Bimas Buddha Ikut Lestarikan Situs Bersejarah

Written By Unknown on Kamis, 14 Februari 2013 | 12.40

JAKARTA, KOMPAS.com--Dirjen Bimas Buddha A. Djoko Wuryanto mengakui meski pihaknya memiliki keterbatasan dana, tetapi untuk melestarikan situs bersejarah peninggalan Kerajaan Majapahit dan Sriwijaya tetap dilakukan.

Seperti secara rutin membersihakan situs bersangkutan juga dijadikan sebagai tempat ibadah, karena hal itu bagian dari sejarah yang penting bagi bangsa Indonesia, katanya ketika bertatap muka dengan para wartawan di Jakarta, Senin.

Ia menjelaskan, umat Buddha di Indonesia sekitar 8 juta jiwa dan jumlah sebanyak itu tersebar di berbagai daerah di seluruh Indonesia. Penganutnya pun tak terbatas di kalangan etnis tertentu saja, seperti China ataupun Jawa. Juga banyak di daerah pedalaman dengan sarana tempat ibadah serba kekurangan.

Bimas Buddha tak memiliki cukup dana untuk menyelamatkan berbagai situs bersejarah di Indonesia. Untuk menangani ini ada institusi lain, tetapi untuk melestarikan situs yang berkaitan dengan agama Buddha pihaknya memiliki tanggung jawab besar.

Hanya saja, sebatas melestarikan dan tidak melakukan penggalian karena keterbatasan dana.

Dana bantuan Bimas Buddha untuk rumah ibadah sebesar Rp100 ribu. Dana sebesar itu tentu saja sangat tak memadai dengan rumah ibadah Buddha yang mencapai 3.441 yang tersebar di berbagai lokasi, terdiri vihara 3.236 buah dan 205 kelenteng.

Ia pun mengakui banyak umat di luar Buddha, seperti dari etnis China, tercatat memiliki kartu tanda penduduk (KTP) Buddha. Tapi realitasnya banyak melakukan ritual agama Konghuchu. Itu terjadi lantaran Vihara, tempat ibadahnya memiliki tiga guru: Sang Buddha, Tao dan Konghucu. Biasanya viharanya memiliki nama Tri Dharma.

Hal itu tidak masalah. Umat Buddha mudah diatur dan punya toleransi tinggi, tutur Djoko Wuryanto.

Ia mengatakan pula, kehadiran tiga guru di tempat ibadah seperti itu merupakan wujud penyatuan. Ibarat air teh manis: ada air, ada gula dan ada teh. Semua menyatu dan memiliki cita rasa khas.

Menyinggung tentang penahanan salah Ketua Umum Walubi Hartati Murdaya, Djoko mengatakan, sejauh ini tidak mengganggu umat Buddha. Untuk seluruh tugas-tugas keumatan yang sebelumnya ditangani Hartati Murdaya, sekarang sudah ada yang menangani.

Dalam waktu dekat Walubi pun akan menggelar Musyawarah Nasional (Munas) guna memilih pemimpin baru.

Tentang penyelenggaraan Waisak yang jatuh pada 12 Mei 2013, Dirjen Bimas Buddha itu menjelaskan, untuk tahun mendatang tak lagi dipegang oleh satu mejelis Buddha secara bergantian.

Tapi yang menjadi panitia adalah dilakukan secara bersamaan. Yaitu, panitia nasional dan dilaksanakan di Candi Borobudur dan Mendut.

Beberapa tahun silam, ketua panitia Waisak biasanya dipegang oleh Walubi atau majelis lainnya. Hal itu tak lagi dilakukan, katanya.

Untuk penyelenggaraan Waisak pun tak melulu dipusatkan di Borobudur. Di tempat lain, seperti Kerawang (Candi Jiwa) dan Muara Takus (Jambi) bisa digelar perayaan serupa. Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, kegiatan Waisak diisi dengan kegiatan sosial berupa pengobatan gratis dan bakti sosial, ujarnya, menjelaskan.


Anda sedang membaca artikel tentang

Bimas Buddha Ikut Lestarikan Situs Bersejarah

Dengan url

http://oaseseo.blogspot.com/2013/02/bimas-buddha-ikut-lestarikan-situs.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Bimas Buddha Ikut Lestarikan Situs Bersejarah

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Bimas Buddha Ikut Lestarikan Situs Bersejarah

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger