Puisi-puisi Ishak Sambayang

Written By Unknown on Sabtu, 05 Januari 2013 | 12.40

spermatozoa: reborn

di puncak sepi tertinggi
lakibini pongah
pada gelap bermata teduh,
:musuh tangguh yang mampu padamkan api paling abadi

dalam kelambu terkembang
kalimatkalimat telah kalah
terpukul mundur. terbawa sekocisekoci bunyi, terasing di engah belantara
menjadi duri paling hangat, berselimut mantramantra
'njelma sorga

pada udara paling mampat
adam lengah
dalam temaram paling berwarna: terus mengeja namanama batuan yang menyala di antariksa
hingga tak tahu kalau kunci penjara lepas dari tangannya
dengan senyum paling candu, dengan riang paling merdeka
aku nemu hawa
setelah setengah terbelah garba meluap darah
aku nongol disana, terpingkalpingkal tertawa###

04/09/2011

Sepertinya puisi

sepertinya puisi enggan mampir hari ini
seperti mobil pengangkut sampah menyeretnya menusuk hidungku. seperti bau tembakau melenakan tidurku. Panggungpanggung yang pongah tidak lagi dihuni anakanak, tidak lagi menunggu di rindang rimba.

Sepertinya puisi enggan...
petanipetani mendongak ke angkasa. mengajak anakanak bermain opera, belajar di tepi jalan. Jalan punya batu sebagai bijibiji mata
seperti mata perempuan.
menjadi batu, bunga, wewangian, orangorang,
dan nampan tempat perut buncit menelan kepala sendiri
menjadi kaku, dan doa dan batu, bunga dan bunga
sepertinya puisi juga kenduri dibawa perempuan dan petani buat anaknya, buat bulirbulir padi, sekolah, peta rencana, aroma cerobong dapur, anak, lagu kebangsaan, dan bulirbulir
dan padi...
Setelah lumbung penuh tak jadi

seperti puisi

26/09/12

musim panen

Lepas hujan, tak ada bianglala
Sepasang bangau pulang ke sarang

Langit sudah jingga, tak ada bianglala
Ada yang seperti api menyembur ke angkasa,
Datang dari ladang-ladang, menggelitik telinga

sepasang bangau pulang ke sarang
Yang laki merayu, bini terbang malumalu
Seperti sedang memetik bunga jambu,
dibersihkannya rambut istrinya
"maaf sayang, di sini arang turun seperti salju"

17/05/12

tak kan searang itu

anak-anak tak mau diam,
merengekrengek di hutan di kepala ayahnya.
Meski kepala ayah hanya gunung tempat dulu kita bertemu.
Tempat bergugurgugur daun jambu.

kita kutu.
kita akan menanam jagung, bawang merah, padi ladang, semiring apapun kepala ayah tempat pijak pohonpohon kemiri. malamnya kita seperti anakanak pandu mengelilingi api, sambil menghalau babi. sebab padi, jagung dan bawang seperti emas permata. tak boleh luput dari mata dua puluh empat tujuh berkala.

dari atas gunung
anakanak bisa belajar geologi. meratapi warna panas bumi menyalahkan matari. catcat atap sekolah beraneka rupa. seperti gigi bapak bupati. panen terbawa banjir. Tikus bersembunyi di akarakar padi. murid yang berlari selepas sekolah seperti kerumunan tikus di mata anakanak yang meratapi sekolah dari atas gunung. nasi kuning dua ribu rupiah. lari ber cir kocar kacir sebelum akhirnya kepala botak pak guru mengkilat dihantam sapi yang mati keracunan matari berwarna pestisida. mereka belajar banyak soal gunung, batu dan kayu yang yatim piatu dari bukubuku. Bukubuku meratapi anakanak beraneka rupa warnanya. ada banyak kepala keluarga kita, kepalanya gagal panen semua. bau gula rambutnya.

tepat di gunung tempat dulu kita bertemu
kalau bukan karena tebu, dusun tak kan searang itu.

paguyaman, 30/10/2012

Surat Moliye kepada Polamolo

hinggila u binggi-binggilo
popopiduduto hilawo

dwigumul hulonthalo-limutu berakhir di udara
totobuo, bituo, eluto menghujam mayapada. Mereka menggelar upacara saling tunangan.
ketemu danau, berciuman, memadu cincin, melafal tuah, memburai darah. Lalu tenggelam.
aku menuliskan sketsa wajahmu di air itu. di air. Semoga belum hanyut bertauttaut. dan air menjadi ruang kerja pribadi bersesakan aksara. belum ada cangkir, mikropon, spanduk, koran juga tivi dapat menampung selingkuh yang subur di  perahu, waktu matari teduh setenang itu.
perahu  meluapkan Wolanga: meluapkan ayah. meluapkanmu. melupakanku.
hanya perahu.
perahu berpisah arah menjarah sejarah.

otolopa otaluwa
bantha la'i wolo-wololo to lipu ilo tola

baju pengantin. baju pengantin.
aku menyala menjadi pengantin yang minggat
ke jarak beraroma perang, jauh di kedalaman pesanggerahan ikan.
aku punah. bercerai terhadap gulma.
Hilibala adalah gulma.
gulma masih merambah ayah. Dipitar Hemuto kepada murka paling purna.

hinggila u binggi-binggilo
popopiduduto hilawo

jauh setelah itu kau siap menikah, menangkap titah, menjelih lidah.
bendabenda yang kaubawa ke tahta, nikahkan kepada Huyahulawa.
lalu temui aku di cermin.
cermin, mata paling tubir.
merekam sejarah sampai akhir. sampai berakhir. sebab di akhir paling akhir,
tak ada airmata paling mutakhir
untuk percaya kepadaku.
kepada ibu.

hinggila u hibongo-bongola
to dalalo ilonaowa

Polamolo,
ibu melahirkanmu lebih dari sekali sebelum akhirnya kau mati.
sebelum surat ini.
mati.
hanya mati.

13/10/2011

Ishak sambayang, awak Jurnal Kebudayaan Tanggomo, Gorontalo. Menggawangi rubrik puisi di jurnaltanggomo.com. Dua tahun terakhir, sangat tertarik menulis puisi soal kampung halamannya yang dirayapi kebun tebu, juga beberapa esai pendidikan.


Anda sedang membaca artikel tentang

Puisi-puisi Ishak Sambayang

Dengan url

http://oaseseo.blogspot.com/2013/01/puisi-puisi-ishak-sambayang.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Puisi-puisi Ishak Sambayang

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Puisi-puisi Ishak Sambayang

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger