Sehari Seteguk Puisi dalam "Namaskara" Rama Prabu

Written By Unknown on Selasa, 16 Oktober 2012 | 12.40

Puisi ada yang mengatakan sebagai mahkota bahasa, yaitu seluruh potensi kebahasaan digunakan untuk penciptaan puisi. Sapardi Djoko Damono mengatakan juga bahwa puisi adalah hasil yang dicapai jika seseorang mampu bermain-main dengan bahasanya yang muaranya adalah pemaknaan kata yang digunakan dalam komponen penciptaan. Kata digunakan sebagai alat atau sarana penyampaian ide atau pemikiran oleh penulis yang akan dibaca oleh pembaca yang memaknai pemikiran penulis melalui ciptaannya.

Sebuah puisi tidak terlepas dari bahasa yang memiliki beragam kosakata sejak dia ada. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa tersebut berkembang berdasarkan seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya, antara lain dapat dipahami, berdasarkan kesepakatan, digunakan secara berulang dan tetap, bersifat terbatas tetapi produktif, bersifat unik, dan dibangun berdasarkan kaidah yang universal.

Bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi setidaknya digunakan terus-menerus oleh masyarakat pemakainya. Begitu berkembangnya ilmu pengetahuan dan informasi yang digunakan oleh masyarakat menyebabkan bertambahnya kosakata yang digunakan untuk alat komunikasi di dalam kehidupan.

Rama Prabu, seorang penyair kelahiran Ciamis, yang masih begitu muda telah menulis beratus-ratus karya puisi dengan menggunakan media kosakata yang ada dalam bahasa Indonesia dan mengumpulkannya dalam bentuk buku berjudul Namaskara. Buku ini diterbitkan oleh penerbit Dewantara Institute dengan 365 judul puisi yang telah dia tulis sejak tahun 2009 hingga tahun 2012. Menarik ketika membaca judul buku ini, yaitu Namaskara. Sebuah kata mirip sebuah nama dan asing terdengar oleh telinga generasi muda kini. Namaskara adalah kata yang maknanya 'sikap tangan yang dipersatukan di depan dada, menggambarkan orang sedang memberi hormat' (KBBI, 2008: 950). Judul tersebut sangat menarik dan setelah kita baca puisi-puisi yang terdapat dalam buku tersebut tampaklah benang merah yang mengaitkan dengan harapan Rama Prabu yang ingin memberikan penghormatan terhadap kosakata yang pernah ada dalam peralatan komunikasi manusia sejak bahasa itu ada. Pada buku ini, Rama Prabu menggunakan beragam kata yang pernah ada dalam bahasa yang sudah jarang sekali digunakan. Bahkan kata itu sudah sangat asing di kalangan masyarakat kini dan harus diberi keterangan untuk menjelaskan maknanya.

Membaca puisi-puisi Rama Prabu dalam buku Namaskara seakan kita diajak mengembara dalam satu tahun kehidupan. Sebuah puisi dibaca dalam 1 hari, 365 puisi akan habis waktu satu tahun pembacaan. Sehari seteguk puisi sangatlah tepat dikatakan. Apa yang menarik dari puisi-puisi Rama Prabu? Anda harus membacanya. Dalam sebuah puisi dapat kita dapatkan 3 hingga 5 kata yang jarang kita temukan untuk komunikasi sehari-hari, misalnya pada halaman 34 puisi berjudul "Kulzum" kita temukan kata "laksa", "belanga", "kundai", "welahar"

Kumba, belanga penyimpan laksa cinta
Mayang berhias seperti perahu keras
Meliuk menikmati gelombang pasang
Tanpa kemudi – tanpa layar tinggi

....

cinta kita kundai di gelung rambut
hitam ekornya, sungai dermaganya
di sana pernah ada yang singgah di welajar
bara lahar yang tertahan konde samar

("Kulzum" dalam Namaskara, 2012:34)

Puisi adalah pemikiran penulis yang telah melalui perenungan yang dalam dan tercurah menjadi sebuah tulisan yang dapat dibaca dan dipahami oleh pembacanya. Sebuah puisi akan komunikatif jika pembaca dapat memaknai apa yang dibacanya. Sebagian besar puisi Rama Prabu harus dibaca berulang kali agar makna yang terkandung dalam puisi itu dapat dipahami. Sekali lagi, Rama Prabu ingin menggunakan beberapa kata yang tidak komunikatif bagi pembacanya. Pembaca terpaksa mencari tahu makna sebuah kata untuk memahami seluruh puisi itu.

Hal lain yang menarik dari puisi-puisi Rama Prabu yaitu kosakata yang digunakan begitu inspiratif, sehingga pembaca akan tertarik dan tergerak untuk menuliskan kembali sebuah puisi baru atau tulisan lain. Permainan kosakat yang dilakukan oleh Rama Prabu sangat kreatif. Bentuk atau cara yang digunakan oleh Rama Prabu dalam penciptaan puisinya juga jarang dilakukan oleh para penyair. Kita lihat, beberapa puisi Rama Prabu bertolak dari baris-baris puisi yang telah dituliskan oleh penyair lain seperti dalam puisi "Lelaki Berwajah Pelangi", Rama Prabu menggunakan selarik bait puisi Dimas Arika Mihardja berjudul "Nada Cinta di Rembang Petang". Demikian juga pada puisi "Usia di Pucuk Matahari" menggunakan larik puisi Kurniawan Junaedhie berjudul "Usia", kemudian puisi"Senar Biola, Sepasang Mata dan Hujan Senja" menggunakan sedikit larik dari Rini Sanyoto pada puisi "Di Matamu Aku Mengadu". Gaya seperti itu digunakan oleh penyair Rama Prabu pada sebagian puisi-puisi yang dibukukan dalam Namaskara, dan ini belum saya temui pada puisi-puisi yang telah dibukukan oleh penyair Indonesia.

Bentuk puisi Rama Prabu hampir sebagian seperti prisma yang menggambarkan cahaya yang memperlihatkan spektrum warna yang membias. Menurut Sapardi Djoko Damono, puisi ada yang ujudnya seperti prisma, ada yang transparan. Prisma adalah kaca atau barang kristal yang bersisi banyak dan merupakan paralelogram yang mengubah cahaya putih menjadi warna-warna bianglala. Dikatakan juga oleh Sapardi Djoko Damono bahwa dalam puisi prismatis, suatu peristiwa atau kata atau citra mampu memberikan berbagai macam warna atau makna. Puisi yang transparan hanya memiliki satu warna. Jadi, apakah gaya Rama Prabu dengan menggunakan kosakata yang sudah jarang digunakan dalam komunikasi dapat membentuk puisi prismatik? Anda harus membaca buku Namaskara karya Rama Prabu. ©

Judul Buku : Namaskara
Penulis : Rama Prabu
Penerbit : Dewantara Institute
Cetakan : I, Maret 2012
Tebal : ivi + 728 halaman, 13 x 20 cm
ISBN : 978-602-99385-2-4


Anda sedang membaca artikel tentang

Sehari Seteguk Puisi dalam "Namaskara" Rama Prabu

Dengan url

http://oaseseo.blogspot.com/2012/10/sehari-seteguk-puisi-dalam-rama-prabu.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Sehari Seteguk Puisi dalam "Namaskara" Rama Prabu

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Sehari Seteguk Puisi dalam "Namaskara" Rama Prabu

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger