Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts Today

KOMPAS.COM - Not Found

Written By Unknown on Kamis, 14 November 2013 | 12.40

Harian Kompas  |  Kompas TV

Kamis, 14 November 2013

Ikuti Tur | Register

Get Personalized Here!

 |  Sign In
  • Channel
  • Channel
  • News
  • Ekonomi
  • Bola
  • Tekno
  • Entertainment
  • Otomotif
  • Health
  • Female
  • Travel
  • Properti
  • Foto
  • Video
  • Forum
  • Kompasiana
KOMPAS.com tidak dapat menampilkan link yang Anda tuju saat ini
Silakan tunggu beberapa saat lalu refresh halaman ini atau gunakan fasilitas search di bawah ini untuk mencari berita KOMPAS.com

Go

  • News
  • Nasional
  • Regional
  • Megapolitan
  • Internasional
  • Olah Raga
  • Sains
  • Edukasi
  • Infografis
  • Surat Pembaca
  • Ekonomi
  • Bola
  • Tekno
  • Entertainment
  • Otomotif
  • Health
  • Female
  • Travel
  • Properti
  • Foto
  • Video
  • Forum
  • Grazera
  • Kompasiana
  • KompasKarier.com
  • Midazz
  • SCOOP
  • Urbanesia
  • MakeMac
  • About Us
  • -
  • Advertise
  • -
  • Policy
  • -
  • Pedoman Media Siber
  • -
  • Career
  • -
  • Contact Us
  • -
  • RSS
  • -
  • Site Map
©2008 - 2013 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

12.40 | 0 komentar | Read More

KOMPAS.COM - Not Found

Written By Unknown on Rabu, 13 November 2013 | 12.40

Harian Kompas  |  Kompas TV

Rabu, 13 November 2013

Ikuti Tur | Register

Get Personalized Here!

 |  Sign In
  • Channel
  • Channel
  • News
  • Ekonomi
  • Bola
  • Tekno
  • Entertainment
  • Otomotif
  • Health
  • Female
  • Travel
  • Properti
  • Foto
  • Video
  • Forum
  • Kompasiana
KOMPAS.com tidak dapat menampilkan link yang Anda tuju saat ini
Silakan tunggu beberapa saat lalu refresh halaman ini atau gunakan fasilitas search di bawah ini untuk mencari berita KOMPAS.com

Go

  • News
  • Nasional
  • Regional
  • Megapolitan
  • Internasional
  • Olah Raga
  • Sains
  • Edukasi
  • Infografis
  • Surat Pembaca
  • Ekonomi
  • Bola
  • Tekno
  • Entertainment
  • Otomotif
  • Health
  • Female
  • Travel
  • Properti
  • Foto
  • Video
  • Forum
  • Grazera
  • Kompasiana
  • KompasKarier.com
  • Midazz
  • SCOOP
  • Urbanesia
  • MakeMac
  • About Us
  • -
  • Advertise
  • -
  • Policy
  • -
  • Pedoman Media Siber
  • -
  • Career
  • -
  • Contact Us
  • -
  • RSS
  • -
  • Site Map
©2008 - 2013 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

12.40 | 0 komentar | Read More

KOMPAS.COM - Not Found

Written By Unknown on Selasa, 12 November 2013 | 12.40

Harian Kompas  |  Kompas TV

Selasa, 12 November 2013

Ikuti Tur | Register

Get Personalized Here!

 |  Sign In
  • Channel
  • Channel
  • News
  • Ekonomi
  • Bola
  • Tekno
  • Entertainment
  • Otomotif
  • Health
  • Female
  • Travel
  • Properti
  • Foto
  • Video
  • Forum
  • Kompasiana
KOMPAS.com tidak dapat menampilkan link yang Anda tuju saat ini
Silakan tunggu beberapa saat lalu refresh halaman ini atau gunakan fasilitas search di bawah ini untuk mencari berita KOMPAS.com

Go

  • News
  • Nasional
  • Regional
  • Megapolitan
  • Internasional
  • Olah Raga
  • Sains
  • Edukasi
  • Infografis
  • Surat Pembaca
  • Ekonomi
  • Bola
  • Tekno
  • Entertainment
  • Otomotif
  • Health
  • Female
  • Travel
  • Properti
  • Foto
  • Video
  • Forum
  • Grazera
  • Kompasiana
  • KompasKarier.com
  • Midazz
  • SCOOP
  • Urbanesia
  • MakeMac
  • About Us
  • -
  • Advertise
  • -
  • Policy
  • -
  • Pedoman Media Siber
  • -
  • Career
  • -
  • Contact Us
  • -
  • RSS
  • -
  • Site Map
©2008 - 2013 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

12.40 | 0 komentar | Read More

Ajakan Bersikap Bijak di Bisnis Telematika

Written By Unknown on Jumat, 28 Juni 2013 | 12.40

Ajakan Bersikap Bijak di Bisnis Telematika

Penulis: Josephus Primus | Kamis, 13 Juni 2013 | 17:41 WIB

KOMPAS.com — Dalam berbisnis, filosofi bijak yang paling utama adalah bersikap hati-hati. Selain itu, kemampuan menarik pelajaran dari berbagai pengalaman manis maupun pahit adalah keutamaan. Ini sekelumit pesan dari buku Kerikil Tajam Telekomunikasi Broadband Indonesia yang dirilis ke masyarakat pada Selasa (11/6/2013) lalu sebagaimana informasi yang diterima Kompas.com.

Penulis buku ini, Indar Atmanto, memaparkan kasus kerja sama Indosat-IM2 yang merugikan negara Rp 3,8 triliun. Pada proses pengadilan, kasus ini mengemukakan lantaran ada dakwaan IM2 tidak membayar up front free dan BHP frekuensi 2,1 GHz.

Menurut Indar, kasus tersebut menarik untuk dicermati sebagai salah satu pelajaran berharga dalam bisnis telekomunikasi. Di dalam buku setebal 330 halaman ini, pembaca bisa mengikuti asal mula kasus Indosat-IM2 tersebut. Indar yang juga mantan Direktur Utama Indosat-IM2 periode 2006-2012 ini berharap agar banyak khalayak bisa belajar duduknya persoalan di bidang telekomunikasi. "Paling penting adalah di dalam buku ini saya mengajak untuk mencari solusi serta menata industri telematika di Indonesia," demikian ujar Indar Atmanto saat peluncuran yang dihelat di Jakarta.


12.40 | 0 komentar | Read More

Bagi Hasil Cukai Tembakau Tidak Adil

JAKARTA, KOMPAS.com--Peraturan tentang pembagian dana hasil cukai tembakau tidak memberikan keadilan bagi petani tembakau. Aturan yang ada pun lebih diarahkan untuk mematikan industri hasil tembakau. Ini adalah hasil penelitian tentang karut marut hukum dan implementasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil tembakau di Indonesia.

Itulah kesimpulan pada bedah buku "Ironi Cukai Tembakau" di Auditorium Dewan Pers, Jakarta, Rabu, 13 Juni 2013. 

Ketidakadilan itu sudah berawal dari UU 39/2007 tentang Perubahan atas UU 11/1995 tentang Cukai, dan semakin nyata dalam Peraturan Menteri Keuangan atau PMK No.84/PMK.07/2008 tentang Penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) dan Sanksi atas Penyalahgunaan Alokasi DBHCHT.

Gugun El Guyani, peneliti dari Indonesia Berdikari, mengatakan, dalam UU itu dana cukai yang dikembalikan ke daerah hanya sebesar 2% saja. Sisanya 98% diambil oleh pemerintah pusat. Sementara nilai cukai tahun lalu saja sebesar Rp 84 triliun, jumlah yang sangat besar.

"Tidak ada penjelasan hukum dalam UU itu mengapa dana yang dikembalikan hanya 2%", kata Gugun dalam diskusi tersebut..

Gugun menjelaskan, lebih jauh distribusi dan pemanfaatan dana hasil cukai itu di daerah-daerah sangat timpang bagi kepentingan petani tembakau. Penelitian dilakukan di 5 propinsi terbesar penerima cukai yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, NTB, Jawa Barat dan DI Yogyakarta.

Hampir semua daerah, lebih dari 60-70% dana cukai dipakai untuk Program Lingkungan Sosial, yaitu program yang berorientasi kesehatan.

"Kalaupun program-program kesehatan itu yang berkaitan dengan rokok, masih masuk akal. Tapi di sejumlah daerah, dana itu dipakai untuk Program KB atau Program HIV/AIDS yang tidak ada hubungannya dengan tembakau", tambah Gugun.

Sementara yang diterima oleh petani hampir tidak ada. Nurtantio Wisnubrata, Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia APTI Jawa Tengah mengatakan, pada 2004 petani tembakau pernah meminta agar ada dana DBHCHT itu kembali ke petani. Namun begitu keluar Peraturan Menteri Keuangan 84/2008 itu, harapan petani buyar.


12.40 | 0 komentar | Read More

Ajakan Bersikap Bijak di Bisnis Telematika

Written By Unknown on Kamis, 27 Juni 2013 | 12.41

Ajakan Bersikap Bijak di Bisnis Telematika

Penulis: Josephus Primus | Kamis, 13 Juni 2013 | 17:41 WIB

KOMPAS.com — Dalam berbisnis, filosofi bijak yang paling utama adalah bersikap hati-hati. Selain itu, kemampuan menarik pelajaran dari berbagai pengalaman manis maupun pahit adalah keutamaan. Ini sekelumit pesan dari buku Kerikil Tajam Telekomunikasi Broadband Indonesia yang dirilis ke masyarakat pada Selasa (11/6/2013) lalu sebagaimana informasi yang diterima Kompas.com.

Penulis buku ini, Indar Atmanto, memaparkan kasus kerja sama Indosat-IM2 yang merugikan negara Rp 3,8 triliun. Pada proses pengadilan, kasus ini mengemukakan lantaran ada dakwaan IM2 tidak membayar up front free dan BHP frekuensi 2,1 GHz.

Menurut Indar, kasus tersebut menarik untuk dicermati sebagai salah satu pelajaran berharga dalam bisnis telekomunikasi. Di dalam buku setebal 330 halaman ini, pembaca bisa mengikuti asal mula kasus Indosat-IM2 tersebut. Indar yang juga mantan Direktur Utama Indosat-IM2 periode 2006-2012 ini berharap agar banyak khalayak bisa belajar duduknya persoalan di bidang telekomunikasi. "Paling penting adalah di dalam buku ini saya mengajak untuk mencari solusi serta menata industri telematika di Indonesia," demikian ujar Indar Atmanto saat peluncuran yang dihelat di Jakarta.


12.41 | 0 komentar | Read More

Bagi Hasil Cukai Tembakau Tidak Adil

JAKARTA, KOMPAS.com--Peraturan tentang pembagian dana hasil cukai tembakau tidak memberikan keadilan bagi petani tembakau. Aturan yang ada pun lebih diarahkan untuk mematikan industri hasil tembakau. Ini adalah hasil penelitian tentang karut marut hukum dan implementasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil tembakau di Indonesia.

Itulah kesimpulan pada bedah buku "Ironi Cukai Tembakau" di Auditorium Dewan Pers, Jakarta, Rabu, 13 Juni 2013. 

Ketidakadilan itu sudah berawal dari UU 39/2007 tentang Perubahan atas UU 11/1995 tentang Cukai, dan semakin nyata dalam Peraturan Menteri Keuangan atau PMK No.84/PMK.07/2008 tentang Penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) dan Sanksi atas Penyalahgunaan Alokasi DBHCHT.

Gugun El Guyani, peneliti dari Indonesia Berdikari, mengatakan, dalam UU itu dana cukai yang dikembalikan ke daerah hanya sebesar 2% saja. Sisanya 98% diambil oleh pemerintah pusat. Sementara nilai cukai tahun lalu saja sebesar Rp 84 triliun, jumlah yang sangat besar.

"Tidak ada penjelasan hukum dalam UU itu mengapa dana yang dikembalikan hanya 2%", kata Gugun dalam diskusi tersebut..

Gugun menjelaskan, lebih jauh distribusi dan pemanfaatan dana hasil cukai itu di daerah-daerah sangat timpang bagi kepentingan petani tembakau. Penelitian dilakukan di 5 propinsi terbesar penerima cukai yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, NTB, Jawa Barat dan DI Yogyakarta.

Hampir semua daerah, lebih dari 60-70% dana cukai dipakai untuk Program Lingkungan Sosial, yaitu program yang berorientasi kesehatan.

"Kalaupun program-program kesehatan itu yang berkaitan dengan rokok, masih masuk akal. Tapi di sejumlah daerah, dana itu dipakai untuk Program KB atau Program HIV/AIDS yang tidak ada hubungannya dengan tembakau", tambah Gugun.

Sementara yang diterima oleh petani hampir tidak ada. Nurtantio Wisnubrata, Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia APTI Jawa Tengah mengatakan, pada 2004 petani tembakau pernah meminta agar ada dana DBHCHT itu kembali ke petani. Namun begitu keluar Peraturan Menteri Keuangan 84/2008 itu, harapan petani buyar.


12.41 | 0 komentar | Read More

Ajakan Bersikap Bijak di Bisnis Telematika

Written By Unknown on Rabu, 26 Juni 2013 | 12.40

Ajakan Bersikap Bijak di Bisnis Telematika

Penulis: Josephus Primus | Kamis, 13 Juni 2013 | 17:41 WIB

KOMPAS.com — Dalam berbisnis, filosofi bijak yang paling utama adalah bersikap hati-hati. Selain itu, kemampuan menarik pelajaran dari berbagai pengalaman manis maupun pahit adalah keutamaan. Ini sekelumit pesan dari buku Kerikil Tajam Telekomunikasi Broadband Indonesia yang dirilis ke masyarakat pada Selasa (11/6/2013) lalu sebagaimana informasi yang diterima Kompas.com.

Penulis buku ini, Indar Atmanto, memaparkan kasus kerja sama Indosat-IM2 yang merugikan negara Rp 3,8 triliun. Pada proses pengadilan, kasus ini mengemukakan lantaran ada dakwaan IM2 tidak membayar up front free dan BHP frekuensi 2,1 GHz.

Menurut Indar, kasus tersebut menarik untuk dicermati sebagai salah satu pelajaran berharga dalam bisnis telekomunikasi. Di dalam buku setebal 330 halaman ini, pembaca bisa mengikuti asal mula kasus Indosat-IM2 tersebut. Indar yang juga mantan Direktur Utama Indosat-IM2 periode 2006-2012 ini berharap agar banyak khalayak bisa belajar duduknya persoalan di bidang telekomunikasi. "Paling penting adalah di dalam buku ini saya mengajak untuk mencari solusi serta menata industri telematika di Indonesia," demikian ujar Indar Atmanto saat peluncuran yang dihelat di Jakarta.


12.40 | 0 komentar | Read More

Bagi Hasil Cukai Tembakau Tidak Adil

JAKARTA, KOMPAS.com--Peraturan tentang pembagian dana hasil cukai tembakau tidak memberikan keadilan bagi petani tembakau. Aturan yang ada pun lebih diarahkan untuk mematikan industri hasil tembakau. Ini adalah hasil penelitian tentang karut marut hukum dan implementasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil tembakau di Indonesia.

Itulah kesimpulan pada bedah buku "Ironi Cukai Tembakau" di Auditorium Dewan Pers, Jakarta, Rabu, 13 Juni 2013. 

Ketidakadilan itu sudah berawal dari UU 39/2007 tentang Perubahan atas UU 11/1995 tentang Cukai, dan semakin nyata dalam Peraturan Menteri Keuangan atau PMK No.84/PMK.07/2008 tentang Penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) dan Sanksi atas Penyalahgunaan Alokasi DBHCHT.

Gugun El Guyani, peneliti dari Indonesia Berdikari, mengatakan, dalam UU itu dana cukai yang dikembalikan ke daerah hanya sebesar 2% saja. Sisanya 98% diambil oleh pemerintah pusat. Sementara nilai cukai tahun lalu saja sebesar Rp 84 triliun, jumlah yang sangat besar.

"Tidak ada penjelasan hukum dalam UU itu mengapa dana yang dikembalikan hanya 2%", kata Gugun dalam diskusi tersebut..

Gugun menjelaskan, lebih jauh distribusi dan pemanfaatan dana hasil cukai itu di daerah-daerah sangat timpang bagi kepentingan petani tembakau. Penelitian dilakukan di 5 propinsi terbesar penerima cukai yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, NTB, Jawa Barat dan DI Yogyakarta.

Hampir semua daerah, lebih dari 60-70% dana cukai dipakai untuk Program Lingkungan Sosial, yaitu program yang berorientasi kesehatan.

"Kalaupun program-program kesehatan itu yang berkaitan dengan rokok, masih masuk akal. Tapi di sejumlah daerah, dana itu dipakai untuk Program KB atau Program HIV/AIDS yang tidak ada hubungannya dengan tembakau", tambah Gugun.

Sementara yang diterima oleh petani hampir tidak ada. Nurtantio Wisnubrata, Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia APTI Jawa Tengah mengatakan, pada 2004 petani tembakau pernah meminta agar ada dana DBHCHT itu kembali ke petani. Namun begitu keluar Peraturan Menteri Keuangan 84/2008 itu, harapan petani buyar.


12.40 | 0 komentar | Read More

Ajakan Bersikap Bijak di Bisnis Telematika

Written By Unknown on Selasa, 25 Juni 2013 | 12.41

Ajakan Bersikap Bijak di Bisnis Telematika

Penulis: Josephus Primus | Kamis, 13 Juni 2013 | 17:41 WIB

KOMPAS.com — Dalam berbisnis, filosofi bijak yang paling utama adalah bersikap hati-hati. Selain itu, kemampuan menarik pelajaran dari berbagai pengalaman manis maupun pahit adalah keutamaan. Ini sekelumit pesan dari buku Kerikil Tajam Telekomunikasi Broadband Indonesia yang dirilis ke masyarakat pada Selasa (11/6/2013) lalu sebagaimana informasi yang diterima Kompas.com.

Penulis buku ini, Indar Atmanto, memaparkan kasus kerja sama Indosat-IM2 yang merugikan negara Rp 3,8 triliun. Pada proses pengadilan, kasus ini mengemukakan lantaran ada dakwaan IM2 tidak membayar up front free dan BHP frekuensi 2,1 GHz.

Menurut Indar, kasus tersebut menarik untuk dicermati sebagai salah satu pelajaran berharga dalam bisnis telekomunikasi. Di dalam buku setebal 330 halaman ini, pembaca bisa mengikuti asal mula kasus Indosat-IM2 tersebut. Indar yang juga mantan Direktur Utama Indosat-IM2 periode 2006-2012 ini berharap agar banyak khalayak bisa belajar duduknya persoalan di bidang telekomunikasi. "Paling penting adalah di dalam buku ini saya mengajak untuk mencari solusi serta menata industri telematika di Indonesia," demikian ujar Indar Atmanto saat peluncuran yang dihelat di Jakarta.


12.41 | 0 komentar | Read More
Techie Blogger