Keliling Taiwan Hanya dengan Biaya Rp 3 Juta

Written By Unknown on Kamis, 25 Oktober 2012 | 12.40

Judul Buku: Rp 3 Juta Keliling Taiwan
Penulis : Claudia Kaunang
Penerbit : B first (PT Bentang Pustaka) Yogyakarta
Cetakan : I, September 2012
Tebal : x + 226 halaman
ISBN : 978-602-8864-63-3

 
Taiwan termasuk negara yang sangat bersahabat bagi para pelancong. Baik pemula, maupun yang telah terbiasa keliling dunia. Baik yang budget-nya sangat terbatas sampai yang terbatas. Semua bisa menikmati keindahan negara yang disebut sebagai Ilha Formosa (Pulau yang Cantik) ini.

Ketika mendengar negara Taiwan disebut, ada dua hal yang biasanya langsung tercetus dalam benak publik; susah berkomunikasi dan sulitnya menemukan makanan halal di sana. Meski tak salah, tapi anggapan tersebut tak sepenuhnya benar. Selama ini, Taiwan masyhur sebagai Republic of China (ROC) yang memiliki bahasa nasional Mandarin. Dialek atau bahasa yang jamak diterapkan penduduk Taiwan adalah Hakka Chinese dan Taiwanese Hokkien.

Meski Claudia Kaunang, penulis buku traveling ini, mengaku tak mampu berbahasa Mandarin tapi ia bisa berkeliling Taiwan selama satu pekan dengan lancar tanpa mengalami hambatan. Itu semua karena petunjuk jalan dan tulisan berbahasa Inggris dengan mudah ditemukan di berbagai tempat wisata, stasiun kereta, bus, penginapan dan pusat-pusat perbelanjaan di seluruh Taiwan (hlm. 2). Jadi Anda tak perlu khawatir tersesat ketika melakukan perjalanan di negara ini karena petunjuk berbahasa Inggris sedemikian lengkap. Kantor informasi turis juga tersebar di mana-mana.

Tentang makanan halal, ternyata penulis masih bisa menemukan banyak restoran yang menyajikan menu makanan halal lumayan lengkap di seluruh penjuru Taiwan. Bahkan makanan khas Indonesia pun bisa dengan mudah ditemukan di sana, seperti soto ayam, rendang, ayam penyet dan sate kambing (hlm 3).

Pemikiran lain yang mungkin muncul setelah faktor bahasa dan makanan halal, adalah biaya. Sebagai negara industri maju, tak heran jika muncul asumsi bahwa jalan-jalan keliling Taiwan pasti memerlukan biaya besar.

Padahal, dengan biaya tak lebih dari Rp 3 juta, penulis telah membuktikan bisa keliling Taiwan selama seminggu, seperti mengunjungi Taipei (ibu kota Taiwan yang mutakhir), menaiki gedung kedua tertinggi di dunia, menikmati tebing marmer di Taroko Gorge yang tersohor, merasakan naik kereta supercepat Taiwan High Speed Railway, bertandang ke Fo Guang Shan (kompleks biara terbesar di Taiwan yang diperuntukkan bagi para pendeta Buddha), berlayar dengan Love River Cruise di Kaohsiung, dan masih banyak lagi (hlm. 5).

Buku juga dilengkapi info tentang berbagai event festival yang rutin diadakan negara tersebut. Seperti di bulan Januari hingga Februari, bersamaan dengan perayaan imlek, hampir seluruh kota besar di Taiwan menyelenggarakan festival lampion/lentera. Acara ini berdasar pada sistem kalender China (hlm. 9). Maret hingga April digelar turnamen istimewa; Song Jiang Jhen Battle Array di Kaohsiung. Pertunjukan yang berlangsung selama seminggu ini menyajikan berbagai pertunjukan kungfu, martial-arts, dan macam-macam olahraga bela diri kuno khas Taiwan (hlm. 10). Jika Anda berkunjung ke Taiwan selama bulan Juli hingga Agustus, Anda bisa menyaksikan beberapa festival, seperti Aboriginal Festival di daerah pantai timur Taiwan dan Ho Hai Yan Festival. The Harvest Festival for Taiwanese Aborigines adalah nama upacara tersebut, berlangsung selama kurang lebih sebulan, yang diiisi tari-tarian, lagu puji-pujian, penjualan hasil panen, dan masih banyak lagi (hlm. 12).

Ada puluhan pasar malam di seluruh Taiwan. Dan ada 2 hal yang membuat pasar malam di sana masuk dalam kategori terkenal: variasi jajanan atau kelezatan makanan yang tak dimiliki oleh pasar malam lain, juga keunikan permainan yang ditampilkan (hlm. 33). Lokasi puluhan pasar malam tersebut beserta aneka kuliner yang khas dan nikmat dengan harga terjangkau, secara rinci dijelaskan dalam buku ini.

Sebagai negara yang industri pariwisatanya baru mulai berkembang, Taiwan dikemas dengan sangat baik oleh pemerintahnya. Apa pun yang mereka anggap unik dan layak jual, akan dijadikan obyek wisata. Setiap lokasi yang memiliki situs menarik, pemerintah menyediakan kantor turis lengkap dengan staf berbahasa Inggris dan segudang informasi yang disusun dalam bentuk brosur berbagai bahasa (hlm. 62).

Selama keliling Taiwan, penulis memaparkan perincian biaya (mulai total biaya transportasi, akomodasi, makan dan minum, biaya tiket masuk tempat-tepat wisata, dll). Dan setelah dijumlah secara keseluruhan, ternyata penulis buku ini hanya mengeluarkan uang Rp 2.955.900,00. Buku ini juga memaparkan info traveling ke kota-kota di negara sekitar Taiwan, seperti Hongkong, Singapura, kuala Lumpur, Seoul, dan Manila. 
***
Diresensi Sam Edy Yuswanto, penikmat buku, tinggal di Kebumen.


Anda sedang membaca artikel tentang

Keliling Taiwan Hanya dengan Biaya Rp 3 Juta

Dengan url

http://oaseseo.blogspot.com/2012/10/keliling-taiwan-hanya-dengan-biaya-rp-3.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Keliling Taiwan Hanya dengan Biaya Rp 3 Juta

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Keliling Taiwan Hanya dengan Biaya Rp 3 Juta

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger