Balok Salin Hidup Sawaya

Written By Unknown on Senin, 04 Maret 2013 | 12.40

Aryo Wisanggeni G

Tak banyak orang seberuntung Sawaya, menjalani "kehidupan kedua" yang riang. Dengan keriangan seorang anak bermain balok lego, Sawaya menyuguhkan kemungkinan tak terhingga dari balok-balok mainan anak itu.

Kepala itu menengadah, kelopak matanya terbayangkan menatap nanar ke angkasa, mulutnya membuka. Jari-jari kedua tangannya erat menarik belahan dadanya yang setengah menganga. Dari robekan tubuh patung seukuran manusia itu balok-balok lego tertumpah, layaknya hasrat diri yang meruah.

"Yellow", tersusun dari 11.014 balok lego yang semuanya berwarna kuning, memang memesona. Sudut-sudut balok lego, tak memberikan kesempatan perupanya, Nathan Sawaya, menghadirkan rinci gurat raut wajah patungnya.

Penataan cahaya apik di ruang pamer merangkai sudut-sudut balok lego itu menjadi ekspresi. Patung balok lego Sawaya hadir seperti sebuah noktah matrik digital tiga dimensi yang mewujud di dunia nyata kita.

Patung balok yang dibuat pada 2006 itu tak hanya mengesankan pengunjung "The Art of The Brick", tetapi juga mengesankan perupanya sendiri, Nathan Sawaya. "Karya itu selalu mencuri perhatian orang dewasa ataupun anak-anak yang melihatnya. Bagi saya, karya itu mengisahkan metamorfosis yang terjadi dalam perjalanan hidup saya," tulis Sawaya dalam keterangan karyanya.

Sawaya memang bersalin hidup. Lulusan sekolah hukum di New York itu pernah menjalani profesi hukum. Hingga suatu ketika lelaki 39 tahun itu tersadar bahwa dirinya lebih menikmati duduk di lantai menyusun balok lego ketimbang duduk di meja negosiasi. Sejak 17 November 2012 hingga 14 April 2013, 52 karyanya, termasuk representasi metamorfosis hidup Sawaya itu, dipamerkan di Art Science Museum Singapura.

Menjelajah kemungkinan

Sawaya memang bermain balok lego sepanjang hidupnya. Sejak ia melepas karier hukumnya pada 2004, Sawaya tak berhenti menjelajah kemungkinan yang bisa dihadirkan balok-balok lego.

Di tangan Sawaya, mainan anak-anak menjadi media bagi berbagai gagasan kekinian, layaknya sebuah karya seni rupa kontemporer. Mulai dari berbicara tentang jati diri, keterpasungan, keterasingan, hingga absurditas manusia modern. Balok lego bisa hadir sebagai karya tiga dimensi, instalasi, ataupun karya dua dimensi.

Sawaya merangkai 10.770 balok lego menjadi topeng setinggi satu setengah meter berwarna merah, topeng yang membentuk wajah Sawaya sendiri. Karya itu memberikan kesempatan pengunjung menikmati sisi dalam topeng raksasa itu, dengan tekstur yang tak kalah indahnya dibanding sisi luar topeng wajah Sawaya.

Dalam karya "An Artist View", Sawaya menghadirkan instalasi "studio" pelukis, berupa sebuah rak kecil dengan semangkuk buah sebagai obyek lukisan, sebuah lukisan setengah jadi di atas kaki tiga, dan sebuah meja tinggi tempat menaruh palet. Semua barang dalam ukuran sebenarnya itu terbuat dari 11.561 balok lego.

"Dinosaur Skeleton" tersusun dari 80.020 balok lego yang membentuk patung lengkap dinosaurus berdimensi 600 x 180 x 100 sentimeter menunjukkan perupa kelahiran Colville, Washington, Amerika Serikat, itu sungguh piawai memainkan segala kemungkinan yang ditawarkan balok lego. Ia memiliki ketekunan menghabiskan musim panas 2007 untuk karyanya itu.

Tuangan emosi

Pesona pameran itu memanglah daya Sawaya menuangkan berbagai emosi dan gagasan dalam karyanya. Karya "Mask" (2007) seukuran manusia sesungguhnya berupa 8.509 balok lego membentuk seorang manusia yang melepas topengnya, adalah kegelisahan Sawaya tentang banyaknya imitasi identitas yang kerap kali membuat manusia lupa kesejatian dirinya.

Keterjebakan dan keterkungkungan manusia modern dihadirkan Sawaya lewat "Grasp" (2007), 17.356 balok lego yang membentuk sesosok tubuh melangkah yang digapai banyak tangan-tangan penghalang. Lebih dari sekadar pencanggihan gagasan, Sawaya tahu memunculkan emosi lewat rangkaian sudut balok legonya.

Sawaya piawai pula bermain minimalis dengan wujud-wujud ikonik, seperti menyalin patung "The Thinker" hanya dengan 1.047 balok lego. "Thinker" (2009) Sawaya berdimensi 40 x 20 x 15 sentimeter, "kasar" oleh sudut-sudut balok lego, tetapi kuat memunculkan permenungan patung terkenal karya Auguste Rodin (1840-1917) itu.

Sawaya juga mengeksplorasi keindahan balok lego aneka warna sebagai penyusun serangkai "lukisan potret" orang ternama. Karya-karya seperti "Jasper Johns" (2010) atau "Jimi" (2011) yang masing-masing tersusun dari 1.063 dan 1.203 balok lego hadir seperti piksel-piksel sebuah foto digital.

"Saya selalu menikmati keterkejutan orang melihat karya seni tercipta dari sesuatu yang begitu mereka kenali, sesuatu yang pernah menjadi mainan mereka," ujar Sawaya dalam katalog pamerannya.

Mengejutkan, justru karena kita kerap kali lupa kekuatan utama balok lego untuk membentuk segala apa yang diimajinasikan seorang anak. Kali ini, balok lego membentuk segala apa yang diimajinasikan seorang Sawaya.


Anda sedang membaca artikel tentang

Balok Salin Hidup Sawaya

Dengan url

http://oaseseo.blogspot.com/2013/03/balok-salin-hidup-sawaya.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Balok Salin Hidup Sawaya

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Balok Salin Hidup Sawaya

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger