Keramik Untir-untir Kawasaki

Written By Unknown on Jumat, 12 Oktober 2012 | 12.40

oleh Efix Mulyadi

Kalau dikatakan bergelut model kue untir-untir barangkali banyak orang segera paham apa yang dimaksud. Bayangkan pipa-pipa seukuran lengan anak saling melilit seperti membuat simpul tali. Untir-untir raksasa itulah yang menjadi bentuk dasar karya-karya Chitaru Kawasaki di dalam pameran "Knot, Connection, and String Playing" di Galeri Nasional di Jakarta, 28 September – 12 Oktober 2012.

Sudah tentu isi pameran ini tidak untuk dimakan, karena terbuat dari tanah liat yang dibakar menjadi keramik. Anda hanya boleh memandang sambil mengejanya: keramik yang gampang pecah itu memberi pengalaman rasa luwes yang umumnya hanya terjadi pada benda berbahan lunak dan lentur. Tampak gemulai namun senyatanya keras dan kaku. Daya tariknya antara lain terletak pada sifat mendua tersebut, yang muncul dari ke-38 buah karya.

Material yang keras sekaligus rapuh dan rawan benturan, namun berperan seperti lentur dan luwes ini menjadi lebih bermakna ketika digunakan untuk menggambarkan kehidupan manusia: mahluk yang serba rumit, dengan sifat berganda, dan dengan serba kemungkinan seluas kehidupan itu sendiri.

Tema karya-karya Kawasaki adalah hubungan antarmanusia. Menurut seniman sepuh asal Jepang ini, hubungan yang erat, dengan saling memberi, saling mendukung, dan saling menumbuhkan makna, adalah bentuk hubungan antarmanusia yang ideal.

"Satu manusia sendirian tidak akan berarti. Seseorang akan punya arti di dalam hubungan dengan lainnya," tuturnya di tengah ruang pamer.

Meski demikian kita tidak mendapat potret manusia di dalam sosok fisik yang kita kenal. Ia mewujudkan jenis dan sifat-sifat hubungan itu dengan membuat "lengan" atau "tentakel" atau "pipa panjang" yang saling kait dan jalin-menjalin. Di dalam banyak karya, lengan atau tentakel itu tumbuh dari satu atau lebih "tubuh" –katakanlah begitu—dan kemudian saling jalin.

Kawasaki mengaku tidak ingin menggiring penikmat karyanya ke arah bentuk atau citraan tertentu yang bisa dirujuk pada kehidupan sehari-hari. Ia justru senang kalau penikmat bisa mengembangkan sendiri imajinasi berdasar apa yang mereka lihat.

"Imajinasi itu tidak terbatas. Anda boleh menganggap ini sebagai tiruan engsel pintu, boleh juga membayangkan yang lain," katanya sambil menunjuk sebuah karya. "Seniman bebas mencipta, dan penonton bebas menafsir. Yang penting semua bisa menikmati".

Sebuah karya misalnya mirip sepasang telapak tangan yang dijajarkan dengan kesemua jarinya menjulur saling lilit. Ketika dirunut, ternyata ada "jari"yang bermuara di telapak tangan pasangan. Jadi bukan hanya menyatu namun sesungguhnya memang berasal dari sumber yang sama. Ternyata sang kreator tidak melihat itu seperti tangan, tetapi menyerupai kupu seperti yang ia bubuhkan pada tajuknya, "Butterfly".

Dua sosok berjajar dengan satu figur lebih kecil di tengahnya, ia bubuhi judul"Family". Tiga sosok lain yang juga saling kait disebut "Bonding Bound". Dua belahan melengkung judulnya "Apple". Satunya lagi "Ring, Ring, Ring = Peace". Pada karya yang lain ada satu bagian "lengan" yang diberi warna keemasan, dan diberi judul "Cerebral Surgery" –mengingatkan pada saluran di otak yang perlu dibuat lancar.

Yang mirip orang berciuman dengan judul "Couple" sesungguhnya perluasan dari bentuk jepitan jemuran. Meski terlihat bahwa ide-idenya tidak perlu dicari ke berbagai ranah yang jauh, karya yang satu ini mengukuhkan gagasan bentuk, sekaligus metafor, dan olahan makna yang melampaui nilai benda itu sendiri. Pilihannya atas "jepitan jemuran" itu sungguh cerdas untuk mengungkap kisah tentang rumah tangga, berbagai persoalan domestik, yang terkait erat dengan mutu relasi antarmanusia.

Tidak seluruh isi pameran memberi gambaran mulia tentang manusia. Ada juga aspek negatif yang muncul, seperti pada "Heart of Thunder", yang memberi kesan menakutkan.

Begitulah, seperti kata Kawasaki, anda boleh mengembangkan tafsir anda sendiri. Meski demikian ada juga yang lebih mudah menyeret penonton pada tafsir yang mengerucut seperti misalnya pada sensibilitas lekuk dan bentuk tubuh perempuan.

Sebutlah itu misalnya pada "The Map of Princess Kaguya" yang mengingatkan pada sesosok perempuan terbaring. Muncul kesan sensual. Karya ini mengangkat cerita rakyat tentang seorang putri yang pulan ke rumahnya di bulan dan sedang tidur siang. Secara khusus Kawasaki memasang anyaman bambu menaungi putri yang pulas tersebut.

Dengan tinggi rata-rata sekitar satu meter, lebar setengah meteran, dan kedalaman sekitar 20-30 cm, banyak karyanya yang terkesan pipih, dan mencapai efek artistik secara penuh ketika ditatap pada sisi lebarnya. Kita boleh membayangkan relief, namun karya seni ini bersifat trimatra penuh sehingga bisa kita kitari untuk mendapat sudut amatan yang paling tepat.

Warna permukaan karya-karya tersebut yang coklat tua kehitaman dan mengkilap gampang mengecoh karena mirip dengan patung yang terbuat dari kayu. Apalagi permukaan yang menggelombang menguatkan kesan seakan alamiah dari papan kayu. Warna coklat tua itu memang dipilih karena berbagai alasan, antara lain karena dipakai oleh umumnya keramik setempat. "Lagi pula coklat adalah warna khas perempuan Jawa, itu sangat saya suka," katanya.

Lahir di Hiroshima, Jepang, 20 Maret 1938, Profesor Chitaru Kawasaki mengaku menyukai banyak hal yang ia temui di Jawa. Ketika mengenal Indonesia pertamakali 24 tahun yang lalu ia langsung jatuh cinta pada desa gerabah Pager Jurang, di Bayat, Klaten, Jawa Tengah.

Ia takjub ketika menemukan bahwa para pembuat gerabah menggunakan teknik putaran miring yang sudah langka. Itulah awal dari percintaan seorang empu keramik dengan budaya kerja tanah liat di kawasan itu, yang akhirnya melahirkan antara lain sebuah sekolah kejuruan keramik di sana.

Cukup banyak yang ia telah berikan, dan pamerannya ini memberi ruang jeda untuk tampil sebagai seorang seniman, yang disiapkannya selama sekitar dua tahun di sela kesibukan mengelola sekolah dan mendidik.

* Efix Mulyadi, Pecinta Seni


Anda sedang membaca artikel tentang

Keramik Untir-untir Kawasaki

Dengan url

http://oaseseo.blogspot.com/2012/10/keramik-untir-untir-kawasaki.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Keramik Untir-untir Kawasaki

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Keramik Untir-untir Kawasaki

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger