 Jan 2013 16:29:59 UTC+0700Penulis asal Malaysia Mansor bin Puteh berkeinginan menceritakan kisah heroik rakyat Aceh tempo dulu untuk difilmkan. <a href="http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/22/16295986/Penulis.Malaysia.Ingin.Bikin.Film.Heroisme.Aceh">[...]</a> http://oase.kompas.com/read/xml/2013/01/22/16295986/Penulis.Malaysia.Ingin.Bikin.Film.Heroisme.Aceh


12.40 | 0 komentar | Read More

Cak Nun, Gus Dur, dan Ateis

Written By Unknown on Kamis, 24 Januari 2013 | 12.40

SURABAYA, KOMPAS.com — Seorang peserta dalam acara bertajuk A Tribute to Martin Luther King dan Gus Dur: Warisan Pluralisme, Keanekaragaman dan Demokrasi yang digelar Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Surabaya, Selasa (22/1/2013), mengaku ingin keluar dari agama.

"Rasanya, saya ingin keluar dari agama karena agama sudah tidak lagi membuat orang menjadi sejuk. Banyak orang beragama yang suka konflik. Banyak orang dengan pakaian agama justru melakukan kekerasan, bahkan membunuh saudara sendiri. Jadi, buat apa beragama," ucap peserta itu.

Menjawab hal itu, budayawan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) menjelaskan agama itu bukan institusi. Karena itu, orang masuk ke dalam agama atau keluar dari agama itu bukan persoalan. "Agama itu bukan institusi. Kalau Anda mengaku beragama tapi suka kekerasan, itu bukan beragama," tuturnya.

Sahabat dari mantan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur (alm) itu menyebut Gus Dur sebagai orang beragama dan orang beragama yang suka kekerasan itu ateis (bukan orang beragama).

"Islam itu bukan sekadar salat, puasa, zakat, haji, atau syariah, tapi Islam adalah jujur kepada manusia. Islam adalah cinta kepada manusia, Islam adalah keindahan. Jadi, kalau Anda mengaku Islam tapi tidak indah atau suka kekerasan, Anda belum tentu Islam," paparnya.

Bahkan, suami artis Novia Kolopaking itu menilai rukun Islam (syahadat, salat, puasa, zakat, haji, dan syariah lain) itu hanya 3,5 persen dari ajaran, sedangkan 96,5 persen dari ajaran Islam yang sesungguhnya adalah keindahan, penghormatan kepada sesama, jujur, adil, bersih, bersatu, dan seterusnya.

"Jadi, kalau Gus Dur itu garang kepada ICMI dan sesama Islam, tapi Gus Dur sangat hormat kepada non-Islam, maka hal itu bukan berarti Gus Dur tidak beragama. Target Gus Dur bukan sekadar menghormati non-Islam itu, tapi Gus Dur ingin menegakkan keadilan, kesetaraan, persaudaraan, kejujuran, keindahan, dan sejenisnya. Itulah ajaran Islam yang sesungguhnya," tuturnya.

Pemimpin kelompok musik religi Kiai Kanjeng itu menilai Gus Dur justru melakukan "diskriminasi hasanah" (diskriminasi yang baik). "Baginya, Islam tidak perlu dibela karena jalurnya sudah tepat, tapi non-Islam justru harus tahu Islam itu bagaimana," ujarnya tersenyum.

Pandangan Cak Nun itu tidak jauh berbeda dengan pandangan Dubes AS untuk Indonesia Scot Marciel yang juga hadir dalam acara mengenang Gus Dur dan Martin Luther King Jr itu. "Gus Dur dan Martin Luther King Jr itu berbeda, tapi keduanya memiliki kesamaan sebagai tokoh agama dan pejuang HAM di negaranya," ujarnya.

Bahkan, ia menilai tokoh HAM Gus Dur telah mendorong Indonesia menjadi lebih baik, seperti halnya tokoh HAM Martin Luther King Jr mendorong AS menjadi lebih baik.

"Beliau ikut memperjuangkan kesetaraan hak itu, tapi caranya dengan damai," paparnya dalam acara yang juga dihadiri putri pertama Gus Dur, Alissa Wahid, itu.


12.40 | 0 komentar | Read More

Kayu Kelapa pada Arsitektur Tradisional Lombok

Oleh Masnun Masud

Arsitektur bangunan khas Lombok dengan dominasi kayu kelapa nampaknya menjadi pilihan bagi sebagian masyarakat di Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penggunaan jenis kayu bernama latin "Cocos Nucifera", selain kuat juga memberikan kesan alami.

Bahan kayu kepala tidak hanya hanya digunakan pada rumah tempat tinggal, tetapi juga menjadi bahan bangunan utama pada sejumlah hotel, sebut saja Hotel Novotel Lombok di objek wisata pantai Mandalika, Lombok Tengah.

Bangunan dan interior hotel ini di desain sebagai refleksi dari arsitektur rumah adat suku sasak yang didukung oleh landscape yang unik dan kental dengan nuansa pedesaan. Bahan bangunan dari kayu kelapa menjadi ciri khas hotel bintang empat ini.

Atap yang terbuat dari alang-alang memperkaya konsep alam pedesaan dari bangunan hotel ini dan keseluruhan material bangunannya dari alam seperti kayu kelapa, rotan, gerabah dan teraso, sehingga memberikan kesan alami.

Eksterior hotel mulai dari kusen, daun pintu, lemari dan perlengkapan meublair dan lantai bangunan hotel yang berlokasi di pesisir pantai Mandalika itu semuanya dari bahan kayu kelapa, sehingga benar-benar kental dengan nuansa pedesaan.

Namun demikian tidak mengurangi kesan bahwa hotel Novotel Lombok ini sebagai hotel dengan grade bintang empat yang beberapa waktu lalu dijadikan tempat pertemuan dua Kepala Negara, yakni Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Najib Tun Razak dan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.

Secara keseluruhan arsitektur tradisional Lombok yang menjadi ciri khas hotel bintang empat itu serasi dengan keindahan pantai berpasir putih nan eksotis yang namanya diangkat dari legenda Putri Mandalika yang konon berparas cantik.

Terlepas dari cerita itu, bahan bangunan dari kayu kelapa memang menjadi alternatif pilihan bagi masyarakat ketika harga kayu hutan semakin atau kayu rimba kian meningkat akhir ini.

Kayu kelapa semakin diminati masyarakat di Pulau Lombok termasuk di Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, karena harganya lebih murah dan relatif kuat serta tahan lama untuk dijadikan bahan bangunan.

Misaid (60), salah seorang pedagang bahan bangunan kayu kelapa di Desa Medana, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara menuturkan  dalam beberapa bulan terakhir kayu kelapa diminati warga yang ingin membangun rumah, menyusul harga kayu produksi hutan meningkat.

Harga kayu olahan hasil hutan, seperti kayu Kalimantan cukup tinggi. Kayu ulin Kalimantan harganya mencapai Rp10,50 juta per meter kubik, sementara kayu ulin sulawesi Rp7,5 juta per meter kubik, kayu merbau Rp8,9 juta per meter kubik.

Selain itu, kayu bengkirai Rp8,7 juta per meter kubik dan kayu kamper Rp6,7 juta per meter kubik, sedangkan kayu kelapa kualitas super hanya Rp2,7 juta per meter kubik.

Sehubungan dengan berbagai kelebihan yang dimiliki kayu kelapa para pedagang "ramoan" (bahan bangunan dari olahan kayu kelapa), jenis kayu ini laku keras di pasaran. Kayu kelapa tidak saja untuk bahan bangunan rumah tinggal, tetapi juga banyak dipakai di hotel bintang maupun non bintang atau hotel melati.

"Saya kewalahan melayani permintaan bahan bangunan dari kayu kelapa, karena permintaan cukup banyak. Tingginya permintaan bahan bangunan itu terjadi karena semakin mahalnya kayu rimba dan ketatnya pengawasan kayu ilegal oleh aparat kehutanan," katanya.

Ia mengatakan, kayu dari hutan kualitas tiga atau kayu masih muda tidak bisa bertahan lama untuk bahan bangunan, terutama kalau sering kena hujan akan cepat lapuk dan rusak dimakan rayap.

Tentang kelebihan kayu kelapa itu juga disampaikan masyarakat sejumlah kontraktor terutama perusahaan pengembang. Mereka lebih baik memilih kayu kelapa sebagai bahan bangunan dibandingkan kayu rimba yang tidak tahan lama dan harganya mahal.

Ilyas (45), pedagang bahan bangunan kayu kelapa lainnya juga mengakui permintaan bahan bangunan dari kayu "kopong" (kayu kelapa) tersebut mengalami peningkatan sejak beberapa tahun terakhir.

"Saya kewalahan melayani permintaan bahan bangunan dari kayu kelapa yang kian meningkat akhir-akhir ini. Permintaan bahan bangunan itu tidak hanya dari Lombok Utara tetapi juga dari daerah lain di Pulau Lombok," katanya.

Ketika permintaan akan banahn bangunan itu semakin ramai, menurut dia, relatif sulit mencari pohon kelapa, karena petani yang bersedia menjual pohon kelapa sekarang ini relatif kurang.

Dia mengatakan, sejak beberapa tahun ini relatif sulit mendapatkan pohon kelapa, karena petani tidak mau menjual. Para petani  hanya mau menjual pohon kelapa kalau sudah berhenti berbuah.

Pohon kelapa mahal

"Kalau ada yang mau menjual kita berebutan dengan pedagang lain. Para pembeli pohon kelapa datang ke rumah petani. Yang dapat adalah yang berani membeli dengan harga yang lebih mahal. Ini yang menyebabkan harga pohon kelapa terus meningkat.

Menurut dia, harga pohon kelapa sekarang ini mencapai Rp800.000 per pohon dan biasanya yang dijual petani adalah pohon yang sudah tidak berbuah.

"Dari satu pohon kelapa tersebut kita bisa mendapatkan 80 meter kayu ukuran panjang 4 sampai 5 meter. Ongkos membuat yang dibutuhkan sampai menjadi bahan bangunan Rp2.000 dan ongkos angkut Rp300 per meter kubik," katanya.

Dia mengatakan, kayu kelapa yang sudah diolah menjadi bahan bangunan dijual dengan harga Rp18.000 per meter untuk kualitas I dan II dan kualitas III Rp16.000 hingga Rp17.000 per meter.

Jadi, kata Misaid, keuntungan yang bisa diperoleh dari usaha kayu kelapa bahan bangunan tersebut relatif kecil, karena harga pohon kelapa saat ini cukup mahal.

"Kalau pembeli kayu kelapa minta diantarkan misalnya ke Lombok Tengah, maka kita harus mengeluarkan biaya 6Rp600.000 per truk dan kalau kie Lombok Timur ongkosnya mencapai Rp700.000 per truk," katanya.

Sementara itu H Mahmud Husein, warga desa Medana mengaku lebih baik memilih kayu kelapa untuk membangun rumah karena sudah terbukti mampu bertahan lama.

"Rumah yang sedang saya bangun sekarang semuanya menggunakan kayu kelapa dari pohon yang sudah tua. Saya sengaja memilih pohon kelapa yang sudah tidak berbuah dan warna kayunya hitam," katanya.

Menurut dia, bahan bangunan dari kayu kelapa yang sudah tua bisa bertahan puluhan tahun. Kayu kelapa bisa dijadikan kusen pintu, jendela dan usuk, bahkan banyak yang memanfaatkan kayu kelapa untuk daun pintu.

Pintu dari bahan kayu kelapa tua, menurut Mahmud, selain kuat juga seratnya yang berwarna hitam terlihat  menarik, apalagi kalau menggunakan pernis serat kayu akan semakin terang.

Sejatinya kayu kelapa merupakan sumber kayu alternatif baru yang berasal dari perkebunan kelapa yang sudah tidak menghasilkan lagi buah kelapa.

Pohon-pohon kelapa yang digunakan sebagai bahan bangunan itu rata-rata berumur 60 tahun ke atas dan sudah tidak berbuah lagi sehingga biasanya akan ditebang dan diganti dengan bibit pohon yang baru.

Pohon kelapa sebenarnya tergolong tanaman palem. Pada kayu kelapa takkan ditemukan alur serat lurus dan serat mahkota karena semua bagiannya adalah fiber.      Dulahit (60), tukang rumah di Desa Medana, Kecamatan Tanjung mengutarakan kelebihan kayu kelapa. Tidak akan ditemukan mata kayu karena pohon kelapa tidak memiliki ranting.

Penggolongan grade kayu kelapa ditentukan dari pemotongan pohon, semakin menuju ke inti, kerapatan serat kayu kelapa cenderung semakin rendah/sedikit.

"Secara kasat mata kualitas kayu kelapa dapat juga dibedakan dari gelap-terangnya kayu. Semakin gelap warna kayu kelapa umumnya menandakan kerapatan serat kayu yang semakin padat sehingga kayu semakin kuat," ujar tukang pembuat "berugak" (joglo) dengan bahan kayu kelapa ini.

Saat ini banyak dikembangkan penggunaan kayu kelapa sebagai alternatif pengganti kayu hutan untuk lantai rumah dari kayu. Sebagai lantai, kayu kelapa awet dan tahan lama seperti kayu biasa. Warna dan corak serat kayunya sangat khas.

Kayu kelapa sebagai sumber bahan baku lanti rumah sangat banyak dijumpai diseluruh wilayah Indonesia, karena memiliki berbagai kelebihan dibandingkan dengan kayu rimba.

Beberapa fakta tentang Lantai Kayu Kelapa, antara lain secara alami, kayu kelapa memiliki kerapatan yang lebih padat dibandingkan kayu hutan pada umumnya. Hal ini terlihat dari kepadatan  serat yang secara kasat mata bisa dibedakan dari gelap/terangnya kayu kelapa.

Kelebihan lainnya adalah anti rayap, ini dapat dihindari dengan "treatment"  yang benar pada proses pengeringan awal kayu dan pada dasarnya rayap tidak menyukai kayu kelapa karena seratnya yang padat.

Kayu kelapa yang sebelumnya dianggap kayu kualitas rendah. Kini "diburu", bukan saja untuk membuat rumah, tetapi juga hotel bintang dengan arsitektur tradisional Lombok. Tidak berlebihan bahan baku lokal berpenampilan internasional.


12.40 | 0 komentar | Read More

Lari dari Kira

Written By Unknown on Rabu, 23 Januari 2013 | 12.40

Oleh Riza Multazam Luthfy

Judul: Kira, Waktu Memaksaku Melepaskanmu
Penulis: Dhian Gowinda
Terbit: Juli 2012
Penerbit: Bentang Belia
Tebal: 160 halaman
Harga: Rp. 29.000

Anggitan narasi cinta oleh Dhian Gowinda ini memang memukau. Penulis tak hanya mengajak pembaca untuk merunut kisah kasih antara Kira dengan Rangga, melainkan juga menghidangkan pelajaran bahwa betapa seseorang yang terpuruk karena masa lalu, tidak boleh memanggul beban derita hingga berlarat-larat. Ia harus berdiri tegap menatap jauh ke depan. Seseorang yang terlampau merenungi waktu silam tidak akan mampu menjalani kehidupan dengan baik. Itulah mengapa ia dituntut tetap bertahan. Ia boleh merawat kenangan, tanpa perlu membuangnya jauh-jauh. Lebih dari itu, ia harus bangkit melawan kesedihan, karena life must go on.

Pada awalnya, kisah yang dibalut dengan kata-kata gaul dan identik dengan kaum ABG ini terkesan klise. Akan tetapi, salah! Ini adalah anggapan sesat yang mendesak diluruskan. Pasalnya, penulis tetap menyajikan hal baru bagi pembaca. Tentunya dengan catatan jika pembaca bersedia menyimak cerita ini secara utuh; hal yang ringan dilakukan, mengingat bahasa percakapan antar tokoh disajikan dengan renyah.

Di antara keistimewaan buku ini yaitu penulis mampu menciptakan surprise bagi pembaca. Efek kejut sengaja dirancang sebagai ikhtiar melibatkan emosi pembaca. Dengan menyelipkan kegembiraan dan kesedihan yang bertumpang tindih, tak ayal, perasaan pembaca akan diaduk-aduk sehingga dengan mudah menitihkan air mata sekaligus tersenyum sendiri. Walhasil, pembaca akan menghirup napas dalam-dalam seraya melanting decak kagum.

Adalah Rangga, tokoh utama dalam novel yang cocok dinikmati oleh kawula muda ini. Ialah lelaki penggandrung berat keusilan, kejahilan serta kegesitan Kira. Lelaki yang diam-diam menaruh simpati kepada gadis dengan rambut selalu acak-acakan dan mengantongi gelar trouble maker. Sayangnya, ia belum sadar bahwa di dalam hatinya sebenarnya tersimpan rasa yang lebih dari sekadar simpati. Ia baru menyadarinya ketika Mozza menanyakan apakah dirinya menyukai Kira.
Rangga seolah mendapat angin segar ketika suatu saat Mozza menyodorkan list kesukaan Kira. Percaya dengan bocoran sahabat kental Kira tersebut, akhirnya Rangga mencoba menarik hati gadis pujaannya dengan meniru gaya Lupus. Jadilah rambutnya aneh bin ajaib, karena mirip burung berjambul. Tak hanya itu, ia juga merogoh koceknya agar Kira terpikat. Ia  membelikan Kira beberapa keping DVD berisi film-film Korea: Sector 7, Secret Garden, Heart String, dan City Hunter. Juga CD SHINee, boyband yang digandrungi Kira setengah mati.

Di luar dugaan, Kira justru menolak mentah-mentah hadiah tersebut dengan berujar: "gue gak butuh ginian!!!!" (halaman 15) lalu meninggalkan Rangga, yang masih bingung dan belum paham dengan sikap Kira.

Upaya Rangga dalam menjinakkan hati Kira akhirnya berbuah. Ia mengetahui bahwa sesungguhnya Kira juga menaruh perasaan yang sama ketika suatu hari diary berwarna biru diberikan kepadanya. Saking senangnya, Rangga memberitahukan bahwa ia dan Kira sudah resmi pacaran dengan mengirim SMS ke semua teman sekolah.

Mengetahui tingkah laku Rangga yang cenderung lebay itu, Kira begitu marah. Sampai-sampai ia berkata pada Mozza: "tapi, seenggaknya dia ngobrol dulu, kek, sama gue. Sableng, tuh, anak, belum ada apa-apa udah kasih woro-woro ke anak-anak." (halaman 43).

Rangga meminta maaf kepada Kira atas sikapnya yang berlebihan. Atas dasar cinta, Kira selalu memaafkan Rangga, meski bukan sekali saja kekasihnya itu berbuat salah. Begitulah. Kisah asmara keduanya sering kali diwarnai pertengkaran yang disulut hal-hal sepele. Akan tetapi, mereka berdua sanggup mengatasi itu semua dengan mulus.

Makin hari kemesraan Rangga dengan Kira makin tampak. Kebahagiaan senantiasa terpancar di wajah keduanya. Hingga sebuah peristiwa memaksa kebahagiaan itu berakhir dan menyebabkan sepasang kekasih itu berpisah. Ya, berpisah untuk selamanya, karena Kira meninggal dunia dalam perjalanan bersama Rangga.

Depresi berat menghinggapi Rangga. Atas dasar itulah, ia bermaksud melupakan semua kenangannya bersama Kira dengan menempuh studi di Korea. Celakanya, setiap otaknya melepaskan potret dambaan hatinya, setiap itu pula bayangan Kira kembali muncul.

Di negeri berpenghuni orang-orang Mongoloid tersebut, Rangga bertemu dengan Tari, sepupu Kira yang ternyata juga sedang menempuh studi di Korea. Gadis berwajah oriental tersebut mengaku tidak terima atas kepergian Kira dengan berucap: "Pembunuh! Tenang lo di sini? Tujuh tahun gue menikmati penderitaan elo. Dan, sekarang elo mau melarikan diri begitu aja." (halaman 102).
Rangga tertegun. Nyatanya, selama ini Tari selalu menguntitnya. Tari ingin membuat penderitaan Rangga semakin menjadi dengan rajin menyalahkan Rangga.

Di pucuk cerita, Tari menyadari bahwa kematian sepupunya itu adalah takdir semata yang tidak perlu disesali terus-menerus. Begitu juga dengan Rangga. Meski Kira sudah tiada, ia yakin bahwa kekasihnya itu selalu bersamanya dalam menggapai cita-cita.

Yogyakarta, 2012

Riza Multazam Luthfy
Menulis puisi, cerpen, esai dan tinjauan buku. Karya-karyanya bertebaran di beberapa media.


12.40 | 0 komentar | Read More

IKJ Gelar Pameran Lukisan duARTis

IKJ Gelar Pameran Lukisan duARTis

Penulis: Megandika Wilbordus | Selasa, 22 Januari 2013 | 19:11 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com- Fakultas Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta dan Badan Pengelola PKJ TIM menyelenggarakan pameran lukisan bertema duaARtis. Pameran itu menampilkan karya Tri Aru W dan Harmasto di Galeri Cipta III, Taman Ismail Marzuki, Selasa (22/1/13) hingga Rabu (30/1/13).

Karya-karya Harmasto, dalam deskripsi karyanya, bercermin pada Falsafah Jawa. Ada hanacaraka, hidup, cipta, rasa, dan karsa. Ia juga menampilkan Batik Kawung dan Geometrik. Unsur-unsur itu berpadu membentuk simbol universal dan bertranformasi serta menghadirkan nilai-nilai estetis, imajinasi, ekspresi, dan keharmonisan yang bermakna.

Kemudian, karya-karya Tri Aru W mengungkap warna hitam yang penuh misteri. Di sana, ada suka dan duka.

Menurut Tri, dalam deskripsinya, warna hitam jadi simbol duka cita yang bergabung dalam konteks kematian manusia. Padahal baginya, manusia tidak pernah mati tetapi mengalami metamorfosa. Artinya, meninggalkan kehidupan dunia menuju kehidupan akhirat.

Editor :

Marcus Suprihadi


12.40 | 0 komentar | Read More

Mugi Tampilkan Wayang Kontemporer di Thailand

Written By Unknown on Selasa, 22 Januari 2013 | 12.40

Mugi Tampilkan Wayang Kontemporer di Thailand

Senin, 21 Januari 2013 | 23:57 WIB

KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Ilustrasi

SOLO, KOMPAS.com — Koreografer Mugiyono Kasido (Mugi) akan menampilkan wayang kontemporer berjudul "Dewa Ruci" di Festival Wayang Chiang Mai, Thailand, pada 21-24 Februari mendatang.

"Aneka ragam wayang dari Asia akan dipentaskan dalam event yang bakal berlangsung pada 21 hingga 24 Februari 2013," kata Nuri Aryati, Program Director Mugidance—komunitas seni pertunjukan yang dirintis seniman Mugiyono Kasido.

Menurut Nuri di Solo, Senin, pertunjukan wayang itu akan melibatkan seniman dari negara lain seperti Thailand dan Korea Selatan.

"Sebenarnya ini kelanjutan kolaborasi dari tahun 2012 dan 2011 lalu, tetapi kali ini dipentaskan di Thailand dan karyanya agak berbeda," katanya.

Mugiyono mengatakan, kali ini dia fokus pada unsur-unsur wayang, tetapi tidak meninggalkan tarian.

Seniman dari Indonesia yang akan mendukung pertunjukan karya ini antara lain Dedek Wahyudi dan Peni Candrarini. Anak bungsu Mugi, Marvel Gracia, yang baru duduk di bangku taman kanak-kanak, juga akan ikut tampil.

Selain itu, ada juga Thitipol Kanteewong (komposer/pemusik) dan Ronnarong Khampha (penari) dari Thailand; serta Woo Min Young dari Korea Selatan (pemusik).


12.40 | 0 komentar | Read More

Kemendikbud Danai Museum Keris Rp 10 Miliar

SOLO, KOMPAS.com — Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengalokasikan dana Rp 10 miliar dari Rp 35 miliar yang diajukan oleh Pemerintah Kota Surakarta untuk pembangunan Museum Keris di Solo.

"Otomatis kami harus menyesuaikan desain awal bangunan yang sempat disusun dengan anggaran yang tersedia," kata Kepala Dinas Tata Ruang Kota (DTRK) Pemkot Surakarta Ahyani kepada wartawan di Solo, Senin.

Ia mengatakan, revisi tersebut bakal meliputi penyesuaian desain tata letak dan ukuran bangunan museum. Ukuran bangunan jelas tidak bisa seperti rencana semula. Namun, pihaknya belum bisa memastikan berapa luas pengurangannya.

Dikatakan, tahun lalu Pemkot Surakarta mengajukan permohonan dana pembangunan Museum Keris kepada Kemendikbud. Bangunan tersebut direncanakan berdiri di lahan di sisi selatan kawasan Sriwedari.

Di lahan tersebut berdiri bangunan bekas Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Mangunjayan atau bekas gedung Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dispendukcapil) dan gedung Organisasi Amatir Radio Indonesia (Orari).

Menurut dia, pendirian Museum Keris tersebut bertujuan untuk menguatkan keberadaan Solo sebagai kota budaya.

Ahyani mengatakan, kendati harus disesuaikan dengan anggaran, pihaknya tetap akan memasukkan prioritas bagian bangunan museum dalam revisi rancangan tersebut.

"Gedung setinggi empat lantai masih tetap kami pertahankan. Ruang pameran, perpustakaan, workshop, dan tempat penyimpanan keris juga tetap dibangun," katanya.

Revisi desain tersebut juga akan dikonsultasikan dengan Kemendikbud, mengingat pihak kementerian meminta bentuk bangunan Museum Keris nantinya bisa mengadopsi usulan mereka.

"Desain dan landscape bangunan harus selaras dengan bangunan bekas RSJ Mangunjayan. Terlebih lagi bangunan eks RSJ tersebut sudah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya (BCB)," katanya.

Wali Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo (Rudy) mengatakan, pekan depan pemkot bakal menemui kementerian guna berkoordinasi terkait revisi desain bangunan museum. Hasil koordinasi tersebut akan membantu pemkot menyusun detail engineering design atau bestek gambar kerja detail proyek pembangunan museum.

"Siapa tahu hasil koordinasi tersebut bisa memunculkan konsep bangunan yang memiliki ciri khas tertentu. Yang jelas, kami hanya akan mengurangi kuantitas bangunan, sementara rencana pembangunan museum itu terus berjalan," katanya.


12.40 | 0 komentar | Read More

Menguji Politik

Written By Unknown on Senin, 21 Januari 2013 | 12.40

• Judul: Politik Otentik: Manusia dan Kebebasan dalam Pemikiran Hannah Arendt • Penulis: Agus Sudibyo • Penerbit: Marjin Kiri, 2012 • Tebal: xxv + 240 halaman • ISBN: 978-979-1260-145 ARIF SUSANTO

Politik pada hakikatnya diarahkan untuk mengondisikan manusia bertindak otentik. Di dalam politik terkandung makna kebebasan, penghargaan terhadap keberagaman, dan solidaritas antarwarga.

Mencoba kembali ke akar pemahaman. Itulah yang dilakukan Agus Sudibyo dengan telaahnya tentang pemikiran Hannah Arendt. Tinjauan terhadap karya-karya Arendt menjadi penting jika dikaitkan dengan pergulatan politik Indonesia yang cenderung semakin otonom dari masalah publik.

Lewat buku Politik Otentik, Sudibyo membawa pembaca pada suatu panorama betapa senjang politik Indonesia dari politik ideal yang digagas Arendt. Sementara Arendt menegaskan bahwa politik adalah kondisi kebebasan, praktik politik justru sering membatasi kehendak publik. Sementara bagi Arendt, politik adalah medium kebersamaan dalam keberagaman, praktik pemberangusan kemajemukan kadang memperoleh pembenaran politik.

F Budi Hardiman dalam kata pengantar buku ini mengidentifikasi kata otentik yang disematkan pada kata politik sebagai atribut yang terasa asing bagi politik yang lazim. Baginya, politik riil tidak mungkin tidak berdusta (hal v). Praktik politik kerap diselimuti muslihat yang mengecoh publik. Maka, kata otentik lebih merupakan ajakan untuk meluruskan pengertian politik yang sudah telanjur bengkok.

Problem pokok yang digeluti oleh Sudibyo adalah bagaimana politik sepatutnya dipahami. Kondisi-kondisi seperti apa yang memungkinkan politik sebagai suatu aktivitas bebas yang berintegritas? Sebaliknya, tindakan-tindakan semacam apa yang kiranya menggerogoti kebebasan hingga menghasilkan suatu krisis bagi politik?

Lebih daripada sekadar penyelenggaraan kekuasaan, bukan pula penundukan total melalui pendayagunaan kekerasan, politik bagi Arendt justru harus dipahami di luar kategori penguasaan dan pemaksaan. Politik, pendeknya, dimengerti sekaligus dalam konteks kebebasan individu dan solidaritas politis antarwarga (hal 4). Dengan pengandaian bahwa ruang publik ditujukan untuk mengaktualisasikan kebebasan, politik terlaksana ketika terwujud koeksistensi individu-individu yang setara dan bertindak bersama-sama di ruang publik.

Cukup sering hidup kontemplatif para pemikir soliter dipandang lebih utama, bahkan tidak terkait dengan lingkup kehidupan aktif. Dalam telaahnya, dengan merujuk Arendt, Sudibyo menunjukkan bahwa manusia politik juga hidup dalam lingkup reflektif. Kapasitas politik, dengan demikian, mencakup kapasitas untuk berpikir, berkehendak, menilai secara otonom, serta menerobos batas-batas ideologis, hukum, metode penalaran, dan logosentrisme tertentu (hal 118).

Krisis dalam politik

Arendt (1906-1975), perempuan filsuf berdarah Yahudi, adalah korban kekejaman Nazi. Terusir dari Jerman, dia berpindah ke Perancis sebelum menetap dan menjadi warga negara Amerika Serikat. Karya-karyanya seperti The Origin of Totalitarianism dan Eichmann in Jerussalem menunjukkan bukan semata suatu perspektif korban. Pemahaman kritis Arendt terhadap pengalamannya sebagai yang ditolak memberi sumbangan signifikan bagi kemanusiaan.

Karya-karya Arendt yang juga memperoleh sambutan luas adalah The Human Condition dan The Life of The Mind. Dalam karya pertama, Arendt menegaskan keutamaan "tindakan" dibandingan dengan "kerja" dan "karya". Kerja berhubungan dengan proses biologis tubuh manusia, sementara dalam karya manusia lebih bertindak secara instrumental. Tindakan adalah aktivitas yang terjadi secara langsung antarmanusia dalam kesetaraan dan keberagaman.

Dalam The Life of Mind dijelaskan bahwa pikiran, kehendak, dan penilaian merupakan aktivitas mental dasar yang otonom. Sebagai suatu kapasitas politik, berpikir merupakan suatu modus untuk memasuki kebebasan dalam kerangka interaksi dan empati demi pemahaman silang. Sementara, ketika manusia mampu mengambil keputusan orisinal berhadapan dengan sistem tertentu, dia memiliki kehendak bebas. Adapun penilaian (kapasitas untuk menuju yang universal tanpa mediasi konsep determinan) merupakan kapasitas rasional yang paling penting secara politik.

Melalui buku ini, Sudibyo menelusuri pokok-pokok tersebut untuk menunjukkan kedalaman sekaligus relevansi kajian Arendt. Bab 4 yang membahas krisis politik merupakan bagian paling provokatif yang mewakili suatu pertanyaan "apakah politik masih memiliki makna". Di tengah tarikan-tarikan antipolitik—penghancuran kemanusiaan melalui kekerasan, diskriminasi, penindasan, penyeragaman, dan bahkan pembunuhan—orang mungkin menyangsikan otentisitas politik.

Totalitarianisme mengupayakan konformisme melalui pendayagunaan instrumen teror. Hidup dikontrol dalam suatu pengendalian diskriminatif demi menghasilkan ketundukan dalam keseragaman. Ruang publik dihancurkan, hukum dilecehkan, dan individu dipaksa tunduk terhadap kekuasaan (hal 178-187).

Demokrasi liberal juga memiliki segi-segi antipolitik. Arendt mengkritik praktik yang menempatkan kekuasaan bukan sebagai ruang artikulasi kebebasan warga, melainkan terutama sebagai ruang birokratisasi dan administratisasi segi-segi kehidupan. Demokrasi modern lebih menonjolkan prosedur, struktur, dan sistem; bukan subyek politik yang otentik. Demikian pula prasangka-prasangka telah mendegradasi politik sebagai medium dominasi, bukan medium pembebasan (hal 196).

Arendt bagi Indonesia

Kritik Arendt dapat menjadi suatu elemen penjelas bagi ironi demokrasi Indonesia, ketika terdapat jarak menganga antara perayaan demokrasi formal dan terpuruknya akuntabilitas pemerintahan. Seorang kepala daerah yang memperoleh dukungan besar dalam pilkada, misalnya, harus mengakhiri jabatannya lebih dini karena tersangkut korupsi.

Arendt, menurut Sudibyo, telah berhasil memperkenalkan kembali keutamaan politik yang telah ditenggelamkan oleh kategori politik tradisional ataupun oleh pengalaman kontemporer. Sudibyo juga menunjukkan bahwa optimisme Arendt, yang menegaskan bahwa kelahiran adalah awal eksistensi politik, memberi semangat perlawanan terhadap tindakan-tindakan antipolitik. Di tengah ujian untuk merehabilitasi politik atau melemahkan politik, republikanisme Arendt memberi landasan bagi yang pertama.

Arif Susanto Dosen Universitas Paramadina, Jakarta


12.40 | 0 komentar | Read More

A m i n

Cerpen F Rahardi

Laki-laki itu berusia setengah baya, berperawakan biasa, berkulit biasa, berwajah biasa, berambut biasa, berbaju dan bercelana biasa, mengenakan sepatu yang juga biasa-biasa saja.

Barangkali di kantong baju dan celananya juga tersimpan benda-benda biasa seperti dompet, sisir, ballpen, dan dalam dompet itu ia taruh uang, kartu identitas, dan lainlain.

Laki-laki itu duduk bersila dengan takzim. Dua tangannya ia sedekapkan ke dada, dan pandang matanya mengarah lurus ke depan. Dia diam saja, hanya kalau ada orang lewat di depannya ia akan berkata: "Amin". Orang-orang menengoknya sebentar lalu berlalu. Satu dua orang segera menjatuhkan uang logam lima ratusan, lembaran ribuan, dua ribuan, lima ribuan, bahkan ada beberapa yang menaruh lembaran uang dua puluh ribuan, lima puluh ribuan, dan seratus ribuan. Ketika orang-orang itu menjatuhkan, melemparkan atau menaruh uang di depannya, laki-laki itu berucap dengan suara dan nada biasa: "Amin".

Tidak lama kemudian, uang itu menumpuk cukup banyak di depannya. Tetapi laki-laki itu tetap hanya menatap jauh ke depan, dan ketika orang-orang lewat, dengan atau tanpa menjatuhkan uang, ia berucap "Amin". Satu dua orang lalu menyempatkan diri untuk berhenti sejenak, di dekat tempat laki-laki itu duduk bersila. Beberapa orang kemudian juga ikut berdiri di sekitarnya, sambil terus memandangi laki-laki yang hanya duduk dengan biasa itu. Orang-orang berkerumun, memandang curiga, ada yang bertanya-tanya dalam hati, ada yang menduga-duga. Bagi mereka, laki-laki itu sungguh tidak biasa.

"Mengapa ia duduk bersila di trotoar Jalan Merdeka Utara, pas di depan Istana Merdeka?" tanya seseorang dalam hati. "Mengapa tatapan matanya ia arahkan lurus ke depan, tertuju ke pintu Istana Merdeka?" tanya yang lain juga dalam hati. "Siapakah dia?" tanya yang lain lagi, juga dalam hati. Lama-lama ada yang memberanikan diri bertanya entah kepada siapa, dan pertanyaan itu ia ucapkan pelan tetapi jelas: "Ada apa sih ini?" Serentak beberapa orang mengarahkan pandangan mereka ke orang yang bertanya tadi, dan satu dua orang segera menimpali: "Dia ini minta-minta, atau demo, atau semedi, atau apa ya?" Ketika pertanyaan-pertanyaan itu selesai diucapkan dengan tak beraturan, laki-laki yang duduk bersila itu menjawab: "Amin."

Di gerbang Istana Merdeka itu ada beberapa Paspampres. Di ujung barat laut Jalan Silang Monas itu juga selalu ada polisi berjaga-jaga. Mereka segera mengarahkan pandang mata mereka ke arah kerumunan orang di trotoar Jalan Merdeka Utara itu. Ketika kerumunan orang itu tambah banyak, dua orang polisi segera mendekat, memberi isyarat agar kerumunan orang itu menyibak, lalu tampaklah gundukan uang, dan laki-laki yang duduk bersila, memandang Istana Merdeka. Dua polisi itu juga heran. Bagi mereka, laki-laki ini tidak biasa. Maka mereka berdua lalu mendekat dan bertanya: "Ada apa ini?" Belum sempat kerumunan orang menjawab, laki-laki yang duduk bersila itu berucap: "Amin".

Dua polisi itu lalu menyuruh kerumunan orang bubar. Setelah kerumunan orang itu bubar, salah satu dari dua orang polisi itu menyuruh laki-laki yang duduk bersila untuk segera pergi. Laki-laki bersila itu menjawab: "Amin". Polisi itu kesal: "Saudara mau main-main dengan aparat ya?" Laki-laki itu tetap duduk bersila, tangannya tetap sedekap, matanya tetap mengarah ke Istana Merdeka, dan mulutnya kembali berucap: "Amin". Salah satu polisi mendekat lalu menendang laki-laki yang duduk bersila itu dengan sepatu larasnya. Laki-laki itu menerima tendangan sepatu dan menjawab: "Amin". Polisi kembali menendang lebih keras lagi dan kembali laki-laki itu menerima tendangan dengan jawaban: "Amin". Berulang kali polisi itu melayangkan tendangan dan selalu dijawab dengan "Amin".

Polisi yang sebelumnya berada di dekat truk yang diparkir di pojokan Silang Monas itu, segera berdatangan, demi melihat teman mereka melayangkan tendangan berulang kali kepada laki-laki yang duduk bersila. Ketika kerumunan polisi itu datang, maka laki-laki yang duduk bersila itu menyambut dengan ucapan: "Amin". Salah satu polisi yang membawa bedil segera mengarahkan popor bedil ke kepala laki-laki yang duduk bersila itu, lalu mengayunkannya: Prak! Laki-laki itu menyambut pukulan popor bedil dengan ucapan: "Amin". Beberapa polisi lalu ikut mengeprukkan popor bedil mereka ke kepala, leher, pundak, perut, dada, bokong, pinggang, dan kaki, dan semua selalu dijawab dengan: "Amin". Kejengkelan para polisi itu naik sampai ke ubun-ubun.

Mereka menyepak tumpukan uang itu hingga berhamburan ke jalan raya. Mobil-mobil serentak melambatkan jalannya hingga Jalan Merdeka Utara macet. Para polisi lalu bergotong-royong mengangkat tubuh laki-laki yang duduk bersila itu. Ada yang memegangi kepalanya, ada yang menjambak rambutnya, ada yang menarik bajunya, ada yang mencengkeram pundaknya, dan semua dijawab laki-laki itu dengan ucapan: "Amin". Polisi-polisi itu kecapekan dan laki-laki itu tetap duduk bersila, tetap mendekapkan tangannya di dada, dan pandang matanya masih terarah ke Istana Merdeka. Sesekali ia ucapkan: "Amin". Dan ucapan itu membuat hati para polisi yang kecapekan jadi galau.

"Amin". Kata laki-laki itu ketika dari arah seberang serombongan Paspampres datang. Kata undang-undang, kalau polisi tak mampu mengatasi keadaan, maka tentara akan membantu. Gas air mata segera disemprotkan: Bres! Kanon air juga ditembakkan: Byur! Salah satu Paspampres segera mengokang bedil dan menembakkannya ke arah laki-laki yang duduk bersila itu: "Amin". "Ini tadi kau tembakkan peluru tajam atau peluru karet?" tanya polisi kepada tentara. Dijawab tegas: "Amin". Dari arah barat lalu datang forklift, dengan dua paruhnya yang runcing mencecar ke depan. Forklift itu mengarah ke trotoar tempat duduk laki-laki setengah baya itu. Setelah maju mundur dan goyang kiri kanan, meratakan paruhnya sejajar trotoar, forklift itu maju dengan lurus mencocok pantat dan paha laki-laki yang duduk bersila itu.

Setelah posisi paruh itu pas, forklift segera menderu-deru mengangkat tubuh berukuran biasa itu dengan sekuat tenaga. Laki-laki itu tetap duduk di sana dengan takzim, tetap bersila dengan khidmat, tetap menyilangkan tangannya di dada, dan pandang matanya lurus ke arah Istana Merdeka. Ia menyalami forklift yang tak berdaya mengangkatnya itu dengan ucapan: "Amin". Maka, tak berapa lama kemudian bertebaranlah melalui BB, melalui FB, melalui kicauan di Twitter, melalui SMS, ihwal ada seorang laki-laki biasa, yang diberondong peluru tajam, disemprot gas air mata, disiram kanon air, diangkat dengan forklift, dan semua itu selalu dijawab: "Amin". Di antara mereka yang disambar berita berseliweran itu, ada yang kemudian menyempatkan diri datang ke depan Istana Merdeka. Maka kerumunan massa pun tak bisa dicegah.

Massa itu datang dari Sentiong, Salemba, Kramat, Kwitang, Tanah Abang, ada yang berkaus merah, ada yang berbaju kuning, ada yang berkolor hijau, mereka mengacung-acungkan tangan sambil berteriak-teriak: "Amin, Amin, Amin...!" Bersamaan dengan itu, aparat keamanan juga disiagakan. Mereka datang dari mana-mana dengan naik truk, jip, mobil kanon air, dikawal panser, dan ambulans. Sirene meraung di mana-mana, dan semua itu dijawab oleh lautan massa dengan teriakan "Amin, Amin, Amin......!" Polisi berupaya untuk melingkari laki-laki yang duduk bersila itu dengan pita kuning dan dilapis dengan untaian kawat berduri. Dari kejauhan, laki-laki yang duduk dengan takzim itu lalu tampak seperti pengantin, yang dihias pita dan bunga-bunga, yang diterimanya dengan ucapan: "Amin".

Cuaca di sekitar Monumen Nasional dan Istana Merdeka sebenarnya juga tetap biasa-biasa saja. Kadang sedikit mendung, tetapi ketika angin datang, matahari kembali tampak dan udara jadi panas. Laki-laki itu tetap masih duduk di tempat semula dan basah kuyup oleh semprotan kanon air, yangmenyejukkan badan dan jiwa, dalam cuaca siang kota Jakarta yang gerah. Ia tetap duduk bersila dengan dua kaki disilangkan, dengan dua tangan disedekapkan, dengan pandangan mata tertuju ke Istana Merdeka. Rombongan berkaus warna-warni itu mendekat, salah seorang di antara mereka naik ke pundak dua orang temannya, lalu dengan megaphone di tangan ia berorasi: "Saudara-saudara semua, di depan kita ada 'satrio piningit'. Lihatlah, ia sakti, matanya terarah lurus ke pintu Istana Merdeka, ialah Ratu Adil yang akan memimpin negeri ini." Laki-laki itu menjawab: "Amin".

Dari langit yang biru cerah, terdengar raungan suara helikopter. Setelah berputar-putar selama empat kali, heli itu merendah, lalu mendarat di halaman Istana Merdeka. Turunlah kemudian beberapa laki-laki yang berperawakan biasa, berwajah biasa, berkulit biasa, rambutnya tak ketahuan biasa atau tak biasa, sebab tertutup topi. Pakaian dan sepatunya juga biasa, tetapi di di pundak dan di dada mereka tertempel tanda-tanda pangkat. Salah satu di antara mereka membawa tongkat komando, mendekati laki-laki yang duduk bersila itu, lalu bertanya: "Anda ini siapa dan maunya apa?" Dijawab: "Amin". "O, jadi nama saudara Amin?" Dijawab: "Amin". "Saudara Amin, Saudara telah melanggar Perda Nomor 8 tentang Ketertiban Umum dan juga Pasal 6 UU Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum. Apakah Saudara bisa mendengar saya?" Dijawab: "Amin".

Laki-laki bertongkat komando itu kesal hatinya. Dia mencabut pistolnya, ia kokang, ia arahkan laras pistol itu ke pelipis laki-laki di depannya, lalu pelatuk ia tarik: Dor! Laki-laki yang duduk bersila itu menyambut tembakan pistol dengan ucapan: "Amin". Ucapan "Amin" itu ternyata telah membuat kalap laki-laki bertongkat komando dan berpistol yang berdiri di depannya. Dia segera memberi aba-aba agar panser, tank, dan buldoser mendekat. Maka tank berjalan di depan seraya menembakkan senapan mesin. Batang pohon trembesi yang berdiri kokoh itu bolong-bolong. Tank terus melaju mendekati laki-laki yang duduk dengan takzim itu. Massa yang menyemut di sekitar Jalan Silang Monas merangsek maju: "Amin, Amin, Amin." Laki-laki itu tetap duduk, bersedekap, dan memandangi Istana Merdeka dengan pilar-pilarnya yang kokoh bercat putih.

Tank maju naik ke trotoar, menabrak dan melindas laki-laki yang duduk bersila di trotoar itu, lalu disambut dengan ucapan: "Amin". Buldoser menyerok laki-laki yang telah diberondong senapan mesin dan dilindas tank itu, dan juga dijawab: "Amin". Massa terus maju diiringi teriakan: "Amin, Amin, Amin." berulang kali terus-menerus susul-menyusul. Kawat duri, pita kuning garis polisi semua ditabrak dan dilindas massa. Mereka melingkari laki-laki yang tetap duduk dengan takzim itu, dan massa juga ikut duduk bersila menyedekapkan tangan, dan mata mereka memandang ke Istana Merdeka. Laki-laki itu menyambut kedatangan massa yang ikut-ikutan duduk di sekitarnya dengan ucapan: "Amin". Dan massa melanjutkannya dengan gema yang menggemuruh: "Amin, Amin, Amin!"

Panser, tank, buldoser, semua capek dan pegal-pegal. Sekrup-sekrup dan baut terasa ngilu. Mereka lalu minggir dan berteduh di bawah tajuk angsana yang rimbun. "Kami ini sudah terlalu tua," kata tank memelas. Disambut panser: "Gua juga agak gemetaran karena tadi belum sarapan." Buldoser mendekam dekat pagar besi, dan laki-laki itu menjawab: "Amin".

Berikutnya, laki-laki itu menarik napas agak panjang, berkedip-kedip, menengok ke kiri dan kanan, tangan ia rentangkan, lalu ia berdiri. Pelan-pelan ia berjingkat melangkahi massa yang duduk bersila itu, lalu berjalan di antara orang-orang, anak-anak muda, kaus merah, celana putih, seragam polisi, baju tentara, ia terus berjalan, sementara angin dari Laut Jawa melompati atap Istana Merdeka, menggoyang-goyang dahan angsana dan ranting trembesi. Laki-laki itu terus saja berjalan dan hilang ditelan kerumunan massa: "Amin".


12.40 | 0 komentar | Read More

Gorontalo Utara Akan Populerkan Karapan Sapi

Written By Unknown on Minggu, 20 Januari 2013 | 12.40

Gorontalo Utara Akan Populerkan Karapan Sapi

Minggu, 20 Januari 2013 | 00:23 WIB

GORONTALO, KOMPAS.com--Pemerintah Kabupaten Gorontalo Utara akan semakin mempopulerkan tradisi karapan sapi, sebagai kesenian khas daerah itu.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Gorontalo Utara, Frits Ano, Sabtu, mengatakan tradisi perlombaan karapan sapi yang diselenggarakan masyarakat di Kecamatan Atinggola, terbukti mampu menarik kunjungan di daerah itu.

Masyarakat Atinggola, sering mengadakan perlombaan karapan sapi yang dipusatkan di Pantai Minanga, pantai pasir putih yang menjadi salah satu ikon pariwisata di daerah ini.

Tingginya minat masyarakat, khususnya wisatawan domestik yang ada di Provinsi Gorontalo, maupun berbagai daerah di Pulau Sulawesi, untuk menyaksikan perlombaan karapan sapi di daerah ini, apalagi diselenggarakan bersamaan dengan Festival Mandi Safar di Atinggola, merangsang pemerintah daerah untuk semakin mempopulerkannya.

"Kita akan mengintensifkan perlombaan karapan sapi ini," Kata Frits.

Menurut dia, jelang peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-6 kabupaten itu pada bulan April mendatang, pihaknya akan menggelar perlombaan karapan sapi di Pantai Minanga.

Perlombaan ini bukan sekedar menarik minat kunjungan wisatawan ke daerah itu, namun menjadi upaya pemerintah daerah untuk melestarikan budaya dan memperkenalkan potensi pariwisata yang dimiliki.

Lomba karapan sapi di daerah ini, kebanyakan diikuti para peserta utusan dari kabupaten/kota di Sulawesi Utara dan Provinsi Gorontalo.

Pada perlombaan jelang HUT kabupaten ini, ungkap Frits, pemerintah daerah akan menyiapkan hadiah ternak sapi bagi pemenang.

Hadiah tersebut juga menjadi bentuk keseriusan pemerintah daerah menjadikan Gorontalo Utara sebagai lumbung ternak sapi berkualitas.


12.40 | 0 komentar | Read More
techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger