Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts Today

KOMPAS.COM - Not Found

Written By Unknown on Kamis, 14 November 2013 | 12.40

Harian Kompas  |  Kompas TV

Kamis, 14 November 2013

Ikuti Tur | Register

Get Personalized Here!

 |  Sign In
  • Channel
  • Channel
  • News
  • Ekonomi
  • Bola
  • Tekno
  • Entertainment
  • Otomotif
  • Health
  • Female
  • Travel
  • Properti
  • Foto
  • Video
  • Forum
  • Kompasiana
KOMPAS.com tidak dapat menampilkan link yang Anda tuju saat ini
Silakan tunggu beberapa saat lalu refresh halaman ini atau gunakan fasilitas search di bawah ini untuk mencari berita KOMPAS.com

Go

  • News
  • Nasional
  • Regional
  • Megapolitan
  • Internasional
  • Olah Raga
  • Sains
  • Edukasi
  • Infografis
  • Surat Pembaca
  • Ekonomi
  • Bola
  • Tekno
  • Entertainment
  • Otomotif
  • Health
  • Female
  • Travel
  • Properti
  • Foto
  • Video
  • Forum
  • Grazera
  • Kompasiana
  • KompasKarier.com
  • Midazz
  • SCOOP
  • Urbanesia
  • MakeMac
  • About Us
  • -
  • Advertise
  • -
  • Policy
  • -
  • Pedoman Media Siber
  • -
  • Career
  • -
  • Contact Us
  • -
  • RSS
  • -
  • Site Map
©2008 - 2013 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

12.40 | 0 komentar | Read More

KOMPAS.COM - Not Found

Written By Unknown on Rabu, 13 November 2013 | 12.40

Harian Kompas  |  Kompas TV

Rabu, 13 November 2013

Ikuti Tur | Register

Get Personalized Here!

 |  Sign In
  • Channel
  • Channel
  • News
  • Ekonomi
  • Bola
  • Tekno
  • Entertainment
  • Otomotif
  • Health
  • Female
  • Travel
  • Properti
  • Foto
  • Video
  • Forum
  • Kompasiana
KOMPAS.com tidak dapat menampilkan link yang Anda tuju saat ini
Silakan tunggu beberapa saat lalu refresh halaman ini atau gunakan fasilitas search di bawah ini untuk mencari berita KOMPAS.com

Go

  • News
  • Nasional
  • Regional
  • Megapolitan
  • Internasional
  • Olah Raga
  • Sains
  • Edukasi
  • Infografis
  • Surat Pembaca
  • Ekonomi
  • Bola
  • Tekno
  • Entertainment
  • Otomotif
  • Health
  • Female
  • Travel
  • Properti
  • Foto
  • Video
  • Forum
  • Grazera
  • Kompasiana
  • KompasKarier.com
  • Midazz
  • SCOOP
  • Urbanesia
  • MakeMac
  • About Us
  • -
  • Advertise
  • -
  • Policy
  • -
  • Pedoman Media Siber
  • -
  • Career
  • -
  • Contact Us
  • -
  • RSS
  • -
  • Site Map
©2008 - 2013 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

12.40 | 0 komentar | Read More

KOMPAS.COM - Not Found

Written By Unknown on Selasa, 12 November 2013 | 12.40

Harian Kompas  |  Kompas TV

Selasa, 12 November 2013

Ikuti Tur | Register

Get Personalized Here!

 |  Sign In
  • Channel
  • Channel
  • News
  • Ekonomi
  • Bola
  • Tekno
  • Entertainment
  • Otomotif
  • Health
  • Female
  • Travel
  • Properti
  • Foto
  • Video
  • Forum
  • Kompasiana
KOMPAS.com tidak dapat menampilkan link yang Anda tuju saat ini
Silakan tunggu beberapa saat lalu refresh halaman ini atau gunakan fasilitas search di bawah ini untuk mencari berita KOMPAS.com

Go

  • News
  • Nasional
  • Regional
  • Megapolitan
  • Internasional
  • Olah Raga
  • Sains
  • Edukasi
  • Infografis
  • Surat Pembaca
  • Ekonomi
  • Bola
  • Tekno
  • Entertainment
  • Otomotif
  • Health
  • Female
  • Travel
  • Properti
  • Foto
  • Video
  • Forum
  • Grazera
  • Kompasiana
  • KompasKarier.com
  • Midazz
  • SCOOP
  • Urbanesia
  • MakeMac
  • About Us
  • -
  • Advertise
  • -
  • Policy
  • -
  • Pedoman Media Siber
  • -
  • Career
  • -
  • Contact Us
  • -
  • RSS
  • -
  • Site Map
©2008 - 2013 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

12.40 | 0 komentar | Read More

Ajakan Bersikap Bijak di Bisnis Telematika

Written By Unknown on Jumat, 28 Juni 2013 | 12.40

Ajakan Bersikap Bijak di Bisnis Telematika

Penulis: Josephus Primus | Kamis, 13 Juni 2013 | 17:41 WIB

KOMPAS.com — Dalam berbisnis, filosofi bijak yang paling utama adalah bersikap hati-hati. Selain itu, kemampuan menarik pelajaran dari berbagai pengalaman manis maupun pahit adalah keutamaan. Ini sekelumit pesan dari buku Kerikil Tajam Telekomunikasi Broadband Indonesia yang dirilis ke masyarakat pada Selasa (11/6/2013) lalu sebagaimana informasi yang diterima Kompas.com.

Penulis buku ini, Indar Atmanto, memaparkan kasus kerja sama Indosat-IM2 yang merugikan negara Rp 3,8 triliun. Pada proses pengadilan, kasus ini mengemukakan lantaran ada dakwaan IM2 tidak membayar up front free dan BHP frekuensi 2,1 GHz.

Menurut Indar, kasus tersebut menarik untuk dicermati sebagai salah satu pelajaran berharga dalam bisnis telekomunikasi. Di dalam buku setebal 330 halaman ini, pembaca bisa mengikuti asal mula kasus Indosat-IM2 tersebut. Indar yang juga mantan Direktur Utama Indosat-IM2 periode 2006-2012 ini berharap agar banyak khalayak bisa belajar duduknya persoalan di bidang telekomunikasi. "Paling penting adalah di dalam buku ini saya mengajak untuk mencari solusi serta menata industri telematika di Indonesia," demikian ujar Indar Atmanto saat peluncuran yang dihelat di Jakarta.


12.40 | 0 komentar | Read More

Bagi Hasil Cukai Tembakau Tidak Adil

JAKARTA, KOMPAS.com--Peraturan tentang pembagian dana hasil cukai tembakau tidak memberikan keadilan bagi petani tembakau. Aturan yang ada pun lebih diarahkan untuk mematikan industri hasil tembakau. Ini adalah hasil penelitian tentang karut marut hukum dan implementasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil tembakau di Indonesia.

Itulah kesimpulan pada bedah buku "Ironi Cukai Tembakau" di Auditorium Dewan Pers, Jakarta, Rabu, 13 Juni 2013. 

Ketidakadilan itu sudah berawal dari UU 39/2007 tentang Perubahan atas UU 11/1995 tentang Cukai, dan semakin nyata dalam Peraturan Menteri Keuangan atau PMK No.84/PMK.07/2008 tentang Penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) dan Sanksi atas Penyalahgunaan Alokasi DBHCHT.

Gugun El Guyani, peneliti dari Indonesia Berdikari, mengatakan, dalam UU itu dana cukai yang dikembalikan ke daerah hanya sebesar 2% saja. Sisanya 98% diambil oleh pemerintah pusat. Sementara nilai cukai tahun lalu saja sebesar Rp 84 triliun, jumlah yang sangat besar.

"Tidak ada penjelasan hukum dalam UU itu mengapa dana yang dikembalikan hanya 2%", kata Gugun dalam diskusi tersebut..

Gugun menjelaskan, lebih jauh distribusi dan pemanfaatan dana hasil cukai itu di daerah-daerah sangat timpang bagi kepentingan petani tembakau. Penelitian dilakukan di 5 propinsi terbesar penerima cukai yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, NTB, Jawa Barat dan DI Yogyakarta.

Hampir semua daerah, lebih dari 60-70% dana cukai dipakai untuk Program Lingkungan Sosial, yaitu program yang berorientasi kesehatan.

"Kalaupun program-program kesehatan itu yang berkaitan dengan rokok, masih masuk akal. Tapi di sejumlah daerah, dana itu dipakai untuk Program KB atau Program HIV/AIDS yang tidak ada hubungannya dengan tembakau", tambah Gugun.

Sementara yang diterima oleh petani hampir tidak ada. Nurtantio Wisnubrata, Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia APTI Jawa Tengah mengatakan, pada 2004 petani tembakau pernah meminta agar ada dana DBHCHT itu kembali ke petani. Namun begitu keluar Peraturan Menteri Keuangan 84/2008 itu, harapan petani buyar.


12.40 | 0 komentar | Read More

Ajakan Bersikap Bijak di Bisnis Telematika

Written By Unknown on Kamis, 27 Juni 2013 | 12.41

Ajakan Bersikap Bijak di Bisnis Telematika

Penulis: Josephus Primus | Kamis, 13 Juni 2013 | 17:41 WIB

KOMPAS.com — Dalam berbisnis, filosofi bijak yang paling utama adalah bersikap hati-hati. Selain itu, kemampuan menarik pelajaran dari berbagai pengalaman manis maupun pahit adalah keutamaan. Ini sekelumit pesan dari buku Kerikil Tajam Telekomunikasi Broadband Indonesia yang dirilis ke masyarakat pada Selasa (11/6/2013) lalu sebagaimana informasi yang diterima Kompas.com.

Penulis buku ini, Indar Atmanto, memaparkan kasus kerja sama Indosat-IM2 yang merugikan negara Rp 3,8 triliun. Pada proses pengadilan, kasus ini mengemukakan lantaran ada dakwaan IM2 tidak membayar up front free dan BHP frekuensi 2,1 GHz.

Menurut Indar, kasus tersebut menarik untuk dicermati sebagai salah satu pelajaran berharga dalam bisnis telekomunikasi. Di dalam buku setebal 330 halaman ini, pembaca bisa mengikuti asal mula kasus Indosat-IM2 tersebut. Indar yang juga mantan Direktur Utama Indosat-IM2 periode 2006-2012 ini berharap agar banyak khalayak bisa belajar duduknya persoalan di bidang telekomunikasi. "Paling penting adalah di dalam buku ini saya mengajak untuk mencari solusi serta menata industri telematika di Indonesia," demikian ujar Indar Atmanto saat peluncuran yang dihelat di Jakarta.


12.41 | 0 komentar | Read More

Bagi Hasil Cukai Tembakau Tidak Adil

JAKARTA, KOMPAS.com--Peraturan tentang pembagian dana hasil cukai tembakau tidak memberikan keadilan bagi petani tembakau. Aturan yang ada pun lebih diarahkan untuk mematikan industri hasil tembakau. Ini adalah hasil penelitian tentang karut marut hukum dan implementasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil tembakau di Indonesia.

Itulah kesimpulan pada bedah buku "Ironi Cukai Tembakau" di Auditorium Dewan Pers, Jakarta, Rabu, 13 Juni 2013. 

Ketidakadilan itu sudah berawal dari UU 39/2007 tentang Perubahan atas UU 11/1995 tentang Cukai, dan semakin nyata dalam Peraturan Menteri Keuangan atau PMK No.84/PMK.07/2008 tentang Penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) dan Sanksi atas Penyalahgunaan Alokasi DBHCHT.

Gugun El Guyani, peneliti dari Indonesia Berdikari, mengatakan, dalam UU itu dana cukai yang dikembalikan ke daerah hanya sebesar 2% saja. Sisanya 98% diambil oleh pemerintah pusat. Sementara nilai cukai tahun lalu saja sebesar Rp 84 triliun, jumlah yang sangat besar.

"Tidak ada penjelasan hukum dalam UU itu mengapa dana yang dikembalikan hanya 2%", kata Gugun dalam diskusi tersebut..

Gugun menjelaskan, lebih jauh distribusi dan pemanfaatan dana hasil cukai itu di daerah-daerah sangat timpang bagi kepentingan petani tembakau. Penelitian dilakukan di 5 propinsi terbesar penerima cukai yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, NTB, Jawa Barat dan DI Yogyakarta.

Hampir semua daerah, lebih dari 60-70% dana cukai dipakai untuk Program Lingkungan Sosial, yaitu program yang berorientasi kesehatan.

"Kalaupun program-program kesehatan itu yang berkaitan dengan rokok, masih masuk akal. Tapi di sejumlah daerah, dana itu dipakai untuk Program KB atau Program HIV/AIDS yang tidak ada hubungannya dengan tembakau", tambah Gugun.

Sementara yang diterima oleh petani hampir tidak ada. Nurtantio Wisnubrata, Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia APTI Jawa Tengah mengatakan, pada 2004 petani tembakau pernah meminta agar ada dana DBHCHT itu kembali ke petani. Namun begitu keluar Peraturan Menteri Keuangan 84/2008 itu, harapan petani buyar.


12.41 | 0 komentar | Read More

Ajakan Bersikap Bijak di Bisnis Telematika

Written By Unknown on Rabu, 26 Juni 2013 | 12.40

Ajakan Bersikap Bijak di Bisnis Telematika

Penulis: Josephus Primus | Kamis, 13 Juni 2013 | 17:41 WIB

KOMPAS.com — Dalam berbisnis, filosofi bijak yang paling utama adalah bersikap hati-hati. Selain itu, kemampuan menarik pelajaran dari berbagai pengalaman manis maupun pahit adalah keutamaan. Ini sekelumit pesan dari buku Kerikil Tajam Telekomunikasi Broadband Indonesia yang dirilis ke masyarakat pada Selasa (11/6/2013) lalu sebagaimana informasi yang diterima Kompas.com.

Penulis buku ini, Indar Atmanto, memaparkan kasus kerja sama Indosat-IM2 yang merugikan negara Rp 3,8 triliun. Pada proses pengadilan, kasus ini mengemukakan lantaran ada dakwaan IM2 tidak membayar up front free dan BHP frekuensi 2,1 GHz.

Menurut Indar, kasus tersebut menarik untuk dicermati sebagai salah satu pelajaran berharga dalam bisnis telekomunikasi. Di dalam buku setebal 330 halaman ini, pembaca bisa mengikuti asal mula kasus Indosat-IM2 tersebut. Indar yang juga mantan Direktur Utama Indosat-IM2 periode 2006-2012 ini berharap agar banyak khalayak bisa belajar duduknya persoalan di bidang telekomunikasi. "Paling penting adalah di dalam buku ini saya mengajak untuk mencari solusi serta menata industri telematika di Indonesia," demikian ujar Indar Atmanto saat peluncuran yang dihelat di Jakarta.


12.40 | 0 komentar | Read More

Bagi Hasil Cukai Tembakau Tidak Adil

JAKARTA, KOMPAS.com--Peraturan tentang pembagian dana hasil cukai tembakau tidak memberikan keadilan bagi petani tembakau. Aturan yang ada pun lebih diarahkan untuk mematikan industri hasil tembakau. Ini adalah hasil penelitian tentang karut marut hukum dan implementasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil tembakau di Indonesia.

Itulah kesimpulan pada bedah buku "Ironi Cukai Tembakau" di Auditorium Dewan Pers, Jakarta, Rabu, 13 Juni 2013. 

Ketidakadilan itu sudah berawal dari UU 39/2007 tentang Perubahan atas UU 11/1995 tentang Cukai, dan semakin nyata dalam Peraturan Menteri Keuangan atau PMK No.84/PMK.07/2008 tentang Penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) dan Sanksi atas Penyalahgunaan Alokasi DBHCHT.

Gugun El Guyani, peneliti dari Indonesia Berdikari, mengatakan, dalam UU itu dana cukai yang dikembalikan ke daerah hanya sebesar 2% saja. Sisanya 98% diambil oleh pemerintah pusat. Sementara nilai cukai tahun lalu saja sebesar Rp 84 triliun, jumlah yang sangat besar.

"Tidak ada penjelasan hukum dalam UU itu mengapa dana yang dikembalikan hanya 2%", kata Gugun dalam diskusi tersebut..

Gugun menjelaskan, lebih jauh distribusi dan pemanfaatan dana hasil cukai itu di daerah-daerah sangat timpang bagi kepentingan petani tembakau. Penelitian dilakukan di 5 propinsi terbesar penerima cukai yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, NTB, Jawa Barat dan DI Yogyakarta.

Hampir semua daerah, lebih dari 60-70% dana cukai dipakai untuk Program Lingkungan Sosial, yaitu program yang berorientasi kesehatan.

"Kalaupun program-program kesehatan itu yang berkaitan dengan rokok, masih masuk akal. Tapi di sejumlah daerah, dana itu dipakai untuk Program KB atau Program HIV/AIDS yang tidak ada hubungannya dengan tembakau", tambah Gugun.

Sementara yang diterima oleh petani hampir tidak ada. Nurtantio Wisnubrata, Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia APTI Jawa Tengah mengatakan, pada 2004 petani tembakau pernah meminta agar ada dana DBHCHT itu kembali ke petani. Namun begitu keluar Peraturan Menteri Keuangan 84/2008 itu, harapan petani buyar.


12.40 | 0 komentar | Read More

Ajakan Bersikap Bijak di Bisnis Telematika

Written By Unknown on Selasa, 25 Juni 2013 | 12.41

Ajakan Bersikap Bijak di Bisnis Telematika

Penulis: Josephus Primus | Kamis, 13 Juni 2013 | 17:41 WIB

KOMPAS.com — Dalam berbisnis, filosofi bijak yang paling utama adalah bersikap hati-hati. Selain itu, kemampuan menarik pelajaran dari berbagai pengalaman manis maupun pahit adalah keutamaan. Ini sekelumit pesan dari buku Kerikil Tajam Telekomunikasi Broadband Indonesia yang dirilis ke masyarakat pada Selasa (11/6/2013) lalu sebagaimana informasi yang diterima Kompas.com.

Penulis buku ini, Indar Atmanto, memaparkan kasus kerja sama Indosat-IM2 yang merugikan negara Rp 3,8 triliun. Pada proses pengadilan, kasus ini mengemukakan lantaran ada dakwaan IM2 tidak membayar up front free dan BHP frekuensi 2,1 GHz.

Menurut Indar, kasus tersebut menarik untuk dicermati sebagai salah satu pelajaran berharga dalam bisnis telekomunikasi. Di dalam buku setebal 330 halaman ini, pembaca bisa mengikuti asal mula kasus Indosat-IM2 tersebut. Indar yang juga mantan Direktur Utama Indosat-IM2 periode 2006-2012 ini berharap agar banyak khalayak bisa belajar duduknya persoalan di bidang telekomunikasi. "Paling penting adalah di dalam buku ini saya mengajak untuk mencari solusi serta menata industri telematika di Indonesia," demikian ujar Indar Atmanto saat peluncuran yang dihelat di Jakarta.


12.41 | 0 komentar | Read More

Bagi Hasil Cukai Tembakau Tidak Adil

JAKARTA, KOMPAS.com--Peraturan tentang pembagian dana hasil cukai tembakau tidak memberikan keadilan bagi petani tembakau. Aturan yang ada pun lebih diarahkan untuk mematikan industri hasil tembakau. Ini adalah hasil penelitian tentang karut marut hukum dan implementasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil tembakau di Indonesia.

Itulah kesimpulan pada bedah buku "Ironi Cukai Tembakau" di Auditorium Dewan Pers, Jakarta, Rabu, 13 Juni 2013. 

Ketidakadilan itu sudah berawal dari UU 39/2007 tentang Perubahan atas UU 11/1995 tentang Cukai, dan semakin nyata dalam Peraturan Menteri Keuangan atau PMK No.84/PMK.07/2008 tentang Penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) dan Sanksi atas Penyalahgunaan Alokasi DBHCHT.

Gugun El Guyani, peneliti dari Indonesia Berdikari, mengatakan, dalam UU itu dana cukai yang dikembalikan ke daerah hanya sebesar 2% saja. Sisanya 98% diambil oleh pemerintah pusat. Sementara nilai cukai tahun lalu saja sebesar Rp 84 triliun, jumlah yang sangat besar.

"Tidak ada penjelasan hukum dalam UU itu mengapa dana yang dikembalikan hanya 2%", kata Gugun dalam diskusi tersebut..

Gugun menjelaskan, lebih jauh distribusi dan pemanfaatan dana hasil cukai itu di daerah-daerah sangat timpang bagi kepentingan petani tembakau. Penelitian dilakukan di 5 propinsi terbesar penerima cukai yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, NTB, Jawa Barat dan DI Yogyakarta.

Hampir semua daerah, lebih dari 60-70% dana cukai dipakai untuk Program Lingkungan Sosial, yaitu program yang berorientasi kesehatan.

"Kalaupun program-program kesehatan itu yang berkaitan dengan rokok, masih masuk akal. Tapi di sejumlah daerah, dana itu dipakai untuk Program KB atau Program HIV/AIDS yang tidak ada hubungannya dengan tembakau", tambah Gugun.

Sementara yang diterima oleh petani hampir tidak ada. Nurtantio Wisnubrata, Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia APTI Jawa Tengah mengatakan, pada 2004 petani tembakau pernah meminta agar ada dana DBHCHT itu kembali ke petani. Namun begitu keluar Peraturan Menteri Keuangan 84/2008 itu, harapan petani buyar.


12.41 | 0 komentar | Read More

Ajakan Bersikap Bijak di Bisnis Telematika

Written By Unknown on Senin, 24 Juni 2013 | 12.40

Ajakan Bersikap Bijak di Bisnis Telematika

Penulis: Josephus Primus | Kamis, 13 Juni 2013 | 17:41 WIB

KOMPAS.com — Dalam berbisnis, filosofi bijak yang paling utama adalah bersikap hati-hati. Selain itu, kemampuan menarik pelajaran dari berbagai pengalaman manis maupun pahit adalah keutamaan. Ini sekelumit pesan dari buku Kerikil Tajam Telekomunikasi Broadband Indonesia yang dirilis ke masyarakat pada Selasa (11/6/2013) lalu sebagaimana informasi yang diterima Kompas.com.

Penulis buku ini, Indar Atmanto, memaparkan kasus kerja sama Indosat-IM2 yang merugikan negara Rp 3,8 triliun. Pada proses pengadilan, kasus ini mengemukakan lantaran ada dakwaan IM2 tidak membayar up front free dan BHP frekuensi 2,1 GHz.

Menurut Indar, kasus tersebut menarik untuk dicermati sebagai salah satu pelajaran berharga dalam bisnis telekomunikasi. Di dalam buku setebal 330 halaman ini, pembaca bisa mengikuti asal mula kasus Indosat-IM2 tersebut. Indar yang juga mantan Direktur Utama Indosat-IM2 periode 2006-2012 ini berharap agar banyak khalayak bisa belajar duduknya persoalan di bidang telekomunikasi. "Paling penting adalah di dalam buku ini saya mengajak untuk mencari solusi serta menata industri telematika di Indonesia," demikian ujar Indar Atmanto saat peluncuran yang dihelat di Jakarta.


12.40 | 0 komentar | Read More

Bagi Hasil Cukai Tembakau Tidak Adil

JAKARTA, KOMPAS.com--Peraturan tentang pembagian dana hasil cukai tembakau tidak memberikan keadilan bagi petani tembakau. Aturan yang ada pun lebih diarahkan untuk mematikan industri hasil tembakau. Ini adalah hasil penelitian tentang karut marut hukum dan implementasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil tembakau di Indonesia.

Itulah kesimpulan pada bedah buku "Ironi Cukai Tembakau" di Auditorium Dewan Pers, Jakarta, Rabu, 13 Juni 2013. 

Ketidakadilan itu sudah berawal dari UU 39/2007 tentang Perubahan atas UU 11/1995 tentang Cukai, dan semakin nyata dalam Peraturan Menteri Keuangan atau PMK No.84/PMK.07/2008 tentang Penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) dan Sanksi atas Penyalahgunaan Alokasi DBHCHT.

Gugun El Guyani, peneliti dari Indonesia Berdikari, mengatakan, dalam UU itu dana cukai yang dikembalikan ke daerah hanya sebesar 2% saja. Sisanya 98% diambil oleh pemerintah pusat. Sementara nilai cukai tahun lalu saja sebesar Rp 84 triliun, jumlah yang sangat besar.

"Tidak ada penjelasan hukum dalam UU itu mengapa dana yang dikembalikan hanya 2%", kata Gugun dalam diskusi tersebut..

Gugun menjelaskan, lebih jauh distribusi dan pemanfaatan dana hasil cukai itu di daerah-daerah sangat timpang bagi kepentingan petani tembakau. Penelitian dilakukan di 5 propinsi terbesar penerima cukai yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, NTB, Jawa Barat dan DI Yogyakarta.

Hampir semua daerah, lebih dari 60-70% dana cukai dipakai untuk Program Lingkungan Sosial, yaitu program yang berorientasi kesehatan.

"Kalaupun program-program kesehatan itu yang berkaitan dengan rokok, masih masuk akal. Tapi di sejumlah daerah, dana itu dipakai untuk Program KB atau Program HIV/AIDS yang tidak ada hubungannya dengan tembakau", tambah Gugun.

Sementara yang diterima oleh petani hampir tidak ada. Nurtantio Wisnubrata, Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia APTI Jawa Tengah mengatakan, pada 2004 petani tembakau pernah meminta agar ada dana DBHCHT itu kembali ke petani. Namun begitu keluar Peraturan Menteri Keuangan 84/2008 itu, harapan petani buyar.


12.40 | 0 komentar | Read More

Ajakan Bersikap Bijak di Bisnis Telematika

Written By Unknown on Minggu, 23 Juni 2013 | 12.40

Ajakan Bersikap Bijak di Bisnis Telematika

Penulis: Josephus Primus | Kamis, 13 Juni 2013 | 17:41 WIB

KOMPAS.com — Dalam berbisnis, filosofi bijak yang paling utama adalah bersikap hati-hati. Selain itu, kemampuan menarik pelajaran dari berbagai pengalaman manis maupun pahit adalah keutamaan. Ini sekelumit pesan dari buku Kerikil Tajam Telekomunikasi Broadband Indonesia yang dirilis ke masyarakat pada Selasa (11/6/2013) lalu sebagaimana informasi yang diterima Kompas.com.

Penulis buku ini, Indar Atmanto, memaparkan kasus kerja sama Indosat-IM2 yang merugikan negara Rp 3,8 triliun. Pada proses pengadilan, kasus ini mengemukakan lantaran ada dakwaan IM2 tidak membayar up front free dan BHP frekuensi 2,1 GHz.

Menurut Indar, kasus tersebut menarik untuk dicermati sebagai salah satu pelajaran berharga dalam bisnis telekomunikasi. Di dalam buku setebal 330 halaman ini, pembaca bisa mengikuti asal mula kasus Indosat-IM2 tersebut. Indar yang juga mantan Direktur Utama Indosat-IM2 periode 2006-2012 ini berharap agar banyak khalayak bisa belajar duduknya persoalan di bidang telekomunikasi. "Paling penting adalah di dalam buku ini saya mengajak untuk mencari solusi serta menata industri telematika di Indonesia," demikian ujar Indar Atmanto saat peluncuran yang dihelat di Jakarta.


12.40 | 0 komentar | Read More

Bagi Hasil Cukai Tembakau Tidak Adil

JAKARTA, KOMPAS.com--Peraturan tentang pembagian dana hasil cukai tembakau tidak memberikan keadilan bagi petani tembakau. Aturan yang ada pun lebih diarahkan untuk mematikan industri hasil tembakau. Ini adalah hasil penelitian tentang karut marut hukum dan implementasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil tembakau di Indonesia.

Itulah kesimpulan pada bedah buku "Ironi Cukai Tembakau" di Auditorium Dewan Pers, Jakarta, Rabu, 13 Juni 2013. 

Ketidakadilan itu sudah berawal dari UU 39/2007 tentang Perubahan atas UU 11/1995 tentang Cukai, dan semakin nyata dalam Peraturan Menteri Keuangan atau PMK No.84/PMK.07/2008 tentang Penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) dan Sanksi atas Penyalahgunaan Alokasi DBHCHT.

Gugun El Guyani, peneliti dari Indonesia Berdikari, mengatakan, dalam UU itu dana cukai yang dikembalikan ke daerah hanya sebesar 2% saja. Sisanya 98% diambil oleh pemerintah pusat. Sementara nilai cukai tahun lalu saja sebesar Rp 84 triliun, jumlah yang sangat besar.

"Tidak ada penjelasan hukum dalam UU itu mengapa dana yang dikembalikan hanya 2%", kata Gugun dalam diskusi tersebut..

Gugun menjelaskan, lebih jauh distribusi dan pemanfaatan dana hasil cukai itu di daerah-daerah sangat timpang bagi kepentingan petani tembakau. Penelitian dilakukan di 5 propinsi terbesar penerima cukai yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, NTB, Jawa Barat dan DI Yogyakarta.

Hampir semua daerah, lebih dari 60-70% dana cukai dipakai untuk Program Lingkungan Sosial, yaitu program yang berorientasi kesehatan.

"Kalaupun program-program kesehatan itu yang berkaitan dengan rokok, masih masuk akal. Tapi di sejumlah daerah, dana itu dipakai untuk Program KB atau Program HIV/AIDS yang tidak ada hubungannya dengan tembakau", tambah Gugun.

Sementara yang diterima oleh petani hampir tidak ada. Nurtantio Wisnubrata, Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia APTI Jawa Tengah mengatakan, pada 2004 petani tembakau pernah meminta agar ada dana DBHCHT itu kembali ke petani. Namun begitu keluar Peraturan Menteri Keuangan 84/2008 itu, harapan petani buyar.


12.40 | 0 komentar | Read More

Ajakan Bersikap Bijak di Bisnis Telematika

Written By Unknown on Jumat, 21 Juni 2013 | 12.40

Ajakan Bersikap Bijak di Bisnis Telematika

Penulis: Josephus Primus | Kamis, 13 Juni 2013 | 17:41 WIB

KOMPAS.com — Dalam berbisnis, filosofi bijak yang paling utama adalah bersikap hati-hati. Selain itu, kemampuan menarik pelajaran dari berbagai pengalaman manis maupun pahit adalah keutamaan. Ini sekelumit pesan dari buku Kerikil Tajam Telekomunikasi Broadband Indonesia yang dirilis ke masyarakat pada Selasa (11/6/2013) lalu sebagaimana informasi yang diterima Kompas.com.

Penulis buku ini, Indar Atmanto, memaparkan kasus kerja sama Indosat-IM2 yang merugikan negara Rp 3,8 triliun. Pada proses pengadilan, kasus ini mengemukakan lantaran ada dakwaan IM2 tidak membayar up front free dan BHP frekuensi 2,1 GHz.

Menurut Indar, kasus tersebut menarik untuk dicermati sebagai salah satu pelajaran berharga dalam bisnis telekomunikasi. Di dalam buku setebal 330 halaman ini, pembaca bisa mengikuti asal mula kasus Indosat-IM2 tersebut. Indar yang juga mantan Direktur Utama Indosat-IM2 periode 2006-2012 ini berharap agar banyak khalayak bisa belajar duduknya persoalan di bidang telekomunikasi. "Paling penting adalah di dalam buku ini saya mengajak untuk mencari solusi serta menata industri telematika di Indonesia," demikian ujar Indar Atmanto saat peluncuran yang dihelat di Jakarta.


12.40 | 0 komentar | Read More

Bagi Hasil Cukai Tembakau Tidak Adil

JAKARTA, KOMPAS.com--Peraturan tentang pembagian dana hasil cukai tembakau tidak memberikan keadilan bagi petani tembakau. Aturan yang ada pun lebih diarahkan untuk mematikan industri hasil tembakau. Ini adalah hasil penelitian tentang karut marut hukum dan implementasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil tembakau di Indonesia.

Itulah kesimpulan pada bedah buku "Ironi Cukai Tembakau" di Auditorium Dewan Pers, Jakarta, Rabu, 13 Juni 2013. 

Ketidakadilan itu sudah berawal dari UU 39/2007 tentang Perubahan atas UU 11/1995 tentang Cukai, dan semakin nyata dalam Peraturan Menteri Keuangan atau PMK No.84/PMK.07/2008 tentang Penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) dan Sanksi atas Penyalahgunaan Alokasi DBHCHT.

Gugun El Guyani, peneliti dari Indonesia Berdikari, mengatakan, dalam UU itu dana cukai yang dikembalikan ke daerah hanya sebesar 2% saja. Sisanya 98% diambil oleh pemerintah pusat. Sementara nilai cukai tahun lalu saja sebesar Rp 84 triliun, jumlah yang sangat besar.

"Tidak ada penjelasan hukum dalam UU itu mengapa dana yang dikembalikan hanya 2%", kata Gugun dalam diskusi tersebut..

Gugun menjelaskan, lebih jauh distribusi dan pemanfaatan dana hasil cukai itu di daerah-daerah sangat timpang bagi kepentingan petani tembakau. Penelitian dilakukan di 5 propinsi terbesar penerima cukai yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, NTB, Jawa Barat dan DI Yogyakarta.

Hampir semua daerah, lebih dari 60-70% dana cukai dipakai untuk Program Lingkungan Sosial, yaitu program yang berorientasi kesehatan.

"Kalaupun program-program kesehatan itu yang berkaitan dengan rokok, masih masuk akal. Tapi di sejumlah daerah, dana itu dipakai untuk Program KB atau Program HIV/AIDS yang tidak ada hubungannya dengan tembakau", tambah Gugun.

Sementara yang diterima oleh petani hampir tidak ada. Nurtantio Wisnubrata, Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia APTI Jawa Tengah mengatakan, pada 2004 petani tembakau pernah meminta agar ada dana DBHCHT itu kembali ke petani. Namun begitu keluar Peraturan Menteri Keuangan 84/2008 itu, harapan petani buyar.


12.40 | 0 komentar | Read More

Ajakan Bersikap Bijak di Bisnis Telematika

Written By Unknown on Rabu, 19 Juni 2013 | 12.40

Ajakan Bersikap Bijak di Bisnis Telematika

Penulis: Josephus Primus | Kamis, 13 Juni 2013 | 17:41 WIB

KOMPAS.com — Dalam berbisnis, filosofi bijak yang paling utama adalah bersikap hati-hati. Selain itu, kemampuan menarik pelajaran dari berbagai pengalaman manis maupun pahit adalah keutamaan. Ini sekelumit pesan dari buku Kerikil Tajam Telekomunikasi Broadband Indonesia yang dirilis ke masyarakat pada Selasa (11/6/2013) lalu sebagaimana informasi yang diterima Kompas.com.

Penulis buku ini, Indar Atmanto, memaparkan kasus kerja sama Indosat-IM2 yang merugikan negara Rp 3,8 triliun. Pada proses pengadilan, kasus ini mengemukakan lantaran ada dakwaan IM2 tidak membayar up front free dan BHP frekuensi 2,1 GHz.

Menurut Indar, kasus tersebut menarik untuk dicermati sebagai salah satu pelajaran berharga dalam bisnis telekomunikasi. Di dalam buku setebal 330 halaman ini, pembaca bisa mengikuti asal mula kasus Indosat-IM2 tersebut. Indar yang juga mantan Direktur Utama Indosat-IM2 periode 2006-2012 ini berharap agar banyak khalayak bisa belajar duduknya persoalan di bidang telekomunikasi. "Paling penting adalah di dalam buku ini saya mengajak untuk mencari solusi serta menata industri telematika di Indonesia," demikian ujar Indar Atmanto saat peluncuran yang dihelat di Jakarta.


12.40 | 0 komentar | Read More

Bagi Hasil Cukai Tembakau Tidak Adil

JAKARTA, KOMPAS.com--Peraturan tentang pembagian dana hasil cukai tembakau tidak memberikan keadilan bagi petani tembakau. Aturan yang ada pun lebih diarahkan untuk mematikan industri hasil tembakau. Ini adalah hasil penelitian tentang karut marut hukum dan implementasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil tembakau di Indonesia.

Itulah kesimpulan pada bedah buku "Ironi Cukai Tembakau" di Auditorium Dewan Pers, Jakarta, Rabu, 13 Juni 2013. 

Ketidakadilan itu sudah berawal dari UU 39/2007 tentang Perubahan atas UU 11/1995 tentang Cukai, dan semakin nyata dalam Peraturan Menteri Keuangan atau PMK No.84/PMK.07/2008 tentang Penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) dan Sanksi atas Penyalahgunaan Alokasi DBHCHT.

Gugun El Guyani, peneliti dari Indonesia Berdikari, mengatakan, dalam UU itu dana cukai yang dikembalikan ke daerah hanya sebesar 2% saja. Sisanya 98% diambil oleh pemerintah pusat. Sementara nilai cukai tahun lalu saja sebesar Rp 84 triliun, jumlah yang sangat besar.

"Tidak ada penjelasan hukum dalam UU itu mengapa dana yang dikembalikan hanya 2%", kata Gugun dalam diskusi tersebut..

Gugun menjelaskan, lebih jauh distribusi dan pemanfaatan dana hasil cukai itu di daerah-daerah sangat timpang bagi kepentingan petani tembakau. Penelitian dilakukan di 5 propinsi terbesar penerima cukai yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, NTB, Jawa Barat dan DI Yogyakarta.

Hampir semua daerah, lebih dari 60-70% dana cukai dipakai untuk Program Lingkungan Sosial, yaitu program yang berorientasi kesehatan.

"Kalaupun program-program kesehatan itu yang berkaitan dengan rokok, masih masuk akal. Tapi di sejumlah daerah, dana itu dipakai untuk Program KB atau Program HIV/AIDS yang tidak ada hubungannya dengan tembakau", tambah Gugun.

Sementara yang diterima oleh petani hampir tidak ada. Nurtantio Wisnubrata, Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia APTI Jawa Tengah mengatakan, pada 2004 petani tembakau pernah meminta agar ada dana DBHCHT itu kembali ke petani. Namun begitu keluar Peraturan Menteri Keuangan 84/2008 itu, harapan petani buyar.


12.40 | 0 komentar | Read More

Ajakan Bersikap Bijak di Bisnis Telematika

Written By Unknown on Selasa, 18 Juni 2013 | 12.40

Ajakan Bersikap Bijak di Bisnis Telematika

Penulis: Josephus Primus | Kamis, 13 Juni 2013 | 17:41 WIB

KOMPAS.com — Dalam berbisnis, filosofi bijak yang paling utama adalah bersikap hati-hati. Selain itu, kemampuan menarik pelajaran dari berbagai pengalaman manis maupun pahit adalah keutamaan. Ini sekelumit pesan dari buku Kerikil Tajam Telekomunikasi Broadband Indonesia yang dirilis ke masyarakat pada Selasa (11/6/2013) lalu sebagaimana informasi yang diterima Kompas.com.

Penulis buku ini, Indar Atmanto, memaparkan kasus kerja sama Indosat-IM2 yang merugikan negara Rp 3,8 triliun. Pada proses pengadilan, kasus ini mengemukakan lantaran ada dakwaan IM2 tidak membayar up front free dan BHP frekuensi 2,1 GHz.

Menurut Indar, kasus tersebut menarik untuk dicermati sebagai salah satu pelajaran berharga dalam bisnis telekomunikasi. Di dalam buku setebal 330 halaman ini, pembaca bisa mengikuti asal mula kasus Indosat-IM2 tersebut. Indar yang juga mantan Direktur Utama Indosat-IM2 periode 2006-2012 ini berharap agar banyak khalayak bisa belajar duduknya persoalan di bidang telekomunikasi. "Paling penting adalah di dalam buku ini saya mengajak untuk mencari solusi serta menata industri telematika di Indonesia," demikian ujar Indar Atmanto saat peluncuran yang dihelat di Jakarta.


12.40 | 0 komentar | Read More

Bagi Hasil Cukai Tembakau Tidak Adil

JAKARTA, KOMPAS.com--Peraturan tentang pembagian dana hasil cukai tembakau tidak memberikan keadilan bagi petani tembakau. Aturan yang ada pun lebih diarahkan untuk mematikan industri hasil tembakau. Ini adalah hasil penelitian tentang karut marut hukum dan implementasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil tembakau di Indonesia.

Itulah kesimpulan pada bedah buku "Ironi Cukai Tembakau" di Auditorium Dewan Pers, Jakarta, Rabu, 13 Juni 2013. 

Ketidakadilan itu sudah berawal dari UU 39/2007 tentang Perubahan atas UU 11/1995 tentang Cukai, dan semakin nyata dalam Peraturan Menteri Keuangan atau PMK No.84/PMK.07/2008 tentang Penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) dan Sanksi atas Penyalahgunaan Alokasi DBHCHT.

Gugun El Guyani, peneliti dari Indonesia Berdikari, mengatakan, dalam UU itu dana cukai yang dikembalikan ke daerah hanya sebesar 2% saja. Sisanya 98% diambil oleh pemerintah pusat. Sementara nilai cukai tahun lalu saja sebesar Rp 84 triliun, jumlah yang sangat besar.

"Tidak ada penjelasan hukum dalam UU itu mengapa dana yang dikembalikan hanya 2%", kata Gugun dalam diskusi tersebut..

Gugun menjelaskan, lebih jauh distribusi dan pemanfaatan dana hasil cukai itu di daerah-daerah sangat timpang bagi kepentingan petani tembakau. Penelitian dilakukan di 5 propinsi terbesar penerima cukai yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, NTB, Jawa Barat dan DI Yogyakarta.

Hampir semua daerah, lebih dari 60-70% dana cukai dipakai untuk Program Lingkungan Sosial, yaitu program yang berorientasi kesehatan.

"Kalaupun program-program kesehatan itu yang berkaitan dengan rokok, masih masuk akal. Tapi di sejumlah daerah, dana itu dipakai untuk Program KB atau Program HIV/AIDS yang tidak ada hubungannya dengan tembakau", tambah Gugun.

Sementara yang diterima oleh petani hampir tidak ada. Nurtantio Wisnubrata, Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia APTI Jawa Tengah mengatakan, pada 2004 petani tembakau pernah meminta agar ada dana DBHCHT itu kembali ke petani. Namun begitu keluar Peraturan Menteri Keuangan 84/2008 itu, harapan petani buyar.


12.40 | 0 komentar | Read More

Puisi-puisi M. Nurcholis

Written By Unknown on Kamis, 09 Mei 2013 | 12.40

Puisi-puisi M. Nurcholis

Dosa Pertama

aku masih ingat, ketika musim tidak ada dingin
kami berjalan dalam taman seluas semesta:
tanpa busana, tanpa kecemasan meski sebesar  udara.
betapa hidup adalah kenikmatan semata
kami memiliki kenyataan-kenyataan yang mimpi
kami ingin hidup dalam kenyataan.

sampai suatu ketika, seekor ular menyapa
desisnya begitu manis
melebihi sungai susu di ujung sana
"maukah kau hidup dalam kenyataan?", tanyanya.
kami terkesima, betapa kini kenyataan akan menjadi mimpi
dan mata ini begitu berbinar, tak hiraukan segala larangan.
sejurus kemudian, kami merasakan kenikmatan.

dan semuanya raib,
di atas rerumput taman,
tergeletak apel rumpang
yang menangis sesenggukan.

2012

Kehilangan
: interpretasi bebas dari lukisan "Burning Giraffe and Telephones" – Salvador Dali

Langit karamel abu-abu
Gurun pasir serupa daki
pada tengkuk para pasasir
Kau masih menunggu
sebuah suara
pada ujung gagang telepon tua.

Tubuhmu adalah kerinduan
yang  meminta sebuah penebusan
Tubuhmu hanya ingin bersintuhan
dengan mata sendu yang meruntuhkan
sebuah hati batu berkepanjangan.

Kau mendengar langkah kaki mulai berdebam
di kejauhan
Beberapa jerapah tunggang langgang
membawa api dan sakramen penyucian

Tapi kau masih saja keluar masuk gagang telepon
Mencoba bercinta dengan kekasihmu di sana
Sedang dirimu mulai menjelma
menjadi gelombang suara
"Aku tidak akan meninggalkanmu."
Bunyi suara di telepon yang menjerat tubuhmu
tapi kau adalah orang yang percaya
bahwa jarak, perlahan, akan membebaskan cinta.

2012

3 Sonet Tentang Iman, Cinta dan Pengorbanan

Sonet 1: Arius

Suatu petang di Nicaea akan tetap kita kenang
bahwa keinginan manusia telah merubah dunia.
Dan pemahaman iman bisa saja hilang
tergerus akal dan peradaban manusia.

Burung-burung berpulang, menembus senja
dengan riang. Di sisi bukit, segagang petunia biru
baru saja mekar. Sejenak melupakan peperangan kata
mendinginkannya seperti nyala putih salju.

Tapi keputusan telah ditetapkan.
Dan harapan telah digantungkan setinggi bubungan Yeremia.
Seorang Presbiter menyeka keringat yang melelahkan:
"Tuhan, di manakah Engkau? Aku membutuhkan mata."

Iman itu, Arius, barangkali intrusi.
Yang dirembeskan Tuhan ke dalam geletar nadi.

Sonet 2: Narcissus

Di taman itu, Ekho telah mengamatimu dalam-dalam.
Namun engkau memilih diam, sebab apa yang dibutuhkan
dari seorang wanita, jika mereka telah menyerahkan malam
kepada senyummu dan hangat pelukan?

Barangkali ketampanan adalah kutukan
yang menyebabkan seseorang menjadi lupa
bahwa ia adalah manusia ciptaan
yang kapan saja bisa menjadi tiada.

Seorang wanita tadi, adalah putri Nemesis
ia memohon agar cinta harus menjadi hukuman
bagi Pemuda di taman yang berwajah manis
namun menolak cintanya tanpa alasan.

"Bercerminlah, Narcissus, di dalamnya
akan kau temukan cinta sejati selamanya."

Sonet 3: Ikarus

Dunia ini adalah sebatas yang ada dalam pikiran
dan masa depan hanyalah sebuah tebakan takdir.
Angkasa itu, Daedalus, adalah sebuah jalan
bagimu keluar dari orang-orang pandir.

Di sebuah labirin yang dijaga Minotaurus,
seorang ksatria terkurung, menunggu harapan:
seorang pejuang Athena jenius
dan mempunyai tekad setinggi gemintang.

Kau mulai menyiapkan sayap. Katamu, langit
adalah petualangan bagi manusia berpengetahuan.
Anakmu mengangguk, di matanya terbayang perjalanan sengit
dan jalan untuk keluar dari dunia yang membosankan.

Sejengkal lagi, Ikarus, sayapmu menyentuh Matahari.
Barangkali kau memilih kebadian dengan jalan mati.

Kalibata, 2012


12.40 | 0 komentar | Read More

Ketua UNESCO Kunjungi Situs

Ketua UNESCO Kunjungi Situs

Rabu, 8 Mei 2013 | 21:05 WIB

google.com

Ilustrasi: Gunung Pompeii

Joya De Ceren, El Salvador, KOMPAS.com--Ketua UNESCO pada Selasa mengunjungi satu-satunya warisan budaya dunia di El Savador, Joya de Ceren, masyarakat pertanian pra-Kolumbia, yang tertimbun di bawah letusan gunung berapi.

Irina Buková berkeliling di situs tersebut, yang terletak di baratlaut ibukota sibuk negara Amerika Tengah itu, yang terkubur oleh letusan gunung berapi 1.400 tahun lalu.

"Kunjungan ini penting," kata Direktur Warisan Budaya Salvador  Gustavo Milan.

"Kami butuh bantuan, karena situs ini memerlukan pemeliharaan preventif yang rutin," kata Milan.

Buková meninjau keajaiban dari taman arkeologi, tempat etnis Maya tinggal, belajar tentang situs pemandian umum atau "temazcal", serta tempat dukun melatih keterampilan mereka.

"Dia pulang dengan pemahaman yang kuat tentang pentingnya situs ini," kata Roberto Gallardo, dan arkeolog yang mendampinginya dalam  kunjungan ke lokasi yang ditetapkan sebagai situs budaya dunia oleh UNESCO pada 1993.


12.40 | 0 komentar | Read More

Jaka Tarub Gaul: Pergolakan dan Konflik Budaya

Written By Unknown on Rabu, 08 Mei 2013 | 12.40

JAKARTA, KOMPAS.com--Jaka Tarub mengendap-endap di antara semak belukar untuk mengintip tujuh bidadari dari khayangan yang sedang mandi di sebuah telaga. Tanpa sepengetahuan mereka, pemburu dari Desa Tarub di lereng Gunung Keramat ini mengambil selembar selendang milik salah satu bidadari. Ketika acara berbasuh di telaga usai, satu persatu bidadari kembali ke khayangan. Tinggallah satu bidadari yang tersisa karena selendang miliknya tak ditemukan. Ia bingung ke mana harus mencari selendang yang membuatnya bisa kembali ke alamnya.

Jaka Tarub datang mengulurkan bantuan hingga akhirnya mereka menjadi sepasang suami isteri dengan seorang bayi sebagai buah cintanya. Segala kesaktian Nawang Wulan, bidadari naas yang kehilangan selendang itu, membuat Jaka Tarub makin cinta. Pantangan tidak  membuka penanak nasi ia langgar yang membuat Nawang Wulan harus menanak sejumput beras, bukan sebutir padi seperti saat kesaktian masih melekat pada dirinya.

Tapi, jangan bayangkan Jaka Tarub yang satu ini layaknya seorang pemburu dari desa yang terpencil. Jangan pula bayangkan Nawang Wulan berkebaya atau berjarik. Jaka Tarub dalam pementasan teater berjudul "Jaka Tarub" ini tak ubahnya anak punk zaman sekarang. Sepatu boot, kuping beranting, potongan rambut ala Mohawk dan ikat pinggang berantai adalah identitas terbaru Jaka Tarub dalam pementasan ini. Pun Nawang Wulan yang berdandan ala lady rocker masa kini dengan busana serba ketat.

Lakon Jaka Tarub Gaul ini dipentaskan berdasarkan naskah drama berjudul Jaka Tarub yang memenangi sayembara penulisan naskah drama versi Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) tahun 1974. Kisah ini memang berbeda dibandingkan dengan kisah Jaka Tarub yang dituturkan dalam tradisi lisan masyarakat Jawa. "Kita memang berangkat dari naskah Akhudiat dengan pendekatan kekinian," kata Musalam Firman, sutradara pentas Jaka Tarub yang dimainkan oleh Komunitas Sastra Ranggon. Lakon ini dimainkan di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki, 30 April 2013.

Sebagaimana naskah Akhudiat, banyak kekonyolan dalam lakon Jaka Tarub Gaul ini seperti Nawang Wulan memperkosa Jaka Tarub bersama enam bidadari yang lain. Di babak kedua, ada tokoh Macan yang mengenalkan Nawang Wulan dengan produser  film mata keranjang yang terpincut oleh kemolekan bodi Nawang Wulan. Dia sukses menjadi artis dengan film-film laris setelah tidur bersama sang produser. Sosoknya menjadi santapan empuk tayangan gosip infotainment soal keintimannya dengan sang produser.

Berbeda dengan pementasan Akhudiat, lakon yang dimainkan Komunitas Sastra Ranggon ini mengusung konsep terbaru yang memadukan teater dan multimedia. Sukses Nawang Wulan menjadi artis dan segala gosip yang membelitnya ditampilkan dalam tayangan slide di bagian belakang panggung. Kejaran para awak infotainment dalam wawancara dengan Nawang Wulan ditampilkan utuh layaknya tayangan gosip di televisi masa kini. Nawang Wulan pun menjelma dari seorang bidadari khayangan menjadi bidadari industri hiburan.

Namun, pementasan ini tetap berpegang pada pakem yang ditulis Akhudiat yakni dengan menggunakan dalang sebagai pemandu alur cerita. Dalang yang membangunkan Jaka Tarub dan Nawang Wulan dari museum tetap memegang kendali pementasan dari awal hingga lakon ini berakhir. Di sinilah konflik dan benturan budaya yang harus dipertahankan oleh sang Dalang dengan budaya baru yang ngepop yang menjadi gaya hidup Jaka Tarub dan Nawang Wulan di masa kini.

Firman Musalam, sutradara Jaka Tarub cukup lihai meramu perpaduan antara permainan teater murni dan multimedia. Begitu juga dengan Jaka Tarub (Restu) dan Nawang Wulang (Irma) yang cukup menghayati peran sebagai artis masa kini. Pementasan ini diadakan untuk memperingatai ulang tahun keempat Komunitas Sastra Ranggon yang digerakkan oleh para mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indraprasta PGRI Jakarta.  Pementasan teater ini melibatkan 35 orang pemain dengan rata-rata usia 20-an tahun. Sebuah potensi besar di dunia teater Indonesia telah lahir. *)


12.40 | 0 komentar | Read More

Puisi-puisi Nur Aida Maulidia

Keluarga Fai
/I/
Fai, aku mau sepatu yang kuning..
yang tinggal sebelah itu loh... tak apalah tinggal sebelah, itu tanda bahwa ia berani dengan langkahnya sendiri. bukan anti sosial, Fai..
Ia mandiri. Fai, beri aku sepatu kuningnya ya?, nanti aku gambari kumbang di sepatunya. biar bisa terbang, Fai.. ya, biar bisa terbang. nanti bolehlah kau ikut bersamaku dengan sepatu kuning itu. berselancar kemana pun yang kamu mau. Menemui Tuhan muangkin...
/II/
yaah.. kau ini bagaimana Fai... kau sendiri yang menyisakan sepatu kuning itu untukku. siap-siap ya,sebentar lagi kita akan membangunkan naga itu..
setelah itu aku akan menyusup pula dalam seratus sepatu kuningmu yang menyusupi rak di kepalamu. yaa...aku saling menyusupi. tak usah heran jika aku akan selalu berputar-putar memenuhi tubuhmu. perlu kau tau aku penyusup, Fai...
/III /
kalau aku tak sibuk, kata-kata tengah sibuk. maka kami harus menunggu waktu yg juga tak sibuk. dan nyatanya kata-kata pun tak mau aku seriusi. Ia lebih senang jadi mainanku. biarlah ia jadi mainan yang aku seriusi. ssstt...jangan bilang kata-kata ya kalau sebenarnya aku serius... sebab jika ia tau,ia tak akan mau lagi bermain denganku...
/IV/

jangan kejar aku,waktu. kau boleh ikuti aku tapi jangan kejar aku. sebab aku pun ingin mengejarmu.ayolah, beri aku kesempatan mengejarmu. apa kau tak ingin mencoba melewati satu per satu jalan yang bercabang itu ? seperti yang aku lakukan sekarang?
jangan kejar aku,waktu. biar aku yang mengejarmu.

M i n o r
/1/
Panggil saja minor, ya! Namanya minor. Wanita yang berpayungkan bianglala itu sedikit berbeda dari biasanya. Menjadi lebih apatis dan tidak peduli dengan lingkungannya. Minor seperti hidup dengan imajinya sendiri. Dengan segala teka-teki yang kemudian dipecahkannya sendiri. Ada kasak kusuk yang menyebutkan bahwa minor adalah seorang introvert. Dan minor tidak pernah peduli. Sebab lingkungannya pun juga begitu. Tidak ada yang tau minor adalah cucu nini anteh keturunan kerajaan bulan. Ya,nini anteh yang tinggal di bulan bersama kucing hitamnya. Dan tahukah kau? Pagi tadi nini anteh meninggal tertusuk.jarum saat tengah menyulam. Jenazah nini anteh terjebak di bulan. Dalam dimensi waktu yang berbeda,si hitam kucing nini anteh menelepon minor mengabari kabar duka yang tengah terjadi. Minor bingung,lalu menangis sekencang-kencangnya,dan seperti biasa,tak ada yang peduli. Minor masih menggenggam bianglalanya itu,ia berputar,terus berputar,terus berputar,Haaaaap! Ia sampai di bulan. Melihat nini anteh yang layu juga si hitam yang terus mengeong sedih. Minor pergi dari bumi. Tak yang tau,sebab tak ada yang peduli. Apatisatau apalah namanya. Setidaknya kali ini ia tidak lagi hidup berdua bersama imajinya,tetapi juga si hitam yang ia harap masih peduli padanya. Ya,minor,itulah minor,wanita yang berpayungkan bianglala       19 maret 2013
/2/
Dan minor tak pernah merasa dirangkul. Minor, minor, kasihan sekali kau. Untunglah sekarang kau menemukan kebangkitanmu yang baru. Biarkan saja mereka yang kerjanya ngomel tak karuan merasa paling benar,merasa sudah merangkul kau,tapi kau yg introvert. Biarkan saja minor, kau sudah dewasa,pilihan di tanganmu,dan apatis memang benar-benar perlu saat kau merasa ada benalu yang menempeli tubuhmu.

Dan minor pun tertawa sekencangnya, sebab ada seperdelapan sayap kupu-kupu yang menempeli tubuhnya. Minor membatin," hai kepompong, selamat tinggal. Maaf kita akan berbeda dimensi. Aku telah menemukan kebangkitanku, selamat tinggal kepompong,ya sebentar lagi aku akan meninggalkanmu, sebab kau pun tak peduli"
Fai, ini masih tentang minor. minor ingin ganti nama. dan ia meminta bantuanku untuk memilih nama yang tepat untuknya. kalau aku beri nama rahasita bagaimana? ya rahasita saja biar namanya mirip dengan kucing hitam nini anteh, rahasima.

Fai, gawat!! rahasima tak mau namanya sama dengan minor. rahasima dan rahasita bertengkar,Fai. dan sayang sekali,payung bianglala rahasita tertinggal di bumi. ya, payung ajaib itu tertinggal.
Fai, Rahasita mati!! ya Mati Fai. bagaimana ini? Rahasita terjebak di bulan. atau mungkin aku suruh rahasima mencakar buan hingga sobek dan melempar rahasita ke bumi? ahhh... kasian rahasita Fai. Ingat ini rahasia kita berdua fai tentang kematian rahasita. aku masih berpikir keras untuk mengeluarkan rahasita dari bulan.

-selesai-

Kebun Angka
/1/
dan ini benar-benar terjadi. ya terjadi. kemarin. iya, kemarin. saat quiz Kalkulus II, saat aku tengah bergelut dengan angka, yang benar-benar tak pasti nilainya. aku mencoba menerka, 5 jariku yang menari bersama sang pena. menerka ya walau tak pasti hasilnya. bilangan natural, tak hingga, L'Hopital, atau entah apalah itu namanya yang sepertinya juga tak peduli padaku.
Lalu aku karang semua hasilnya, dan tiba-tiba, kau tau? 3 jari kananku hilang, tinggal ibu jari dan telunjuk yang masih menari degan pena itu. aku bingung, 3 jariku masuk ke dalam lembar jawaban. bagaimana ini? aku tengok lembar jawaban untuk mengorek ketiga jariku. tapi yang terjadi malah kepalaku juga masuk ke dalam lembar jawaban. ahh, menyebalkan! kalau begini caranya, bagaimana aku bisa mengumpukan lembar jawaban ini?
lalu perlahan aku lenggokkan tubuhku di atas lembar jawaban untuk menarik kepala dan ketiga jari kananku, tapi... Ahh sial !! tubuhku juga tertarik ke dalam lembar jawaban. hanya kedua jari kanan dan penaku yang tetap menari.
dalam lembar jawaban aku terperangkap di kebun angka, angka yang aku karang tadi. dan ini lucu sekali. aku bertemu dengan makhluk setengah angka. yang berbadan manusia dan berkepala angka. ada ikan yang berekor tak hingga dan bebas berenang di udara. dan yang mengagetkan adalah aku bertemu rahasita. iya! yang sudah mati itu. dia berkepala payung bianglala, berkumis seperti rahasima dan bermotif angka. entah aku harus tertawa atau mungkin harus menangis sampai di kebun angka ini. rahasita berbahasa angka. aku tak mengerti. aku ingin kembali, untuk mengumpulkan lembar jawaban tadi,tak mungkin hanya 2 jariku yang mengumpulkannya. Ahh sial, aku terjebak !!
/2/
aku benci terjebak, sebab ada misi bersama kehidupan yang belum aku selesaikan. Kau ingin tau misinya? Maaf ini rahasia. Hidupku penuh kerahasiaan,aku tak mau ada yang tau biar aku,kehidupan,dan Pengintai saja yang tau. Begitu pun jawaban quiz kalkulus tadi, rahasia!! Aku masih di kebun angka. Ada pohon-pohon yang bisa mengintegralkan apa saja. Ya, apa saja. Aku juga bisa diintegralkan. Tapi aku tak mau, sebab aku masih ingin kembali ke duniaku. Sekali lagi aku tak suka terjebak.

Lalu aku duduk di pinggir sungai, yang didalamnya berenang macan bermotif kotak-kotak warna hijau berkepala koala, dan berkaki seperti angka dua. Lucu sekali, sedikit menyeramkan memang. Ia berbicara tak karuan,dan aku sedikit enggan mendengarkannya. Perlahan aku mendengar kata-kata yang semburat dari mulutnya. Hah? Ia bilang didalam darahku ada 4 integral dan 4 fungsi yang tersangkut ingin keluar. Lalu mengalir juga dengan deras kata-kata aneh yang macan itu sendiri tidak mengerti. Ia akan membantuku mengeluarkan integral itu. Macan itu pintar sekali.
Kami berkenalan. Ya, aku bersalaman dengan kakinya yang berangka dua itu. "namaku Aihara, Tsuya Faihara, aku dari tempat yang jauh sekali dan aku yakin kau tak tau tempatnya, rumahku berbahan kata-kata yang padat sekali beratap segi banyak dan pelana tanpa kuda-kuda. Ya, pelana tanpa kuda-kuda. Sebab kuda-kudanya lari entah kemana meninggalkan pelananya",kataku. "namaku thedore, diferensial thedore. Rumahku di sungai ini. Dan asal kau tau, di sungai ini banyak kaki berbentuk angka, banyak kepala yang berenang. Sehingga aku bisa mengganti kaki dan kepala kapan pun aku mau," katanya. Aku tertegun, ya, ia bisa berganti kepala dan kaki kapan pun ia mau. Lalu kenapa aku tidak bisa? Aku ingin berkepala kata-kata dan berkaki seperti tanda seru atau mungkin tanda Tanya. Bagaimana menurutmu, keadaan?

Biodata:
Nur Aida Maulidia, kelahiran Sampang 27 Agustus 1994.  menulis puisi sejak bangku Sekolah Dasar. Juara I Loba Cipta Puisi se Jatim – Universitas Islam Malang (2011). Bergiat di Rumah Tulis Baca "Na' Bangsa" . Saat ini menjadi mahasiswa Teknologi Lingkungan  di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Alamat Rumah:  Jalan Dewi Sartika IX/12 Bumi Sumekar Asri – Sumenep 69417.


12.40 | 0 komentar | Read More

Jaka Tarub Gaul: Pergolakan dan Konflik Budaya

Written By Unknown on Selasa, 07 Mei 2013 | 12.40

JAKARTA, KOMPAS.com--Jaka Tarub mengendap-endap di antara semak belukar untuk mengintip tujuh bidadari dari khayangan yang sedang mandi di sebuah telaga. Tanpa sepengetahuan mereka, pemburu dari Desa Tarub di lereng Gunung Keramat ini mengambil selembar selendang milik salah satu bidadari. Ketika acara berbasuh di telaga usai, satu persatu bidadari kembali ke khayangan. Tinggallah satu bidadari yang tersisa karena selendang miliknya tak ditemukan. Ia bingung ke mana harus mencari selendang yang membuatnya bisa kembali ke alamnya.

Jaka Tarub datang mengulurkan bantuan hingga akhirnya mereka menjadi sepasang suami isteri dengan seorang bayi sebagai buah cintanya. Segala kesaktian Nawang Wulan, bidadari naas yang kehilangan selendang itu, membuat Jaka Tarub makin cinta. Pantangan tidak  membuka penanak nasi ia langgar yang membuat Nawang Wulan harus menanak sejumput beras, bukan sebutir padi seperti saat kesaktian masih melekat pada dirinya.

Tapi, jangan bayangkan Jaka Tarub yang satu ini layaknya seorang pemburu dari desa yang terpencil. Jangan pula bayangkan Nawang Wulan berkebaya atau berjarik. Jaka Tarub dalam pementasan teater berjudul "Jaka Tarub" ini tak ubahnya anak punk zaman sekarang. Sepatu boot, kuping beranting, potongan rambut ala Mohawk dan ikat pinggang berantai adalah identitas terbaru Jaka Tarub dalam pementasan ini. Pun Nawang Wulan yang berdandan ala lady rocker masa kini dengan busana serba ketat.

Lakon Jaka Tarub Gaul ini dipentaskan berdasarkan naskah drama berjudul Jaka Tarub yang memenangi sayembara penulisan naskah drama versi Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) tahun 1974. Kisah ini memang berbeda dibandingkan dengan kisah Jaka Tarub yang dituturkan dalam tradisi lisan masyarakat Jawa. "Kita memang berangkat dari naskah Akhudiat dengan pendekatan kekinian," kata Musalam Firman, sutradara pentas Jaka Tarub yang dimainkan oleh Komunitas Sastra Ranggon. Lakon ini dimainkan di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki, 30 April 2013.

Sebagaimana naskah Akhudiat, banyak kekonyolan dalam lakon Jaka Tarub Gaul ini seperti Nawang Wulan memperkosa Jaka Tarub bersama enam bidadari yang lain. Di babak kedua, ada tokoh Macan yang mengenalkan Nawang Wulan dengan produser  film mata keranjang yang terpincut oleh kemolekan bodi Nawang Wulan. Dia sukses menjadi artis dengan film-film laris setelah tidur bersama sang produser. Sosoknya menjadi santapan empuk tayangan gosip infotainment soal keintimannya dengan sang produser.

Berbeda dengan pementasan Akhudiat, lakon yang dimainkan Komunitas Sastra Ranggon ini mengusung konsep terbaru yang memadukan teater dan multimedia. Sukses Nawang Wulan menjadi artis dan segala gosip yang membelitnya ditampilkan dalam tayangan slide di bagian belakang panggung. Kejaran para awak infotainment dalam wawancara dengan Nawang Wulan ditampilkan utuh layaknya tayangan gosip di televisi masa kini. Nawang Wulan pun menjelma dari seorang bidadari khayangan menjadi bidadari industri hiburan.

Namun, pementasan ini tetap berpegang pada pakem yang ditulis Akhudiat yakni dengan menggunakan dalang sebagai pemandu alur cerita. Dalang yang membangunkan Jaka Tarub dan Nawang Wulan dari museum tetap memegang kendali pementasan dari awal hingga lakon ini berakhir. Di sinilah konflik dan benturan budaya yang harus dipertahankan oleh sang Dalang dengan budaya baru yang ngepop yang menjadi gaya hidup Jaka Tarub dan Nawang Wulan di masa kini.

Firman Musalam, sutradara Jaka Tarub cukup lihai meramu perpaduan antara permainan teater murni dan multimedia. Begitu juga dengan Jaka Tarub (Restu) dan Nawang Wulang (Irma) yang cukup menghayati peran sebagai artis masa kini. Pementasan ini diadakan untuk memperingatai ulang tahun keempat Komunitas Sastra Ranggon yang digerakkan oleh para mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indraprasta PGRI Jakarta.  Pementasan teater ini melibatkan 35 orang pemain dengan rata-rata usia 20-an tahun. Sebuah potensi besar di dunia teater Indonesia telah lahir. *)


12.40 | 0 komentar | Read More

Puisi-puisi Nur Aida Maulidia

Keluarga Fai
/I/
Fai, aku mau sepatu yang kuning..
yang tinggal sebelah itu loh... tak apalah tinggal sebelah, itu tanda bahwa ia berani dengan langkahnya sendiri. bukan anti sosial, Fai..
Ia mandiri. Fai, beri aku sepatu kuningnya ya?, nanti aku gambari kumbang di sepatunya. biar bisa terbang, Fai.. ya, biar bisa terbang. nanti bolehlah kau ikut bersamaku dengan sepatu kuning itu. berselancar kemana pun yang kamu mau. Menemui Tuhan muangkin...
/II/
yaah.. kau ini bagaimana Fai... kau sendiri yang menyisakan sepatu kuning itu untukku. siap-siap ya,sebentar lagi kita akan membangunkan naga itu..
setelah itu aku akan menyusup pula dalam seratus sepatu kuningmu yang menyusupi rak di kepalamu. yaa...aku saling menyusupi. tak usah heran jika aku akan selalu berputar-putar memenuhi tubuhmu. perlu kau tau aku penyusup, Fai...
/III /
kalau aku tak sibuk, kata-kata tengah sibuk. maka kami harus menunggu waktu yg juga tak sibuk. dan nyatanya kata-kata pun tak mau aku seriusi. Ia lebih senang jadi mainanku. biarlah ia jadi mainan yang aku seriusi. ssstt...jangan bilang kata-kata ya kalau sebenarnya aku serius... sebab jika ia tau,ia tak akan mau lagi bermain denganku...
/IV/

jangan kejar aku,waktu. kau boleh ikuti aku tapi jangan kejar aku. sebab aku pun ingin mengejarmu.ayolah, beri aku kesempatan mengejarmu. apa kau tak ingin mencoba melewati satu per satu jalan yang bercabang itu ? seperti yang aku lakukan sekarang?
jangan kejar aku,waktu. biar aku yang mengejarmu.

M i n o r
/1/
Panggil saja minor, ya! Namanya minor. Wanita yang berpayungkan bianglala itu sedikit berbeda dari biasanya. Menjadi lebih apatis dan tidak peduli dengan lingkungannya. Minor seperti hidup dengan imajinya sendiri. Dengan segala teka-teki yang kemudian dipecahkannya sendiri. Ada kasak kusuk yang menyebutkan bahwa minor adalah seorang introvert. Dan minor tidak pernah peduli. Sebab lingkungannya pun juga begitu. Tidak ada yang tau minor adalah cucu nini anteh keturunan kerajaan bulan. Ya,nini anteh yang tinggal di bulan bersama kucing hitamnya. Dan tahukah kau? Pagi tadi nini anteh meninggal tertusuk.jarum saat tengah menyulam. Jenazah nini anteh terjebak di bulan. Dalam dimensi waktu yang berbeda,si hitam kucing nini anteh menelepon minor mengabari kabar duka yang tengah terjadi. Minor bingung,lalu menangis sekencang-kencangnya,dan seperti biasa,tak ada yang peduli. Minor masih menggenggam bianglalanya itu,ia berputar,terus berputar,terus berputar,Haaaaap! Ia sampai di bulan. Melihat nini anteh yang layu juga si hitam yang terus mengeong sedih. Minor pergi dari bumi. Tak yang tau,sebab tak ada yang peduli. Apatisatau apalah namanya. Setidaknya kali ini ia tidak lagi hidup berdua bersama imajinya,tetapi juga si hitam yang ia harap masih peduli padanya. Ya,minor,itulah minor,wanita yang berpayungkan bianglala       19 maret 2013
/2/
Dan minor tak pernah merasa dirangkul. Minor, minor, kasihan sekali kau. Untunglah sekarang kau menemukan kebangkitanmu yang baru. Biarkan saja mereka yang kerjanya ngomel tak karuan merasa paling benar,merasa sudah merangkul kau,tapi kau yg introvert. Biarkan saja minor, kau sudah dewasa,pilihan di tanganmu,dan apatis memang benar-benar perlu saat kau merasa ada benalu yang menempeli tubuhmu.

Dan minor pun tertawa sekencangnya, sebab ada seperdelapan sayap kupu-kupu yang menempeli tubuhnya. Minor membatin," hai kepompong, selamat tinggal. Maaf kita akan berbeda dimensi. Aku telah menemukan kebangkitanku, selamat tinggal kepompong,ya sebentar lagi aku akan meninggalkanmu, sebab kau pun tak peduli"
Fai, ini masih tentang minor. minor ingin ganti nama. dan ia meminta bantuanku untuk memilih nama yang tepat untuknya. kalau aku beri nama rahasita bagaimana? ya rahasita saja biar namanya mirip dengan kucing hitam nini anteh, rahasima.

Fai, gawat!! rahasima tak mau namanya sama dengan minor. rahasima dan rahasita bertengkar,Fai. dan sayang sekali,payung bianglala rahasita tertinggal di bumi. ya, payung ajaib itu tertinggal.
Fai, Rahasita mati!! ya Mati Fai. bagaimana ini? Rahasita terjebak di bulan. atau mungkin aku suruh rahasima mencakar buan hingga sobek dan melempar rahasita ke bumi? ahhh... kasian rahasita Fai. Ingat ini rahasia kita berdua fai tentang kematian rahasita. aku masih berpikir keras untuk mengeluarkan rahasita dari bulan.

-selesai-

Kebun Angka
/1/
dan ini benar-benar terjadi. ya terjadi. kemarin. iya, kemarin. saat quiz Kalkulus II, saat aku tengah bergelut dengan angka, yang benar-benar tak pasti nilainya. aku mencoba menerka, 5 jariku yang menari bersama sang pena. menerka ya walau tak pasti hasilnya. bilangan natural, tak hingga, L'Hopital, atau entah apalah itu namanya yang sepertinya juga tak peduli padaku.
Lalu aku karang semua hasilnya, dan tiba-tiba, kau tau? 3 jari kananku hilang, tinggal ibu jari dan telunjuk yang masih menari degan pena itu. aku bingung, 3 jariku masuk ke dalam lembar jawaban. bagaimana ini? aku tengok lembar jawaban untuk mengorek ketiga jariku. tapi yang terjadi malah kepalaku juga masuk ke dalam lembar jawaban. ahh, menyebalkan! kalau begini caranya, bagaimana aku bisa mengumpukan lembar jawaban ini?
lalu perlahan aku lenggokkan tubuhku di atas lembar jawaban untuk menarik kepala dan ketiga jari kananku, tapi... Ahh sial !! tubuhku juga tertarik ke dalam lembar jawaban. hanya kedua jari kanan dan penaku yang tetap menari.
dalam lembar jawaban aku terperangkap di kebun angka, angka yang aku karang tadi. dan ini lucu sekali. aku bertemu dengan makhluk setengah angka. yang berbadan manusia dan berkepala angka. ada ikan yang berekor tak hingga dan bebas berenang di udara. dan yang mengagetkan adalah aku bertemu rahasita. iya! yang sudah mati itu. dia berkepala payung bianglala, berkumis seperti rahasima dan bermotif angka. entah aku harus tertawa atau mungkin harus menangis sampai di kebun angka ini. rahasita berbahasa angka. aku tak mengerti. aku ingin kembali, untuk mengumpulkan lembar jawaban tadi,tak mungkin hanya 2 jariku yang mengumpulkannya. Ahh sial, aku terjebak !!
/2/
aku benci terjebak, sebab ada misi bersama kehidupan yang belum aku selesaikan. Kau ingin tau misinya? Maaf ini rahasia. Hidupku penuh kerahasiaan,aku tak mau ada yang tau biar aku,kehidupan,dan Pengintai saja yang tau. Begitu pun jawaban quiz kalkulus tadi, rahasia!! Aku masih di kebun angka. Ada pohon-pohon yang bisa mengintegralkan apa saja. Ya, apa saja. Aku juga bisa diintegralkan. Tapi aku tak mau, sebab aku masih ingin kembali ke duniaku. Sekali lagi aku tak suka terjebak.

Lalu aku duduk di pinggir sungai, yang didalamnya berenang macan bermotif kotak-kotak warna hijau berkepala koala, dan berkaki seperti angka dua. Lucu sekali, sedikit menyeramkan memang. Ia berbicara tak karuan,dan aku sedikit enggan mendengarkannya. Perlahan aku mendengar kata-kata yang semburat dari mulutnya. Hah? Ia bilang didalam darahku ada 4 integral dan 4 fungsi yang tersangkut ingin keluar. Lalu mengalir juga dengan deras kata-kata aneh yang macan itu sendiri tidak mengerti. Ia akan membantuku mengeluarkan integral itu. Macan itu pintar sekali.
Kami berkenalan. Ya, aku bersalaman dengan kakinya yang berangka dua itu. "namaku Aihara, Tsuya Faihara, aku dari tempat yang jauh sekali dan aku yakin kau tak tau tempatnya, rumahku berbahan kata-kata yang padat sekali beratap segi banyak dan pelana tanpa kuda-kuda. Ya, pelana tanpa kuda-kuda. Sebab kuda-kudanya lari entah kemana meninggalkan pelananya",kataku. "namaku thedore, diferensial thedore. Rumahku di sungai ini. Dan asal kau tau, di sungai ini banyak kaki berbentuk angka, banyak kepala yang berenang. Sehingga aku bisa mengganti kaki dan kepala kapan pun aku mau," katanya. Aku tertegun, ya, ia bisa berganti kepala dan kaki kapan pun ia mau. Lalu kenapa aku tidak bisa? Aku ingin berkepala kata-kata dan berkaki seperti tanda seru atau mungkin tanda Tanya. Bagaimana menurutmu, keadaan?

Biodata:
Nur Aida Maulidia, kelahiran Sampang 27 Agustus 1994.  menulis puisi sejak bangku Sekolah Dasar. Juara I Loba Cipta Puisi se Jatim – Universitas Islam Malang (2011). Bergiat di Rumah Tulis Baca "Na' Bangsa" . Saat ini menjadi mahasiswa Teknologi Lingkungan  di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Alamat Rumah:  Jalan Dewi Sartika IX/12 Bumi Sumekar Asri – Sumenep 69417.


12.40 | 0 komentar | Read More

Desain Museum Keris Selesai Akhir Mei Ini

Written By Unknown on Senin, 06 Mei 2013 | 12.40

SOLO, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Surakarta mengharapkan penyusunan desain teknik secara detail atas rencana pembangunan Museum Keris di lahan eks-Rumah Sakit Jiwa Mangunjayan selesai akhir Mei 2013.

Kepala Bidang Pelestarian Kawasan dan Bangunan Cagar Budaya Dinas Tata Ruang Kota (DTRK) Pemkot Surakarta Mufti Raharjo di Solo, Sabtu, mengatakan berbagai usulan masyarakat tentang rancang bangun museum itu, termasuk opsi menganulir pengadopsian karakter Candi Sukuh, akan ditampung.

"Bentuk Candi Sukuh belum tentu akan diaplikasikan ke Museum Keris. Adanya karakter candi sengaja ditampilkan dalam pemaparan karena memang membutuhkan gambaran awal konsep bangunan," katanya.

Saat uji publik Detail Engineering Design (DED) Museum Keris, Rabu (1/5), audiens mengusulkan pemakaian karakter bangunan Jawa. Pengadopsian arsitektur Candi Sukuh yang diakulturasi dengan bangunan kolonial dinilai tidak mencerminkan museum tersebut.

Ia mengemukakan usulan tersebut masih bisa terakomodasi melalui revisi DED. Ia menyebut penyajian DED tersebut belum final.  "Saat ini masih 50 persen jadi, dan belum menyentuh fisik bangunan. Usulan-usulan masyarakat menjadi pertimbangan. Masih ada waktu sampai akhir Mei untuk merampungkan DED," katanya.

Ia menyatakan optimistis bahwa waktu yang tersisa masih cukup untuk konsultan untuk merampungkan DED yang akan dijadikan dokumen lelang proyek senilai Rp10 miliar.

Setelah menggelar uji publik, tim akan mengagendakan pemaparan serupa untuk setiap perkembangan DED. Setelah dokumen rampung, pembangunan museum ditangani langsung Dinas Kebudayaan dan Pariwisata setempat.

"Tugas DTRK selesai sampai DED saja. Setelah itu, pembangunan oleh Disbudpar akan diawali penghapusan aset bangunan oleh Dispendukcapil dan DPPKA. Setelah beres, pembangunan baru bisa dimulai," katanya.

Ia menyatakan bahwa desain Museum Keris akan digarap secara serius oleh CV Nirwana selaku konsultan penyusun DED.  Terlebih, katanya, konsultan bersedia menanggung risiko didenda apabila dokumen DED belum juga selesai meski tenggat waktu telah habis.

Konsultan akan intensif melakukan kompromi dengan para pemangku kepentingan agar mencapai kesepakatan mengenai karakter bangunan museum itu.  "Ini wajar, karena sudah menjadi tanggung jawab pemenang lelang DED sekitar Rp80 juta," katanya.

Perwakilan konsultan CV Nirwana Semarang Agus Supriyanto mengatakan penjajakan kepada pemangku kepentingan merupakan perihal mutlak.  Apabila penjajakan itu berlarut-larut, katanya, perusahaannya bersedia menanggung denda kontrak.

Kepala Disbudpar Pemkot Surakarta Widdy Srihanto menyatakan siap memfasilitasi diskusi lanjutan sebelum mengerjakan fisik bangunan. Ia mengemukakan aspirasi budayawan dan pemerhati kota merupakan aspek penentu keberhasilan pembangunan Museum Keris.


12.40 | 0 komentar | Read More

Kasih Maxi untuk Ibu Melalui "Suara Hati"

Konser Musik

Kasih Maxi untuk Ibu Melalui "Suara Hati"

Penulis: Tjahja Gunawan Diredja | Minggu, 5 Mei 2013 | 19:41 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com- Ada pepatah yang menyebutkan, "Jangan melihat buku dari sampulnya" (don't judge the book by the cover). Peribahasa ini nampaknya bisa dianalogikan untuk menilai sosok Maxi atau nama aslinya Muchsin Salim Bahajja, seorang musisi berdarah Melayu (Medan).

Di dunia ini, kita membutuhkan cinta, dan cinta yang tertinggi dan sempurna adalah cinta ibu.

Jika melihat raut wajahnya, boleh jadi Maxi terlihat seram dengan warna kulitnya yang gelap. Namun, tak disangka dia ternyata mempunyai perasaan yang halus.

Ungkapan perasaannya itu tercermin dari lantunan lagu-lagu yang dia ciptakan dan bawakan saat menggelar konser musik berjudul Cinta Kasih Seorang Ibu di Planet Holywood Jakarta, Jumat (3/5/2013) malam.

Penonton yang memenuhi tempat duduk di Planet Holywood langsung bertepuk tangan meriah ketika Maxi mengawali lagunya dengan tembang klasik melayu Suara Hati.

Pada pagelaran itu, Maxi mengintegrasikan aneka ragam genre musik, mulai dari musik klasik, jazz, hingga musik tradisional Melayu. Dalam pertunjukan itu, Maxi juga berkolaborasi dengan pemain bass Jazz kondang, Indro Hardjodikoro.

"Di dunia ini, kita membutuhkan cinta, dan cinta yang tertinggi dan sempurna adalah cinta ibu," ujar Maxi yang kemudian disambut tepuk tangan penonton.

Tidak hanya itu, Maxi juga membawakan lagu Seroja dalam irama musik Melayu.

Menurut Ny Fera Prasetya, salah satu kerabat Muchsin Salim Bahajja, Maxi selain seniman dia juga termasuk orang idealis yang sangat kuat berpegang pada prinsipnya. "Dia juga sangat menyayangi ibunya," katanya.

Pada pagelaran tersebut, dengan penuh penghayatan, Maxi juga membawakan lagu Ibu ciptaan Iwan Fals.

Editor :

Marcus Suprihadi


12.40 | 0 komentar | Read More

Tata Krama Sunda Cocok dengan Industri "Hospitality"

Written By Unknown on Minggu, 05 Mei 2013 | 12.40

Tata Krama Sunda Cocok dengan Industri "Hospitality"

Sabtu, 4 Mei 2013 | 09:26 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com — Nilai-nilai tata krama etnik Sunda dinilai cocok dan lekat dengan industri hospitality, kata Penasihat PHRI Jawa Barat, Hilwan Saleh, di Bandung, Jumat (3/5/2013).

"Nilai tata krama Sunda sangat lekat dan cocok dalam dunia hospitality sehingga menjadi salah satu nilai tambah yang bisa menarik pengunjung dan memberi kesan positif bagi dunia kepariwisataan," kata Hilwan Saleh.

Untuk meningkatkan kesadaran atas potensi tersebut, Hotel Panghegar Bandung akan menggelar diskusi yang mengupas tata krama Sunda di dunia hospitality.

Hospitality adalah suatu cara untuk memberikan apa yang tamu butuhkan sebagai fokus utama dalam hubungan antara tuan rumah dan tamu.

Karakter hubungan tuan rumah dari tamu adalah adanya keramahtamahan yang dimulai oleh tuan rumah kepada tamunya dan kemudian dibalas oleh tamu.

"Karakter budaya dan ciri khas tata krama Sunda yang hade ka semah (ramah kepada tamu) menjadi salah satu keunggulan yang menjadi keunggulan pelayanan di kawasan ini," kata Hilwan.

Kegiatan diskusi itu akan digelar dalam rangka hari ulang tahun ke-53 Panghegar Group pada 27 Mei 2013. Diskusi ini digelar Sabtu, 4 Mei 2013, mulai pukul 09.00 di Paseban Deco, Grand Royal Panghegar. Bertindak sebagai pembicara adalah Popong Odje Junjunan, sesepuh Sunda.

Menurut dia, Popong yang juga anggota DPR RI itu bakal memperagakan tata krama Sunda yang sangat lekat dengan dunia hospitality. Bertindak selaku moderator adalah Us Tiarsa, mantan Ketua PWI Jawa Barat.

Selain diskusi, juga digelar pameran dan bazar batik, kelom, dan ikat Jawa Barat. Peserta datang dari Cirebon, Indramayu, Tasikmalaya, Cimahi, Bandung, dan Garut. Pameran ini digelar tanggal 3-5 Mei di hotel bintang lima itu.


12.40 | 0 komentar | Read More

Desain Museum Keris Selesai Akhir Mei Ini

SOLO, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Surakarta mengharapkan penyusunan desain teknik secara detail atas rencana pembangunan Museum Keris di lahan eks-Rumah Sakit Jiwa Mangunjayan selesai akhir Mei 2013.

Kepala Bidang Pelestarian Kawasan dan Bangunan Cagar Budaya Dinas Tata Ruang Kota (DTRK) Pemkot Surakarta Mufti Raharjo di Solo, Sabtu, mengatakan berbagai usulan masyarakat tentang rancang bangun museum itu, termasuk opsi menganulir pengadopsian karakter Candi Sukuh, akan ditampung.

"Bentuk Candi Sukuh belum tentu akan diaplikasikan ke Museum Keris. Adanya karakter candi sengaja ditampilkan dalam pemaparan karena memang membutuhkan gambaran awal konsep bangunan," katanya.

Saat uji publik Detail Engineering Design (DED) Museum Keris, Rabu (1/5), audiens mengusulkan pemakaian karakter bangunan Jawa. Pengadopsian arsitektur Candi Sukuh yang diakulturasi dengan bangunan kolonial dinilai tidak mencerminkan museum tersebut.

Ia mengemukakan usulan tersebut masih bisa terakomodasi melalui revisi DED. Ia menyebut penyajian DED tersebut belum final.  "Saat ini masih 50 persen jadi, dan belum menyentuh fisik bangunan. Usulan-usulan masyarakat menjadi pertimbangan. Masih ada waktu sampai akhir Mei untuk merampungkan DED," katanya.

Ia menyatakan optimistis bahwa waktu yang tersisa masih cukup untuk konsultan untuk merampungkan DED yang akan dijadikan dokumen lelang proyek senilai Rp10 miliar.

Setelah menggelar uji publik, tim akan mengagendakan pemaparan serupa untuk setiap perkembangan DED. Setelah dokumen rampung, pembangunan museum ditangani langsung Dinas Kebudayaan dan Pariwisata setempat.

"Tugas DTRK selesai sampai DED saja. Setelah itu, pembangunan oleh Disbudpar akan diawali penghapusan aset bangunan oleh Dispendukcapil dan DPPKA. Setelah beres, pembangunan baru bisa dimulai," katanya.

Ia menyatakan bahwa desain Museum Keris akan digarap secara serius oleh CV Nirwana selaku konsultan penyusun DED.  Terlebih, katanya, konsultan bersedia menanggung risiko didenda apabila dokumen DED belum juga selesai meski tenggat waktu telah habis.

Konsultan akan intensif melakukan kompromi dengan para pemangku kepentingan agar mencapai kesepakatan mengenai karakter bangunan museum itu.  "Ini wajar, karena sudah menjadi tanggung jawab pemenang lelang DED sekitar Rp80 juta," katanya.

Perwakilan konsultan CV Nirwana Semarang Agus Supriyanto mengatakan penjajakan kepada pemangku kepentingan merupakan perihal mutlak.  Apabila penjajakan itu berlarut-larut, katanya, perusahaannya bersedia menanggung denda kontrak.

Kepala Disbudpar Pemkot Surakarta Widdy Srihanto menyatakan siap memfasilitasi diskusi lanjutan sebelum mengerjakan fisik bangunan. Ia mengemukakan aspirasi budayawan dan pemerhati kota merupakan aspek penentu keberhasilan pembangunan Museum Keris.


12.40 | 0 komentar | Read More

Bantul Ajak Generasi Muda Jaga Warisan Budaya

Written By Unknown on Sabtu, 04 Mei 2013 | 12.40

BANTUL, KOMPAS.com--Banyak cara dilakukan orang untuk menjaga kebudayaan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menggelar Pemilihan Putra Putri Bantul sebagai upaya mengajak generasi muda yang berkualitas untuk menjaga warisan kebudayaan di daerah ini.

"Pemilihan Putra Putri Bantul 2013 bertujuan menggugah generasi muda dan mudi untuk turut serta menjaga aset-aset kebudayaan serta menjadi Duta Pariwisata Bantul," kata Plh Kepala Dinas Kebudayaan dan Kebudayaan (Disbudpar) Bantul, Bambang Guritno di Bantul, Jumat.

Menurut dia, putra putri yang terpilih dalam ajang ini akan bertugas untuk menggali potensi, menyemarakkan even pariwisata sekaligus mempromosikan pariwisata Bantul serta turut berperan dalam misi kebudayaan.

"Diharapkan ajang ini juga dapat menjadikan generasi muda untuk tetap menjaga dan melestarikan warisan budaya nusantara sehingga pada akhirnya nanti dapat tetap diwariskan kepada generasi berikutnya," katanya.

Sementara itu, Ketua Panitia Pemilihan Putra Putri Bantul 2013 Adi Karang Samawi mengatakan, ajang ini merupakan agenda tahunan yang dimulai sejak 2008, dan untuk pendaftaran peserta telah dibuka sejak 1 Mei dan akan ditutup pada 10 Mei mendatang.

Menurut dia, hingga saat ini sudah ada sekitar 70 pendaftar yang mengembalikan formulir ke panitia yang berasal dari berbagai kabupatan/kota di DIY, semua peserta yang mendaftar akan diseleksi untuk dikerucutkan menjadi 50 peserta pada 12 Mei.

Kemudian, seleksi selanjutnya dari sebanyak 50 peserta akan dipilih sebanyak 30 peserta untuk mengikuti grand final melalui berbagai tes seperti pengetahuan umum, wawasan budaya dan pariwisata Bantul dan psikotes.

"Peserta sama sekali tidak dipungut biaya dan dari 30 peserta yang lolos seleksi ke grand final akan dicari tiga terbaik untuk mendapatkan uang pembinaan, trophy serta piagam penghargaan," katanya.

Menurut dia, berdasarkan pengalaman sebelumnya, para peserta yang tidak lolos seleksi biasanya kesulitan mengikuti tes berupa pengetahuan mengenai pariwisata dan potensi di Bantul, yang memang rata-rata peserta dari luar Bantul.

Padahal, kata dia jika peserta ingin mempelajari seluruh materi bisa mengakses dalam website Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Dinbudpar) Bantul, karena disitu juga dijelaskan berbagai potensi wisata dan kebudayaan.

Menurut dia, beberapa persyaratan untuk dapat mengikuti pemilihan Putra Putri Bantul ini diantaranya berusia pria dan wanita berusia minimal 17 tahun dan belum menikah, berpenampilan menarik dan warga negara indonesia yang berdomisili di DIY.

"Minat pendaftar dari ke tahun ke tahun hampir sama, rata-rata jumlah peserta mencapai sebenyak 100 orang,  dan memang pengalaman tahun sebelumnya pemenangnya merupakan warga Bantul," katanya.


12.40 | 0 komentar | Read More

Tata Krama Sunda Cocok dengan Industri "Hospitality"

Tata Krama Sunda Cocok dengan Industri "Hospitality"

Sabtu, 4 Mei 2013 | 09:26 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com — Nilai-nilai tata krama etnik Sunda dinilai cocok dan lekat dengan industri hospitality, kata Penasihat PHRI Jawa Barat, Hilwan Saleh, di Bandung, Jumat (3/5/2013).

"Nilai tata krama Sunda sangat lekat dan cocok dalam dunia hospitality sehingga menjadi salah satu nilai tambah yang bisa menarik pengunjung dan memberi kesan positif bagi dunia kepariwisataan," kata Hilwan Saleh.

Untuk meningkatkan kesadaran atas potensi tersebut, Hotel Panghegar Bandung akan menggelar diskusi yang mengupas tata krama Sunda di dunia hospitality.

Hospitality adalah suatu cara untuk memberikan apa yang tamu butuhkan sebagai fokus utama dalam hubungan antara tuan rumah dan tamu.

Karakter hubungan tuan rumah dari tamu adalah adanya keramahtamahan yang dimulai oleh tuan rumah kepada tamunya dan kemudian dibalas oleh tamu.

"Karakter budaya dan ciri khas tata krama Sunda yang hade ka semah (ramah kepada tamu) menjadi salah satu keunggulan yang menjadi keunggulan pelayanan di kawasan ini," kata Hilwan.

Kegiatan diskusi itu akan digelar dalam rangka hari ulang tahun ke-53 Panghegar Group pada 27 Mei 2013. Diskusi ini digelar Sabtu, 4 Mei 2013, mulai pukul 09.00 di Paseban Deco, Grand Royal Panghegar. Bertindak sebagai pembicara adalah Popong Odje Junjunan, sesepuh Sunda.

Menurut dia, Popong yang juga anggota DPR RI itu bakal memperagakan tata krama Sunda yang sangat lekat dengan dunia hospitality. Bertindak selaku moderator adalah Us Tiarsa, mantan Ketua PWI Jawa Barat.

Selain diskusi, juga digelar pameran dan bazar batik, kelom, dan ikat Jawa Barat. Peserta datang dari Cirebon, Indramayu, Tasikmalaya, Cimahi, Bandung, dan Garut. Pameran ini digelar tanggal 3-5 Mei di hotel bintang lima itu.


12.40 | 0 komentar | Read More

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP

Written By Unknown on Jumat, 03 Mei 2013 | 12.40

DI STASIUN BOGOR KITA BERTEMU
-         Sulas Awa

di stasiun bogor kita bertemu meretas rindu, berlapis-lapis janji penuh debu
selalu saja kita saling tengkar, dalam amarah engkau ke luar stasiun
enyah entah ke mana sepertinya tak mau lagi bertemu; bangku peron bergetar
ke stasiun kota aku, dalam commuter line sepasang kekasih berpeluk di hadapanku
amat keterlaluan, tak tahu retas hatiku
aku mabuk dan terlelap

aku jadi penumpang turun paling akhir, tubuhku seringan kapas
nyangkut di angkot lalu terlunta di itc mangga dua, naik eskalator ke lantai tujuh
aku menyantap sop buntut dan iga bakar, teh-botol juga gado-gado
aku bernafas lagi, segar dan dari lantai tujuh aku menuruni tangga demi tangga
mengikuti suara hati kuseret langkahku; benarkah masih ada cinta sejati?

aku tersasar ke bawah monas, stasiun gambir, tanah abang, blok m, bahkan sampai
ke tanjung priok; tapi setelah perutku benar-benar lapar dan larut malam
terjungkal aku di stasiun kota, sudah tak ada lagi commuter
aku terbujur di lapak kaki-lima yang kotor, hingga pagi antara tidur dan tidak

seorang gelandangan yang bermalam di lapak lain tidak berapa jauh dariku
menendang kakiku seolah membangunkan dan mengusirku, aku tersintak
jakarta sudah mulai menggeliat, bau pesing dan bau got mengepungku
aku berdiri di depan loket, dan akulah orang pertama yang membeli karcis
commuter kota-bogor, dan aku jugalah orang pertama yang naik, tapi bukan
ternyata bukan aku orang pertama, seseorang yang kusebut 'engkau' sudah
berada dalam commuter, kita; aku dan 'engkau' sama membuang muka
sejumlah orang mulai berdatangan juga, kian ramai, ketika commuter jalan
kulihat 'engkau' terhuyung pindah ke gerbong lain, aku mabuk dan terlelap

seorang petugas berseragam biru menendang kakiku, membangunkan dan
mengusirku, aku turun dari commuter; aku ke luar stasiun hendak enyah
entah ke mana, menyeret langkah mengikuti suara hati
benarkah masih ada kehidupan yang sejati? seperti yang pernah dikatakan
almarhum ayahku:
"menanam kebaikan memetik kebaikan, menanam keburukan menuai keburukan"
tapi belum begitu jauh kutinggalkan stasiun, seseorang yang kusebut 'engkau'
meringkus-menyeretku ke dalam sebuah rumah-tua-rusak yang kosong
dari semak-belukar yang tumbuh di belakang rumah tua itu, seseorang
berjubah kuning-keemasan bersorot-mata kemilau muncul; dan menghardik
:"hai, tuan! menyerahlah di kedalaman cintanya, ia-lah perempuan jelmaan

dari telaga dewi asal tumbuh edelweis yang kausimpan dalam hati dan jiwamu!"

aku tergeragap; seseorang berjubah itu menghilang; seseorang yang kusebut 'engkau'
menubrukku, memelukku begitu erat!
hatiku hancur, aku jadi teringat pesan ibuku sebelum kutinggalkan ranah minang
berpuluh tahun lalu: "muliakanlah perempuan yang mencintamu, selamanya!"

aku pun memeluknya sangat erat, kuharap hatinya tak lebur.

Bogor, 18 Maret 2013.

SI PENYAIR MALIN

bocah itu berguling di pasir laut, lidah ombak menelannya
ia terus berguling, ibunya menjerit cemas, menariknya ke pasir pantai
"malin cepatlah besar, ranah rantau menantimu"

si malin lajang merantau juga akhirnya; terbang dari bandara minangkabau
di tanah jawa malin tidaklah berdagang, tapi bertualang, menggelandang
memburu kata-kata di seluruh kawasan kumuh jakarta dan ngamen
dari stasiun ke stasiun dari terminal ke terminal, dari pagi hingga malam

pagi hingga malam sang ibu mendoakan malin;
"sukseslah dan cepatlah pulang, anakku!"

bertahun-tahun kemudian pulang juga akhirnya malin; mengeluarkan ribuan
cabikan kertas dari koper besar di hadapan sang ibu yang kian renta
dipeluknya malin oleh ibunya, berderai airmata keduanya
"kertas-kertas apa yang kaubawa ini, malin?" tanya ibunya menyeka airmata
dengan lantang malin menjawab;
"bunda, ini hasil banting-tulangku: beribu-ribu puisi!"

bercucuran air-mata bunda malin!

Bogor, 13 Maret 2013.

TENGGELAM AKU DI HATINYA

aku tak mungkin menantang matahari mataku akan rabun
atau mungkin juga buta, maka aku menekur, dan nyanyi tekukur
dari atas pohon mahoni meningkahi langkah lari-kecilku yang telanjang
menuruni lembah, di tikungan paling akhir
menjelang sampai di sisi danau, seorang perempuan membuang daun-resahnya
resahnya itu berserak bertumpang-tindih dengan dedaunan mahoni yang mengering
beberapa saat kita bersitatap; kaukah perempuan yang menghabiskan hari-hari
di sisi danau dan pernah menjalin puisi surealis denganku?
kau mematung, padahal aku tidak menghendaki lahirnya monolog basi
atau mari kita terjun saja lagi ke dalam danau ini
perempuan itu menggeleng, membuka mulutnya

"aku memang penjaga danau ini, tapi barangkali bukan perempuan yang kauhendaki,"

matanya menyala kian menyala

dengan seribu debar  aku tinggalkan perempuan itu

"sabar tuan penyair, ada hal penting yang mungkin perlu kita bicarakan"
reflek aku menoleh; "kau tak paham sejarah cintaku begitu penuh debu dan sembilu,"
matanya meredup kian meredup
"tak usahlah terjuni danau, selami dan berenanglah dalam hatiku, tuan penyair,"
dengan penuh rasa curiga aku pun terjun dan berenang dalam hatinya
: aku terbentur bebatuan licin-runcing, angin mengentalkan kabut
hatinya ternyata penuh ranjau, di sana sini duri dan miang
air danau mengeruh kian keruh, segalanya menakutkan
aku tak bisa melihat dan menemukan jalan ke luar
tenggelam aku di hatinya.

Bogor, 12 Maret 2013

TUBUHMU MELAYANG KE ATAS LANGIT SUREALIS

rembang petang perjalanan segera dihentikan
aku melihat tubuhmu melayang ke atas langit surealis
dalam zikir aku begitu kecil dan tak berguna
aku seperti lebih kecil dari sebutir debu
yang terkapar

sekali waktu boleh aku mengenalimu dengan kacamata batinku?
mungkin tubuhmu adalah mahacahaya dan rambutmu bergerai sewangi melati
suaramu tak terdengar namun kata-katamu merasuk ke dalam darahku
elusan tanganmu tak terasa tapi menidurkanku dari resah menyala
lebih setengah mati aku merindukan pertemuan denganmu

sekali waktu izinkan aku berlama-lama bercengkerama denganmu
seraya membolak-balik seluruh halaman puisi yang mentah
dengan hidangan kue tar dan minuman air dari sungai yang mengalir
di bawah rumahmu; sangatlah takjub seandainya aku benar bertemu denganmu
sekali waktu aku ingin juga bersetubuh denganmu!

Bogor, 12 Maret 2013

SAYAP KUPU-KUPU DI MEJA TAMU

kutemukan beberapa lembar sayap kupu-kupu di meja tamu
"ini hari minggu, kenapa tidak bepergian?" entah suara siapa
selembar sayap kupu-kupu menjelma sungai kenangan
: bening lembah anai mengalirkan ribuan air-cahaya
kita mandi-mandi, berselonjor di batu-batu yang licin
di perdu dan belantara kita dendangkan ratap
setelah itu hangatkan tubuh dengan kopi-susu

: telaga dewi di sekitarnya tumbuh edelweis
kita perebutkan, beberapa kali nafasmu tersengal
"jangan kauremas jadi puisi ini edelweis!" pintamu
aku mengangguk tapi edelweis kukunyah-kunyah juga
aku telan dan sungguh aku mual; aku muntah puisi
: jenjang empat puluh empat kita turuni
nasi kapau dan keripik sanjai di tangan 

dari pasar bawah kita melihat jam gadang
sudah pukul enam, segera ke padang
bergumul dengan berita dan tajuk rencana

sungai kenangan terus saja mengalir
entah ke mana-mana, hingga sampai juga
kulihat lagi beberapa lembar sayap kupu-kupu
di meja tamu; perlahan menyatu menyerupai wajahmu.

Bogor, 10 Maret 2013

PERTENGKARAN DENGAN SUNYI
-Sulastri)

sepagi ini di ruang lobby
pertengkaran dengan sunyi memaksaku
beranjak ke kamar
ternyata lebih nikmat bercakap dengan cooling body spray
dengan citra lasting white, gatsby water gloss soft, caladine powder
analgesic balm counterpain, inspiring lychee lemon mizone, danone aqua
atau bahkan dengan selembar puisi yang sangat lusuh

(engkau pernah bertemu dengan seseorang yang matanya buta
mencari kekasih yang ingkar janji?
berjalan seraya terus menggumamkan sebuah nama)

aku jadi sangat ingat seseorang bermata sayu
perempuan yang menyulam perih di sisi sebuah danau
seraya bergumam apa saja tentang mantan kekasihnya yang ingkar janji
dan di penghujung senja selalu saja ia berteriak kepadaku

"tuan penyair, abadikan seluruh puisimu dalam hati dan jiwaku yang retak!"
aku selalu saja terkesima dibuatnya
perempuan yang hari-harinya dihabiskan di sisi sebuah danau
selalu saja mengulurkan sekuntum mawar ungu dari balik punggungnya     
sebelum ia melompat dan terjun ke dalam danau

"ternyata danau telah benar-benar meranumkan kesakithatianku, tuan penyair"
selalu saja aku melambaikan tanganku setelah ia puas mandi dan menyelam
"terjunlah, tuan penyair! kita mandi dan berselam, air danau ini penuh inspirasi!"
sungguh aku lebih terkesima
air danau penuh inspirasi

aku pun terjun ke dalam danau
aku dan ia lama saling tatap tapi diam
aku dan ia berpelukan, dalam diam
aku dan ia sama menyelam, aih, percintaan yang surealis
aku dan ia menjalin sebuah puisi
puisi yang kekal bercahaya

Bogor, 10 Maret 2013

TRAGEDI APEL DAN RUANG TAMU

di ruang tamu
mestinya tak kausuapkan buah apel ke mulutku
iris demi iris apel telah memabukkanku

"ini apel bukan buah kuldi," bisikmu
kauguncang-guncang tubuhku
tubuh yang perlahan beku

ruhku melompat ke luar

beberapa saat berdiri di halaman
rumput-rumput menghampar kering
semua kembang layu

ruhku melesat ke laut
bergulingan di runcing-runcing karang

mendaki bukit memeluk kabut
menuruni lembah mengais-ngais angin basah
melayang pergi-pulang cilacap-padang

aku telah benar-benar mabuk
aku mau apelmu lagi

kuketuk pintu ruang tamu

"masuklah," sambutmu, "kusuapkan lagi iris demi iris apelku..."

di ruang tamu
sebilah pisau terus mengiris apel demi apel
kausuapkan ke mulutku
tubuhku yang beku perlahan meleleh
menjelma gumpal-gumpal sajak berlumuran darah.

Bogor, 9 Maret 2013

MENGHAPUS AIRMATARINDUMU

ini siang ke berapa?
kerikil di sepanjang jalan berbukit ini memecah telapak kaki-sunyiku

kau masih ingat tentang sebuah stupa
bercahaya sepanjang lorong
jiwaku dan jiwamu?
stupa yang kita cipta dengan idiom bahasa dan isyarat dan sekuntum edelweis
stupa yang bergetar bila senja basah berkabut

betapa dulu kau pernah memelukku begitu erat
di sepanjang jalan berkerikil tajam di bukit ini
kita sama mengecup kening senja, senja yang basah berkabut

airmatarindumu jatuh dalam gerimis kian melebat

"kota ini serupa sebuah lembah batu berlumut rindu," ujarmu di telingaku

kepergian yang berhari-hari melahirkan kerinduan
pada sebuah stupa cahaya
sepanjang lorong jiwaku dan jiwamu
"kita tinggalkan saja kota ini, kembali ke teluk nusakambangan
kita peluk runcing karang, kita nikmati debur dan alun gelombang"
gerimis membasahi senja 
aku pun segera pulang
menghapus airmatarindumu.

Bogor, 7 Maret 2013.

Eddy Pranata PNP, sekarang bermukim di sebuah kampung sunyi di balik ketinggian bukit, 40 km barat kota Purwokerto, Jawa Tengah. Lahir 31 Agustus 1963 di Padang Panjang, Sumatra Barat, Indonesia. Sehari-hari beraktifitas di  Pelabuhan Tanjung Intan, Cilacap, Jawa Tengah. Mulai menulis puisi tahun 1983. Karya puisinya terkumpul dalam sejumlah antologi bersama, seperti: Rantak 8 (1991), Sahayun (1994), Kebangkitan Nusantara II (1995), Batin (1996), Mimbar Penyair Abad 21 (1996), Hawa (1996), Antologi Puisi Indonesia (1997), Antologi Puisi Sumatra (1998), Antologi Puisi Sumatra Barat (1999), Diverse (from 120 indonesian poets) Shell Jagat Tempurung, Padang, 2012, Pinangan (35 penulis Dapur Sastra) Teras Budaya Jakarta, 2012, Flow into the Sink into the Gutter, Shell Jagat Tempurung, Padang, 2012 dll. Buku kumpulan puisi tunggal yang sudah terbit : Improvisasi Sunyi, (Jalur Sastra, Padang, 1997) dan Sajak-sajak Perih Berhamburan di Udara (Shell Jagat Tempurung, Padang, 2012). Tahun 1996; mengikuti Mimbar Penyair Abad 21 di Jakarta. Tahun 1997: Pertemuan Sastrawan Nusantara di Kayutanam Sumbar. Tahun 1999: Pertemuan Sastrawan Nusantara di Johor Bahru, Malaysia. Pernah menetap di kota Padang, 1981-2004. Sekarang masih menulis puisi, walau jarang dipublikasikan. Email: penyaircilacap@yahoo.co.id.
 


12.40 | 0 komentar | Read More
techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger